Karena Digugat Menpora Tak Mau Ketemu PSSI? Pengamat: Tinggal Ketemu, Minta Dicabut, Beres!

JAKARTA – Sikap yang ditunjukkan oleh Menpora dan PSSI terkait kisruh sepakbola di Indonesia nampak seperti tak benar-benar punya niatan baik untuk membenahi sepakbola di Indonesia. Keduanya telihat sama-sama mementingkan egosime dengan saling mencari-cari celah untuk tak saling bertemu. Hal itu seperti diungkap pecinta sepakbola di Yogyakarta, Kurniawan (25) kepada Jogjakartanews.com, Rabu (06/05/2015) malam.

“Saat Menpora menegaskan tak mau bertemu La Nyalla sebagai Ketum PSSI, La Nyalla justru datang, bahkan hingga tiga kali ke Gedung Kemenpora. Saat Menpora ditanya kemungkinan bertemu PSSI untuk berembug terkait surat teguran FIFA, Menpora bilang kami sudah digugat ke PTUN. Sebenarnya maunya Menpora ini memang tidak mau ketemu karena tidak mengakui PSSI apa karena sekarang sudah terlanjur digugat terus ngambek?” tukas Kurniawan.

Ia menegaskan tak bermaksud untuk membela salah satu pihak, tetapi hanya bingung atas sikap yang ditunjukkan oleh kedua kubu. “Saya sama sekali tak bermaksud untuk memihak. Tapi kenyataannya, kelakuan mereka tak menunjukkan i’tikad yang baik kearah perbaikan sepakbola di Indonesia,” pungasnya.

“Lihat saja setelah Menpora ngotot tak mau mencabut, PSSI menghentikan liga yang jelas-jelas bikin situasi buntuk. Kini bahkan ultimatum FIFA dilayangkan tapi Menpora mengaku tidak takut. Lah ini kan terlihat sekali bukan memihak pada kepentingan sepakbola, melainkan kepentingan pribadi maupun golongan,” tegasnya.

Sementara pengamat sepakbola dari Jogja Soccer Nation, Hermawan F Wahyudi mengatakan jika alasan Menpora tidak bertemu PSSI hanya karena telah digugat ke PTUN, Menpora hanya perlu bertemu PSSI dan meminta agar dicabut. “Tinggal ketemu, berdamai, minta dicabut, beres! Gugatan ke PTUN kan bisa dicabut kenapa dibikin repot? lagipula pihak PSSI sendiri kan sudah pernah bilang akan mencabut seandainya SK pembekuan dicabut,” ungkap Hermawan.

Lelaki asal madura tersebut mengaku dari awal tidak pernah setuju dengan pembekuan PSSI oleh kemenpora. Tindakan Menpora olehnya dinilai terlalu berlebihan. “Jika ada pohon tidak berbuah kenapa mesti ditebang? lebih cepat mana dipupuk supaya bisa berbuah atau ditebang lalu menanam lagi hingga memakan waktu bertahun-tahun lamanya?” ungkap Hermawan menganalogikan.

“Maksud saya, jika benar ada masalah dengan PSSI, misalnya nih saya sebut saja La Nyalla atau Djohar Arifin yang bermasalah, ya mereka berdua yang ‘diurus’, minta bantuan PPATK atau KPK. Jadi tak harus melakukan tindakan pembekuan yang justru menabrak statuta FIFA. Sekarang lihat apa yang terjadi, makin kacau,” paparnya.

Untuk itu ia berharap sesegera mungkin Menpora duduk satu meja dengan PSSI untuk mencari titik temu. “Tak usahlah saling menunjukkan seolah-olah paling kuat. Mereka enak tetap kenyang, sementara orang-orang yang hidup dari sepakbola kelaparan,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com