JAKARTA – Nampaknya SK pembekuan terhadap PSSI yang dikeluarkan oleh Menpora Imam Nahrawi benar-benar tak dianggap “penting” oleh PSSI. Nyatanya, PSSI tetap menjalankan aktifitas seperti biasa seakan tak pernah ada SK dari Menpora yang membekukan induk organisasi tersebut. PSSI masih menghadiri kongres AFC, membina dan membiayai Timnas, memiliki komando atas tim-tim ISL dan PT Liga dan segala hal berkenaan dengan otoritas PSSI masih dikerjakan tanpa kendala apapun.
Terakhir, PSSI melalui PT Liga mengagendakan turnamen pengganti QNB League yang sudah dihentikan dengan status force majeure. Turnamen tersebut diberi nama QNB Indonesia Championship Cup 2015 yang akan digulirkan mulai tanggal 26 mei mendatang hingga bulan september. Selain itu, PSSI juga telah mengumumkan susunan kepengurusan untuk periode 2015 – 2019.
Sementara dari Tim yang ditugaskan Menpora untuk mensupervisi kegiatan PSSI, hingga saat ini belum ada pergerakan berarti selain hanya membuat blue print terkait target sepakbola hingga tahun 2045. Bahkan komposisi Tim Transisi bentukan Menpora terus saja “Berguguran” mengundurkan diri dengan berbagai alasan. Yang terakhir, Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo juga dikabarkan mengundurkan diri meski pada akhirnya kabar pengunduran tersebut dibantah oleh Cheppy T Wartono, anggota tim transisi lainnya.
Pala Kemerdekaan pun yang rencananya bakal diselenggarakan oleh tim bentukan Menpora pada awal bulan Juni mendatang sebagai pengganti QNB League yang dihentikan PSSI juga masih belum jelas nasibnya. Tak ada kepastian terkait klub apa saja yang akan berpartisipasi. Tim Menpora bahkan sibuk mengurus turnamen yang akan diselenggarakan PT Liga agar mau disupervisi oleh tim transisi Menpora. Namun tampaknya, PT Liga tetap bersikukuh untuk bernaung dibawah PSSI yang dipimpin La Nyalla Mattaliti.
Melihat progres yang terjadi, pengamat sepakbola dari Jogja Soccer Nation (JSN), Hermawan F. Wahyudi mengaku prihatin, sebab bisa jadi Menpora mengandalkan kekuasaannya lagi untuk tidak memberikan izin pada QNB Indonesia Championship Cup.
“Bisa jadi, jika dilihat perkembangannya hingga saat ini, nampaknya akan seperti itu lagi. Masalahnya adalah ini tentang ego, tentang kepentingan-kepentingan di luar urusan sepakbola,” tegasnya, sebagaimana dituturkan kepada wartawan Jogjakartanews.com, Selasa (19/05/2015).
Menurut Hermawan, jika Menpora memang tak ada opsi untuk mencabut SK, ia menyarankan sebaiknya liga itu (QNB Indonesia Championship Cup) dibiarkan bergulir demi kepentingan pemain dan seluruh insan sepakbola.
“Daripada memaksakan Piala Kemerdekaan yang suram. Sebaiknya PT Liga dibiarkan menggulirkan kompetisi hingga tim bentukan Menpora sudah benar-benar matang untuk mensupervisi kegiatan PSSI. Saat ini kan tampaknya belum matang, jadi biarkan dulu sehingga tak membuat situasi sepakbola nasional semakin buram,” paparnya.
Ditanya terkait sangsi FIFA sebagai rekasi SK Menpora, Hermawan mengaku bahwa federasi seperti FIFA tak akan mudah obral ancaman. “Jika tak segera dibenahi, sangsi itu pasti akan datang karena ini terkait reputasi FIFA juga. Dan saya sedari awal memang tidak pernah setuju jika pembenahan sepakbola harus dilakukan dengan menebang habis pohonnya. Itu justru mematikan dan membuat gerak laju sepakbola menjadi lamban, bahkan suram, gak terjamin juga PSSI menpora nanti bakal diisi orang-orang baik atau tidak, mafia atau tidak, tak ada jaminan,” pungkasnya. (Ning)
Redaktur: Rudi F