JAKARTA – Recana pemerintah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium masih belum ada kepastian. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerahkan hal tersebut ke Pertamina. Namun, sejauh ini Pertamina dinilai masih terkesan ragu-ragu.
“Rencana Jokowi menurunkan harga BBM sebenarnya sangat masuk akal .sebab dalam 4 bulan terakhir harga crude oil dunia stagnan. Namun pertamina mengatakan rugi terus dalam menjual BBM Premium saat ini. Itu adalah bohong besar,” kata ketua Umum Federasi Serikat Buruh Badan Usaha Milik Negara Bersatu (FSP BUMN Bersatu), Arief Puyono dalam keteranagn Pers yang diterima redaksi jogjakartanews.com, Selasa (06/10/2015).
Dijelaskan Arief, harga crude oil dikisaran rata rata 49 US$ atau Rp 73500 perbarell dengan mutu oktan yang lebih tinggi diatas premium, dengan rata rata harga pergalon sebesar 1.485 US dollar atau Rp 22275 atau Rp 5892 /liter (dengan nilai kurs USD sebesar Rp 15000 ). Jika Import BBM langsung, kata Arief, maka hanya menanggung biaya Tranportasi ,distribution dan,pemasaran sebesar 11.3 USD/barrel plus 5 persen Pajak BBM, sehingga didapat harga Rp 5955 perliternya.
“Jadi inilah alasan Jokowi untuk menurunkan harga BBM Premium,” ujarnya.
Menurutnya, harga BBM jenis yang dijual kepada masyarakat saat ini sebesar Rp 7300 /liter artinya masyarakat menbayar kelebihan harga BBM Premium yang katanya disubsidi sebesar Rp 1345 atau hampir 18,42 persen keuntungan Pertamina. Itu jika mengimport sendiri BBM dengan standard BBM yang digunakan di Amerika Serikat.
Secara lebih rinci Arief menghitung dengan formula Lifting Refinery dan Tranportasi versi ESDM, harga BBM Premium dengan rata-rata harga Crude oil 50 USD/bbl selama 5 bulan terakhir atau Rp 4717 / liter dan ditambah biaya LRT plus Tax plus fee 15 % sebesar 24.1 USD/bbl atau Rp 2614 / liter, maka harga jual yang diterima masyarakat Rp 7331 / liter.
“Sementara, harga jual BBM Premium hanya Rp 7300 yang ditetap kan Pertamina tapi harga tersebut mengunakan Kurs USD yang berfluktuasi dibawah Rp 15000/USD sehingga split kurs dollarnya jika dirata ratakan berdasarkan nilai kurs USD Lima bulan terakhir adalah Rp 500. Artinya jika Pertamina mengatakan rugi jual BBM Premium ada sesuatu yang tidak beres dalam rantai supply import Crude oil dan BBM yang dilakukan Pertamina ,apalagi saat ini Pertamina sudah tidak mengunakan Petral untuk memsupply import Crude Dan BBM tapi mengunakan ISC ,” tukasnya.
Arief menegarai ada mafia di pemerintahan Jokowi-JK yang menjadi supplier crude oil dan BBM sesungguhnya tidak mengambil langsung melalui national oil company (NOC) tetapi diambil dari perusahaan trading dan kroni-kroninya,
“Mereka menjadi Jon Toel atau pemguntit jatah preman import oil dengan mengambil discount harga yang seharusnya didapat oleh Pertamina dan bisa menurunkan harga jual BBM dipasar. Karena itu FSP BUMN Bersatu Mendukung upaya Jokowi untuk menurunkan harga jual BBM Premium Menjadi Rp 6000 /liter karena selama ini Pertamina dan Menteri ESDM sudah membohongi Jokowi dan masyarakat .hingga menambah Krisis Ekonomi semakin dalam dimasyarakat akibat tingginya harga BBM Premium,” imbuhnya.
FSP BUMN Bersatu juga mendesak BPK,KPK Dan Mabes Polri untuk memeriksa ISC Pertamina karena diduga banyak Mafia Migas dan para Jon Toel- Jon Toel- Migas yang telah meyebabkan Pertamina selalu rugi jika menjual BBM Premium.
“Kami juga akan mendesak Jokowi mencopot Direktur Utama Pertamina yang gagal melakukan efisiensi dalam penjualan BBM Premium,” pungkasnya. (pr*)
Redaktur: Rudi F
*Isi sepenuhnya tanggungjawab pengirim