Produk UMKM DIY Berpeluang Tembus Pasar Amerika

YOGYAKARTA –  Produk-produk kerajinan hasil Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)  di DIY dipastikan bisa diekspor ke Amerika Serikat (AS). Hal itu diungkapkan Konsultan dari AS, Jennifer Isaacton saat mengunjungi Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Jumat, (22/04/2016) di Gedhong Willis, Komplek Kantor Gubernur (Kepatihan) Yogyakarta.

Dalam kunjungannya, Jennifer yang sering membantu negara-negara berkembang, didampingi Konsultan Ekonomi dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia di New York Amerika, Winanto Adi.

“Kunjungan Jennifer Isaacton, seorang konsultan dari Amerika  ke Yogyakarta ini dalam rangka membantu para pengrajin di Yogyakarta agar produk-produknya apabila akan diekspor ke Amerika, dapat diterima,” ungkap Winanto.

Winarto mengatakan, dalam kunjungannya  hari ini, Jennifer juga melakukan pertemuan dengan para pengrajin dan entrepreneur DIY di Gedung Unit Kepatihan Yogyakarta. Dalam pertemuan ini, kata dia,  dijelaskan agar pengusaha-pengusaha DIY bisa secara efektif memasarkan produk-produknya di Amerika, secara design, dan pricing-nya.

“Jadi itu yang kita coba dorong. Tiga hari yang lalu, juga melakukan hal yang sama di Kementrian Perdagangan di Badan Ekonomi Kreatif dan di Kementrian UMK. Sambutannya sangat baik,” ujar Winanto.  

Lebih lanjut Winanto menjelaskan,  selama ini banyak pengusaha Indonesia yang ikut pameran di Amerika, tetapi mereka tidak tahu beberapa hal sehingga kurang bisa mendapat respons pasar. Tiga hal tersebut, trend yang ada di Amerika, masalah harga (pricing), dan  produk yang diterima oleh warga Amerika.

Menurut Winanto, setiap produk itu sebaiknya ada ceritanya. Misalnya, bahannya terbuat dari recycling, eco friendly ataukah melibatkan anak-anak yatim piatu atau wanita dalam pembuatannya. Latar belakang cerita dari produk tersebut, kata dia,  akan menjadikan produk tersebut bernilai lebih atau “additional selling point”.

“Sehingga satu produk tanpa cerita mungkin hanya bernilai 20 dollar namun setelah diberi label ada cerita dibalik pembuatan produk tersebut, akan bisa bernilai 25 sampai 30 dollar. Hal seperti ini saat ini sedang nge-trend di Amerika. Tidak hanya di bidang kerajinan, namun juga makanan. Tips-tips seperti inilah yang perlu diketahui entrepreneur atau pengrajin dari Indonesia, dan khususnya dari DIY,” beber  Winanto.

Sebelum mengunjungi Sro Sultan,  Jennifer  sempat berkunjung ke Pameran Ina Craft 2016, dan melihat beberapa produk yang ditampilkan. Dia menilai, secara umum, pameran inacraft memang masih belum bisa memenuhi kriteria apabila diekspor ke Amerika.

“Namun produk potensial yang layak diekspor di Amerika yang dari daerah Yogyakarta ada banyak. Salah satunya yaitu wayang kulit atau asesoris, produk dari tanah liat, dan bahan yang dari rotan ataupun kayu. Para pengrajin  sudah membuat produk yang bagus meski masih perlu dipoles lagi. Mungkin yang perlu didorong lagi yaitu entrepeurship-nya,” imbuh Winanto.

Sementara itu, Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menyambut baik misi kunjungan Jennifer beserta romongan. Sultan berharap pertemuan dengan para pengrajin dan entrepreneur di Gedung Unit VIII Kepatihan nantinya dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pengrajin, sehingga produk-produknya mampu menembus pasar AS.

“Karakter market itu memang harus dikuasai dulu oleh entrepreneur yang akan mengirimkan barangnya ke sana (AS, red). Pengusaha tidak bisa memaksakan market yang harus mengikuti produk kita, tetapi produk kita yang mengikuti market, meskipun produk kita juga harus tetap punya karakter,” pungkas Sri sultan yang didampingi Kepala Badan Kerjasama dan Penanaman Modal DIY, Drs. Totok Prianamto. (pr*/kt1)

Redaktur: Rudi F

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com