Tuan Guru Bajang : Mengatasi Korupsi Itu Sederhana

YOGYAKARTA – Banyak kalangan menilai korupsi dan masalah penyimpangan birokrasi pemerintahan masih menjadi persoalan Bangsa Indonesia yang sulit terpecahkan. Namun Menurut Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr. TGH Muhammad Zainul Majdi, MA, hal tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan cara yang sederhana.

“Menurut saya sederhana. Tidak usah dilakukan. Tidak ada resep yang lebih baik selain daripada tinggalkan dan jangan lakukan itu. Ini kalau pribadi bagaimana saya. Ya, tentu setelah itu kita bangun sistem yang disitu ada sinyal yang jelas, siapapun yang melakukan suap menyuap atau tindak pidana korupsi itu dapat ganjaran atau punishment yang tegas. Apa bentuknya? Kita sudah punya pakta integritas. Begitu tersangka langsung jadi non aktif. Jadi, begitu tersangka selesai,” tuturnya dalam diskusi di Masjid Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabtu (17/06/2017) malam.

Terkait bagaimana upaya meminimalisir penyimpangan birokrasi di NTB, Gubernur muda yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) mencontohkan dengan sistem pengadaan barang dan jasa. Dikatakan TGB, Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di NTB menjadi salah satu percontohan di Indonesia. Akan tetapi, ia mengaku dengan sistem yang tegas dan rigid, tidak bisa memastikan 100 persen bebas dari penyimpangan.

“Memastikan itu tidak mungkin tapi menduga kuat bahwa prosesnya itu memang proses yang sudah transparan akuntabel, bisa dengan sistem. Tapi, memastikan dari A sampai Z bahwa tidak ada hanky panky (tipu daya, red) dari awal A-Z kita tidak tahu. Kita bisa mengukur dari sistem itu selama sistem itu berjalan prosedurnya, kemudian juga kita lihat tidak ada hal-hal nyata yang menyimpang. Menurut saya kita harus adil dan mengatakan bahwa ya itu sudah proper. Tapi kalau memang ada penyimpangan, ya kita aborsi prosesnya, kita ulangi. Begitu. Tapi sekali lagi ini kita terus berupaya,” beber cucu dari Pendiri Nahdlatul Wathan, TGH. M. Zainuddin Abdul Madjid (Tuan Guru Pancor).

Dikatakan tokoh muda Islam yang hafiz Al Qur’an ini, sehebat apapun sitem tidak bisa menjamin tindakan korupsi dan kejahatan lainnya bisa hilang sama sekali. Bahkan, kata dia, pada zaman Rosulullah, Muhammad Saw, masih ada kejahatan yang terjadi dalam masyarakat.

“Apa anda kira korupsi tidak ada zaman itu. Apakah anda kira bahwa pencurian tidak ada? Apakah Anda kira Prostitusi tidak ada? Ada,” tukas peraih gelar doktor Universitas  Al Azhar Kairo, Mesir.

TGB menjelaskan, masyarakat baik itu ada ketika mainstreaming masyarakatnya adalah amal shalih (kebaikan). Sehingga adapun ketidak baikan berada di pinggir. Sebaliknya, kata dia, ketika mainstream yang terbangun adalah kebathilan, maka kebaikan akan dipinggirkan.

“Jadi bukan berarti 100 persen harus baik semua baru kemudian kita lega. Cukuplah dengan pelajaran sejarah yang ada, ketika kita mampu me-mainstream-kan kebaikan maka mudah-mudahan itu suatu tanda baik. Tapi kalau yang menjadi mainstream itu tidak baik. Nah, itu warning buat kita untuk kita benahi,” tandas mantan anggota DPR RI Periode 2004-2009 ini.

Dikatakan Tuan Guru Bajang, untuk menerapkan sistem yang baik, keteladanan seorang pemimpin menjadi penting. Bahkan menurutnya, keteladanan adalah katup pengaman dalam kepemimpinan. Jika seorang pemimpin memberikan teladan yang baik dengan banyak memberikan maslahat kepada masyarakat, maka penyimpangan-penyimpangan birokrasi bisa ditekan.

“Itu sebabnya kan, kalau di dalam hadist Rasul, tujuh kelompok manusia yang akan dinaungi, itu yang pertama kan imamum adil, pemimpin yang adil. Bukan berarti pemimpin yang adil itu, dia sepenuhnya kemudian dari A-Z  tenang-tenang saja. Tidak. Dia disebut adil ya karena ada proses itu terus untuk bagaimana maslahat itu lebih banyak dari mudharat,” imbuhnya.

Sekadar informasi, TGB yang  sudah tiba di Yogyakarta sejak Sabtu (17/06/2017) pagi  telah mengisi  pengajian dan diskusi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Islam Indonesia (UII), dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selepas mengisi Pengajian di Masjid UGM, TGB turut memberikan ceramah dalam jama’ah Maiyah asuhan Budayawan MH Ainun Nadjib (Cak Nun) di Tamantirto, Kasihan, Bantul. Rangkaian safari Ramadhan TGB di Yogyakarta masih berlanjut hari ini, Minggu (18/06/2017) dengan menghadiri undangan menjadi penceramah di beberapa wilayah di Kabupaten Sleman. (kt1)

Redaktur: Rudi F

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com