Pelaku Sejarah Paguyuban Wehrkreis Gelar Malam Tirakatan Serangan Umum 1 Maret 1949

YOGYAKARTA – Para pelaku sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949 dan generasi penerusnya yang terhimpun dalam Paguyuban  Wehrkreis III (PWK III) Yogyakarta menggelar tirakatan di Plaza Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, titik Nol Kilometer Yogyakarta, Rabu (28/02/2018) malam.

Menurut Wakil Ketua PWK III Cabang Yogyakarta, Wirantono Adi Wasono, Tirakatan Peringatan Serangan Umum  1 Maret 1949 digelar bertujuan untuk mengingatkan bangsa Indonesia, terutama generasi muda akan  pentingnya serangan umum  1 Maret 1949 dalam perjalanan bangsa Indonesia. Menurutnya, serangan yang berkobar di Yogyakarta tersebut merupakan penentu keberhasilan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Serangan Umum 1 Maret 1949 kami anggap sebagai penentu keberlangsungan NKRI, karena waktu itu propaganda belanda di dunia mengatakan bahwa Indonesia sudah habis, TNI sudah tidak ada. Bahkan serangan-serangan terhadap Belanda dianggap sebagai kelompok ekstrimis atau bahkan perampok dan sebagainya.  Dengan serangan ini, meski hanya biasa menguasai Yogyakarta selama 6 jam  namun dengan pertempuran yang terkoordinasi dengan baik ini menunjukkan ke dunia luar bahwa tantara kita masih ada, NKRI masih ada,” ujarnya.

Dikatakan Wirantono, pesan penting dari peringatan Serangan Umum 1 Maret adalah bagaimana agar generasi muda melanjutkan perjuangan generasi pendahulu. Dalam peristiwa luar biasa tersebut, kata dia, persatuan yang lebih diutamakan,

“TNI tidak akan berhasil tanpa dukungan rakyat Yogyakarta dan terutama kraton, baik Kraton Yogyakarta maupun Paku Alaman” tukasnya.

Mengingat pentingnya dalam sejarah bangsa Indonesia, Wirantono berharap Serangan  Umum 1 Maret 1949 menjadi hari yang diperingati secara nasional.

“Sejak 2008, kami sudah mendorong hal itu. Informasinya, sudah ada komunikasi Dinas Kebudayaan DIY  ke Menteri Sekretaris Negara. Memang kuncinya ada rekomendasi dari Gubernur,” imbuhnya.

Sementara, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Kesatuan Bangsa (Kesbang) DIY, Drs. Agung Supriyanto, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menuturkan perenungan terhadap setiap perjalanan bangsa memberikan pembelajaran yang sangat penting bagi generasi muda.

Sebagai pejuang, kata Sri Sultan, maka sudah sewajarnya setiap anggota PWK III Yogyakarta yang mempunyai pengalaman sangat berharga dan berkontribusi penting terhadap bangsa, untuk mengingatkan kembali perjuangan para pahlawan terdahulu.

“Keberhasilan suatu bangsa, tergantung dengan keberhasilan membangkitkan, menggerakkan , menata, dan mengarahkan seluruh asset bangsa menjadi bagian dari peradaban dunia baru. Untuk itulah, setiap generasi perlu terus mengingatkan kepada generasi muda akan pengalaman dalam perjalanannya yang pernah dilalui sebagai bagian dari proses panjang  dalam membangun bangsa ini,” tukasnya.

“Agar paham jika bangsa ini tidak dengan tiba-tiba pada posisi dan kondisi seperti sekarang ini, tantangan pada setiap jaman berubah, namun satu hal yang tidak boleh berubah, ialah semangat sebagai pejuang yang tetap diperlukan sepanjang jaman, karena pembangunan bangsa memerlukan sikap kepahlawanan dan kegigihan pejuang sebagai bagian dari karakter and national building,” tandas Agung Supriyanto membacakan sambutan Gubernur.

Malam tirakatan dengan mengusung tema Jogja Mendunia digelar PWK III bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan DIY, dengan didukung Komunitas Pegiat Sejarah Djokja 1945 dan Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Daerah Istimewa Yogyakarta (IKAL-DIY).

Acara dihadiri Drs. Mamiek Katamsi selaku Pejabat Sementara Ketua Badan Pengurus Pusat PWK III Jogjakarta yang berkedudukan di Jakarta. Hadir pula pejabat dari jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) DIY. Antara lain Kasiter Korem 072/Pamungkas mewakili Danrem 072/Pamungkas, Kolonel Kav. Mohammad Zamroni, S.I.P, pejabat Dinas Kebudayaan DIY,Perwakilan Bupati dan Walikota di wilayah DIY.

Acara yang dibuka dengan pemotongan tumpeng oleh Kepala Kesbang DIY tersebut dimeriahkan dengan penampilan Keroncong IKAL DIY dan Pementasan wayang revolusi oleh dalang Ki Catur Kuncoro.

Sekadar informasi, pementasan wayang kontemporer dengan tokoh wayang pahlawan Indonesia antara lain Sri Sultan HB IX dan Presiden Sukarno tersebut, menceritakan peran penting Yogyakarta dalam tetap berdirinya NKRI. Pementasan dengan lakon ‘Banjaran Jogja Istimewa’ yang berdurasi 1,5 dan dibawakan dengan Bahasa Indonesia tersebut merupakan puncak acara tirakatan. (rd)

Redaktur: Ja’faruddin. AS

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com