Oleh: Teguh Wiyono, M.Pd.I
Kini siswa sedang disibukan dengan Ujian Kenaikan Kelas (UKK) yang dimulai dari tanggal 21 Mei sampai dengan 2 Juni 2018, dan UKK sebagai ajang penentu serang anak dikatakan berprestasi atau tidak. Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh dari suatu proses kegiatan yang dilakukan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar yang diberikan dalam jangka waktu tertentu oleh guru kepada murid-muridnya. Sekolah selama dalam pembelajaran sudah semakimal mungkin untuk menanamkan kepribadian dan transfer pengetahuan pada saat proses pembelajaran terjadi di dalam maupun luar kelas terhadap seorang peserta didik.
Sebagian orang tua banyak yang beranggapan bahwa keadaan di dalam rumah dan kondisi keluarga tidak mempunyai peranan yang begitu besar terhadap proses belajar anak dan hasil belajar anaknya di sekolah. Mereka menganggap bahwa setelah anak mendapatkan pendidikan disekolah maka lepaslah hak dan kewajiban keluarga atau orang tua untuk memberikan pendidikan kepada anaknya. Semua tanggung jawab dari keluarga telah beralih kepihak sekolah, berhasil atau tidaknya anak dalam belajar, tinggi atau rendah prestasi belajarnya sudah menjadi tanggung jawab sekolah. Terkadang orang tua tidak mau tahu ketika peserta didiknya tidak berprestasi menyalahkan sekolah, mereka menganggap pembelajaranya tidak bermutu atau tidak berkualitas. Padahal penentu seorang anak dapat berprestasi bisa dipegaruhi oleh faktor keluarga.
Penulis pernah menjadi seorang guru selama tujuh tahun dan menangani peserta didik spesial (perlu perhatian khusus), mereka peserta didik yang malas belajar, maunya main, dan melakukan perbuatan yang negatif (mengenal rokok, minuman keras, ugal-ugalan dan penyalahgunanaan obat) rata-rata mengkafer dari keluarga. Penulis pernah dibungungkan untuk menanganinya, ketika menanyakan kepada peserta didik “ mas/mba tidak belajar?, mas/mba jangan suka main malam, waktunya buat belajar? Dengan santainya mereka menjawab “lah…pak orang tua saya saja tidak pernah menegur, terkadang malah mereka melakukan tindakan tidak terpuji di depan saya pak. Ya jadi saya ikut-ikutan karena saya di rumah tidak merasa nyaman”
Jika seperti itu lantas masa depan anak untuk menuju kedewasaan bagaimana?, tanggung jawab terhadap diri sendiri saja tidak mampu apalagi semangat untuk mengejar prestasi? solusi terbaik adalah dengan menciptakan situasi keluarga yang Haronis.
Harmonis memiliki arti selaras dan serasi, jadi keluarga harmonis merupakan keluarga yang berjalan dengan selaras, serasi, disiplin, tolong menolong, saling memaafkan dan saling menghargai. Kehidupan yang harmonis akan berimbas pada rasa bahagia seluruh anggota keluarga. Keluarga harmonis hanya akan tercipta kalau kebahagiaan salah satu anggota berkaitan dengan kebahagiaan anggota-anggota keluarga lainnya. Secara psikologis dapat berarti dua hal: Tercapainya keinginan-keinginan, cita-cita dan harapan-harapan dari semua anggota keluarga. Sesedikit mungkin terjadi konflik dalam pribadi masing-masing maupun antar pribadi.
Untuk menciptakannya kelauarga harmonis perlu diperhatian faktor berikut: Pertama, Perhatian. Yaitu menaruh hati pada seluruh anggota keluarga sebagai dasar utama hubungan baik antar anggota keluarga. Baik pada perkembangan keluarga dengan memperhatikan peristiwa dalam keluarga, dan mencari sebab akibat permasalahan, juga terhadap perubahan pada setiap anggotanya. Kedua, Pengetahuan. Perlunya menambah pengetahuan tanpa henti-hentinya untuk memperluas wawasan sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan keluarga. Sangat perlu untuk mengetahui anggota keluarganya, yaitu setiap perubahan dalam keluarga, dan perubahan dalam anggota keluargannya, agar kejadian yang kurang dinginkan kelak dapat diantisipasi. Ketiga, Pengenalan terhadap semua anggota keluarga. Hal ini berarti pengenalan terhadap diri sendiri dan Pengenalan diri sendiri yang baik penting untuk memupuk pengertian-pengertian. Bila pengenalan diri sendiri telah tercapai maka akan lebih mudah menyoroti semua kejadian dan peristiwa yang terjadi dalam keluarga. Masalah akan lebih mudah diatasi, karena banyaknya latar belakang lebih cepat terungkap dan teratasi, pengertian yang berkembang akibat pengetahuan tadi akan mengurangi kemelut dalam keluarga.
Keempat, Sikap menerima. Langkah lanjutan dari sikap pengertian adalah sikap menerima, yang berarti dengan segala kelemahan, kekurangan, dan kelebihannya, ia seharusnya tetap mendapatkan tempat dalam keluarga. Sikap ini akan menghasilakan suasana positif dan berkembangnya kehangatan yang melandasi tumbuh suburnya potensi dan minat dari anggota kleuarga. Kelima, Peningkatan usaha. Setelah menerima keluarga apa adanya maka perlu meningkatkan usaha. Yaitu dengan mengembangkan setiap dari aspek keluarganya secara optimal, hal ini disesuaikan dengan setiap kemampuan masing-masing, tujuannya yaitu agar tercipta perubahan-perubahan dan menghilangkn keadaan kebosanan dan kestatisan.
Setiap orangtua perlu menyadari betapa pentingnya memiliki keluarga harmonis. Sedangkan bagi anak-anak, sedikitnya ada 5 alasan mengapa anak yang dibesarkan dalam keluarga harmonis jauh lebih bahagia, di antaranya: Pertama, Di dalam keluarga harmonis anak akan belajar selalu mengucap syukur. Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga harmonis akan merasakan kasih sayang dari kedua orangtuanya secara penuh, hal inilah yang mendasari anak untuk selalu mengucap syukur sebab ia sadar di luar sana banyak anak tidak beruntung seperti dirinya. Kedua, Di dalam keluarga harmonis anak akan mudah bersosialisasi. Mayoritas anak belajar melalui cara inisiasi atau mencontoh. Ketika kedua orangtua hidup rukun, maka dengan sendirinya anak akan belajar arti persahabatan. Dalam kehidupan bermasyarakat pun anak tidak akan mengalami kesulitan berarti, karena apa yang ia pelajari di dalam rumah itu pula yang akan ia terapkan.
Ketiga, Di dalam keluarga harmonis anak belajar untuk tidak merasa khawatir dengan kehidupan. Dengan dukungan dari kedua orangtua yang sangat mengasihinya anak akan mampu mengembangkan rasa percaya diri, sehingga ia tidak akan terlalu khawatir untuk menghadapi masa depannya. Tidak hanya itu, melalui teladan kesalehan dari orangtua mereka juga akan belajar lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, sehingga kehidupan rohaninya tetap terjaga.
Keempat, Di dalam keluarga harmonis anak tumbuh dengan cerdas. Anak-anak yang dibesarkan dengan suasana harmonis umumnya akan tumbuh dengan memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spritual yang lebih baik. Kecerdasan-kecerdasan tersebut pada akhirnya akan membuat anak mampu bersaing baik di sekolah maupun dalam kegiatan informal. Keenam, Di dalam keluarga harmonis anak tidak mengalami krisis kasih sayang. Orangtua yang saling mengasihi imbasnya akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga, di mana keharmonisan akan tercipta dan kasih sayang sebagai keluarga terbina. Anak-anak yang tumbuh dengan kondisi keluarga demikian tidak akan mengalami krisis kasih sayang, sehingga kehidupan mereka akan sangat bahagia dan jauh dari perbuatan-perbuatan merugikan. Ketujuh, Di dalam keluarga harmonis kesehatan anak terjamin, Tidak perlu diragukan lagi anak yang dibesarkan dalam keluarga harmonis tidak akan sampai ditelantarkan, imbasnya kesehatan anak akan selalu terjamin karena orangtua yang peduli. (*)
*Penulis Adalah Dosen di Universitas Terbuka Purwokerto Pada Fakultas Pendidikan