JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroriseme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius meluncurkan empat jilid buku bertajuk ‘Memimpin dengan Hati’ di Gedung Panca Gatra Lantai 3 Kantor Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (14/02/2019).
Bedah buku diawali pidato pembuka oleh Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Moermahadi Soerja. Sederet tokoh nasional juga hadir sebagai penanggap, yaitu Buya Syafei Maarif (Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah), Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA (Imam Besar Masjid Istiqlal), Prof. Dr. Mohamad Nasir (Menristekdikti), Muhammad Syafii, M. Hum (Ketua Pansus RUU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme DPR RI), Prof. Kuntoro Mangkusubroto (Guru Besar ITB ), Dr. Zaenal Muchtar (Ketua Pukat UGM) dan Suryo Pratomo (Jurnalis Senior).
Tak hanya itu, salah satu terpidana kasus terorisme Bom Bali, yaitu Ali Imron yang jarang sekali muncul di publik dan sudah aktif dalam program deradikalisasi bersama pemerintah, juga dihadirkan sebagai penanggap.
Bedah buku yang dipandu oleh mantan host salah satu TV Swasta, Prita, juga dihadiri penyintas (korban teror bom), salah satunya korban teror Bom JW Mariot, Fifi Normasari yang duduk bersebelahan dengan para pelaku terorisme Ali Fuzi dan Khairul Ghazali.
Suhardi mengatakan, ia menulis buku berangkat dari keinginan keluar dari zona nyaman dan berpikir out of the box. Sejak 2016 dilantik menjadi ketua BNPT, ia berpikir untuk membuat sesuatu yang baru.
Kepada Presiden Joko Widodo, ia mengusulkan untuk mengurai masalah terorisme yang menurutnya multi factor. Suhardi mencetuskan Soft Power Approach atau upaya tanpa kekerasan. Terobosab baru Suhardi tersebut kemudian menjadi program deradikalisasi yang dalam pelaksanaannya melibatkan terpidana teroris.
Dalam menerapkan program deradikalisasi, BNPT juga berkoordinasi dengan para menteri kabinet kerja dan program tersebut dinilai berhasil oleh pemerintah,
“Nah itu lah yang kita kerjakan, keluar dari zoman, kemudian kita berpikir out of the box, tinggalkan sesuatu buat junior kita (Polri) itulah ini memotivasi kami menulis. Memang tidak sempurna, tapi mudah-mudahan berguna buat adik saya. Karena tahun depan kita akan paripurna,” tuturnya.
Diantara Soft Power Approach yang dipraktikkan langsung oleh Suhardi adalahdengan mendatangi kampung asal terpidana teoris, di Desa Tengulun, Solokuro, Lamogan, Jawa Timur. Di sana Suhardi membangun dan meresmikan masjid dan TPA.
Tak hanya itu, gagasan yang banyak orang menilainya mustahilpun dilakukan, yaitu mempertemukan penyintas dengan pelaku teror. Bermula dari 50 volunteer dikumpulkan di kantor BNPT, hingga kemudian 124 korban berhasil dikumpulkan di Masjid Istiqlal bersama dengan pelaku dan terus berkembang, hingga anak-anak terpidana teroris Imam Samudera kini sudah mau menjadi pemimpin upacara bendera,
“Sekarang kita bisa lihat sendiri, bagaimana akrabnya para korban dengan mantan teroris,” ungkapnya sembari menunjuk deretan kursi yang diduduki Fifi Normasari bersebelahan dengan Ali Fuzi dan Chairul Ghozali.
“Bahkan ada salah satu anak terpidana teroris ada yang bercita-cita jadi Kepala BNPT. Bayangkan, anak teroris jadi kepala BNPT,” ucap Suhardi sembari tersenyum.
Langkah Deradikalisasi yang diterapkan Suhardi bahkan mendapat acungan jempol dari Ali Imron. Menurut terpidana tertorisme yang divonis seumur hidup tersebut, kedatangan Suhardi ke Desa Tenggulun menurutnya memilki banyak arti,
“Satu akan dipandang oleh teroris yang masih radikal, seorang kepala BNPT mau dan berani datang ke sarang teroris, sangat berani itu. Seorang Kepala Badan Negara ini mau ngasor, mau mengalah datang ke sarang teroris yang sebetulnya tidak menguntungkan apa-apa Desa Tenggulun itu, tapi beliau mau datang. Dua hal itulah yang sangat berarti. Itu arti beliau, walaupun di keluarga kami dan kelompok kami ada yang masih kontra. Ketika mendengar ada densus atau BNPT yang datang, mereka pergi dari sarang, karena sangking tidak sukanya,” ungkapnya.
“Jadi itulah beliau. Mohon beliau kerap-kerap datang ke sana dengan membawa bantuan,” candanya.
Hadir dalam acara tersebut, Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti, Gubernur DKI Anies Baswedan, Gubernur LEMHANNAS, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, serta puluhan tokoh dan pejabat negara yang merupakan rekan pendidikan Suhardi di Lemhannas PPSA 17. Antara lain, Laksamana (Purn) Ade Supandi (Mantan KASAL), Laksdya Widodo AS, Marsdya TNI Bagus Purhito (Kabasarnas), Letjend TNI Agus Surya Bhakti (Sesmenkopolhukam), dan Ketua Ikatan Keluarga Alumni LEMHANNAS Daerah Istimewa Yogyakarta (IKAL DIY) Sugiyanto H Semangun yang merupakan peserta Termuda PPSA 17.
Empat buku yang dilucurkan Suhardi masing masing berjudul, Catatan Suhardi Alius: ‘Memimpin dengan Hati: Pengalaman sebagai Kepala BNPT’; Catatan Suhardi Alius: ‘Pemahaman Membawa Bencana: Bunga rampai penanggulangan terorisme’ ; Catatan Suhardi Alius : ‘Menjalin Sinergi : 14 Bulan Sebagai Kabareskrim Polri’; dan Catatan Suhardi Alius: ‘Resonansi Kebangsaan: Membangkitkan Nasionalisme dan Keteladanan’. (rd)
Redaktur: Ja’faruddin. AS