Terkait Isu People Power, Caknun Yakin Rakyat Bawah Tenang-Tenang Saja

YOGYAKARTA – Mencuatnya isu people power atau pengerahan massa besar-besaran di jalan-jalan paska Pemilu, memicu keresahan. Selain itu, adanya klaim kemenangan sebelum penghitungan resmi KPU menambah panasnya suasana usai perhelatan pesta demokrasi.

Terkait hal itu, Budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun mengatakan, selama dua minggu sebelum dan sesudah 17 April, ia mengaku diundang ke sejumlah kota di Indonesia untuk mengisi pengajian bersama Kyai Kanjeng.

Sepanjang kunjungannya itu, ia menyaksikan rakyat bawah biasa-biasa saja. Cak Nun juga meyakini Rakyat bawah, tidak akan terjadi bentrok seperti yang dikhawatirkan selama ini,

“Kalau pun nanti ada bentrok atau benturan horizontal itu terjadinya di kelas menengah. Di masyarakat bawah, aman-aman saja,” katanya saat ditemui di rumahnya di Jalan Barokah No 287, Kadipiro, Kecamatan Kasihan, Bantul, Kamis (25/04/2019).

“Sengaja atau tidak sengaja, saya diundang masyarakat untuk memastikan wilayahnya aman,” imbuhnya.

Dikatakan Cak Nun, dari beberapa daerah dikunjungi itu, semuanya aman-aman saja. Disebutkannya Kota Solo misalnya, yang katanya rawan ternyata aman-aman saja.

Cak Nun menilai, selama ini rakyat bawah sudah terbiasa disuguhi dengan ketidakbenaran, sudah kebal dan tangguh dengan manipulasi,

“Jangankan manipulasi atau klaim yang tidak berhubungan dengan mereka, yang berhubungan dengan mereka saja tidak masalah, kok,” ujar suami dari Novia Kolopaking ini.

Intelektual kelahiran Jombang  27 Mei 1953 ini mengungkapkan, soal Pemilu, curang atau tidak,  jujur atau tidak itu hanya urusan masyarakat menengah ke atas,

“Kalau rakyat bawah tidak ada masalah. Kita berharap agar Pancasila dijalankan oleh para elit dan klas menengah,” ungkapnya.

Cak Nun mengatakan, rakyat bawah sudah Pancasila karena Pancasila lahir dari rakyat bawah yang sudah berabad-abad dijalankan,

“Yang belum berprilaku Pancasila kan pemimpinnya, kan begitu,” imbuhnya.

Dia berpendapat, yang menyulut konflik adalah elit, klas menengah ke atas dan media sosial (medsos). Medsos itu ibarat lempar batu dari jauh, tidak berani berhadap-hadapan. Makanya di medsos itu semuanya abal-abal dalam berpendapat,

“Sehebat-hebatnya pendapat hanya pendapat, bukan kebenaran final. Pendapat tidak bisa dibatalkan dengan pendapat lain. Yang tidak boleh adalah memaksakan pendapat,” jelasnya.

Nah, jika konfliknya di masyarakat menengah ke atas, aturannya sudah lengkap semuanya,

“Sistemnya lengkap, aturannya ada. Penyelenggara KPU, pengawasnya Bawaslu, yang bertanding ada 01 dan 02. Kalap ada deklarasi, kan jelas ada domainnnya. Secara aturan sudah jelas siapa nanti yang menang,” paparnya. 

Sekali lagi Cak Nun menegaskan, rakyat bawah juga tidak bingung-bingung amat tentang Pemilu. Rakyat tidak menghiraukan deklarasi kemenangan pakai datanya sendiri,

“Yang satu sujud syukur, yang satu tasyukuran yo monggo saja. Rakyat bawah tenang-tenang saja, yang ribut itu kan elitnya dan klas menengah,” tukasnya. (kt1)

Redaktur: Faisal

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com