Edutek  

Budaya Menyontek Cermin Buram Generasi Bangsa

Oleh: Tiwi Fadlilatul Azna*

Perilaku menyontek merupakan suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai nilai yang terbaik dalam menyelesaikan tugas terutama pada ulangan atau ujian. Menyontek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mencontoh, meniru atau mengutip tulisan (Hartanto, 2012:10).

Menyontek dalam ulangan sudah menjadi seni dan budaya diranah negeri, entah itu bentuknya saling tanya, saling berkerja sama, saling berdiskusi, atau lebih parahnya lagi sampai membawa catatan materi. Jelas sekali bahwa perilaku ini bertentangan dengan norma, peraturan dan karakter agama. Namun, ironisnya pelaku penyontek tidak menyadari jika yang dilakukan tersebut adalah suatu kesalahan, bahkan beberapa orang membangga-banggakan nilainya walau orang itu sendiri sadar bahwa itu bukan hasil dirinya sendiri.

Ambisi untuk mencapai nilai besar/tinggi, keinginan menghindari kegagalan, dan adanya ambisi untuk di apresiasi, faktor-faktor tersebut berpegaruh pada perilaku keseharian siswa disekolah, dan menjadi tekanan secara psikologis bagi siswa sehingga siswa cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapainya, meskipun dalam prosesnya melakukan ketidakjujuran. 

Yang namanya ulangan, bagi beberapa orang menjadi momok menakutkan dan menegangkan.  Sampai-sampai akibat terlalu dianggap menakutkannya sehingga muncullah jalan menyontek. Namun perlu diketahui bersama, kalau dengan cara salah dan curang itu (baca: nyontek) justru akan menyesatkan teman kita. Yang lebelnya hendak saling tolong menolong. Tetapi kenyataannya, bukan tolong menolong namanya jika dikerjakan dalam hal keburukan.

Sehingga muncul pertanyaan, apakah seseorang itu hendak mengambil pilihan yang benar tapi memilih akan banyak yang tidak suka karena biasanya dianggap sok suci/sok alim, atau mengambil langkah menyesatkan tapi dalam sesaat akan disukai  beberapa teman yang sama suka mencontek? Jika kita ingin yang terbaik untuk diri sendiri dan untuk orang lain, mau tidak mau harus memilih pilihan yang tidak enak tadi. Coba beri pengertian kepada teman-teman dan nasihati dengan baik. Jika respon mereka setelah ulangan kurang baik, terima saja. Yakinlah, itu tidak akan betahan lama. Apalagi jika ditambah seseorang itu cerdas dan sedikit unggul dalam memahami suatu pelajaran, tentu teman-teman akan suka dengan sendirinya dengan orang itu. Ditambah jika seseorang itu bersedia dengan senang hati membantu dan terbuka dalam pertemanan.

Perlu diketahui kalau saat ulangan seseorang tidak mau memberi contekan/bocoran, kemudian hal itu selalu seseorang lakukan disetiap hendak ulangan. Maka, kebiasaan itu akan menjadi hal lumrah, teman-teman juga akan terbiasa dengan apa yang seseorang itu lakukan, dan mungkin akan timbul perasaan sungkan yang menghampiri dengan sendirinya. Tetapi, jika menyontek dijadikan budaya, pasti akan timbul rasa bersalah ketika ingin menolak teman yang mengajak untuk saling bekerja sama. Intinya, seseorang itu bisa, karena awalnya dipaksa, dan akan terbiasa.

Point pentingnya adalah ketika diluar kelas silahkan saling bantu-membantu, belajar bersama, berdiskusi dengan baik, dan selalu terbuka dalam pertemanan. Ajak teman untuk mandiri, tidak mengharap bocoran dari orang lain dan nanti bisa sukses bersama meraih nilai yang didamba dan dicita dengan jujur dan mandiri.

Dilihat dalam jangka panjang untuk negera, jika seseorang ketika masih menjadi pelajar saja menyontek, bagaimana dia menjadi contoh untuk anak-anaknya nanti? bagaimana bisa menginginkan anaknya taat peraturan tetapi orang tuanya saja dahulu melanggar aturan? dan, bagaimana ketika nanti mengabdi untuk negara? akan mencuri? atau, korupsi?  mari bersama-sama berbenah.

Sejatinya yang dibutuhkan sekarang adalah pengalaman dan pengamalan. Bukan nilai, jika niat awal menyontek untuk mencari nilai, akan sangat rugi seseorang itu karena nilai hanya bersifat sementara. Zaman sekarang yang nilainya tinggi-tinggi banyak, tetapi yang benar-benar ada seseorang yang menguasai suatu ilmu itu jarang. Maka, jadilah seseorang yang pintar juga baik, hindarilah seni dan budaya mencontek.(*)

*Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, UIN Walisongo Semarang.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com