SURABAYA –Era 2000-an pernah booming sinetron berjudul Tukang Bubur Naik Haji. Sinetronyang tayang di RCTI sejak tahun 2012 silam itu menemani pemirsanya sampai dua ribu episode atau tepatnya selama 5 tahun. Tapi sepanjang-panjangnya sinetron itu tetaplah cerita fiktif.
Namun siapa sangka, meski tidak terinspirasi sinetron tukang bubur naik haji, ternyata pada musim haji tahun 2022 ini ada sosok priayang berprofesi setidaknya setara, yaitu kuli bangunan yang naik haji.
Ya, dialah Mohammad Djaelani, pria 62 tahun Jemaah Calon Haji (JCH) yang tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) 7 embarkasi Surabaya.
Dilansir dari keterangan tertulis Direktorat JenderalPenyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Ditjen PHU Kemenag) pada Kamis (09/06/2022), Djaelani berhasil mengumpulkan uangnya dari hasil jerih payah sebagai kuli banguan sehingga akhirnya bisa berangkat menuju tanah sucipada dini hari tadi.
“Saya ini orang miskin, tidak ada bayangan saat itu untuk bisa naik haji. Wong buat makan aja saya mesti susah payah jadi kuli bangunan,“ucap pria yang berperawakan kecil ini.
Djaelani menceritakan kisahnya yang telah merantau sejaktahun 1980 sebagai kuli bangunan. Meski tidak seperti pekerja kantoran yangmendapat penghasilan tetap setiap bulannya, Djaelani tetap menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung.
“Tahun 2007, uang tabungannya saya terkumpul 5 jutarupiah. Uang itu saya gunakan beli sapi,“ katanya.
Bapak tiga anak laki-laki ini mengisahkan, setelah duatahun memelihara sapi yang dibelinya, Djaelani memutuskan untuk menjual sapitersebut dan terjual dengan harga Rp 8 juta. Uang hasil penjualan sapi ini,tidak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari tetapi membeli tanah seharga Rp 10 juta dengan mencari pinjaman untuk menutupi sisa kekurangannya ke bank. Tak berselang lama, keinginan Djaelani untuk pergi hajipun muncul dan kian membesar.
Djaelani bernadzar, bila ada yang mau membeli tanahnya, maka uangnya akan ia gunakan untuk daftar haji. Nadzar dari Djaelani terwujud melalui tangan dermawan yang membeli tanahnya senilai Rp25 juta tanpa tawar menawar.
“Alhamdulillah, uangnya pas buat daftar haji,“ tutur pria asal Saradan Madiun ini.
Setelah itu, keberuntungan pun berpihak padanya. Seorang nadzir desa menawarinya untuk membantu tugas modin desa dalam mengurus jenazah. Ia lakoni tugas tersebut dengan tetap menjalani pekerjaannya sebagai kuli bangunan.
“Ya kerja seikhlasnya, bayaran seikhlasnya dari Gusti Allah. Saya juga masih tetap kerja bangunan,“ jelasnya.
Djaelani pun tak menutup mata untuk biaya pelunasan hajinya. Ia pun kembali menabung untuk membeli sapi lagi.
“Alhamdulillah, saya bisa melunasi biaya haji saya dari jualan sapi lagi. Sekarang sapi saya sudah habis,“ terangnya.
Pria yang rambutnya telah memutih ini menuturkan hal yang paling utama dalam mendaftar ibadah haji adalah memiliki keinginan yang kuat. Menurutnya kalau niat sudah bulat, Allah akan bukakan jalan dari pintu mana saja,
“Bahkan yang tidak terduga sekalipun,“ ucapnya meyakinkan. (kt5)
Redaktur: Hamzah