Potensi Politisi Gen Z dalam Memenangkan Parpol Pada Pemilu 2024

Oleh: Chisya Ayu Puspitaweni*

Chisya Ayu Puspitaweni
Chisya Ayu Puspitaweni. Foto: ist

Indonesia saat ini tengah menyambut tahun politik. Kita tahu bahwa di tahun 2024 akan dihelat pesta demokrasi akbar, yaitu pemilihan umum ( Pemilu ) untuk menentukan Kapala Daerah, Anggota DPR dan DPRD, Anggota DPD dan tentunya Pemilihan Presiden. Pemilu 2024 diprediksi lebih kompleks dari Pemilu -Pemilu sebelumnya.  Tak hanya karena serentak,  namun juga karena dinamika politik yang niscaya berubah.

Pemilu 2024 akan melibatkan pemilih pemula dari kalangan  generasi z (Gen Z) atau i-generation. Gen Z merupakan generasi yang lahir pada 1997-2012. Mereka sekarang berusia 11 -23 tahun. Tentu saja, Gen Z menjadi tantangan tersendiri bagi Partai Politik (Parpol) peserta Pemilu 2024. Sebab, untuk menggaet suara dari Gen Z tentu tidak gampang.

Potensi Pemilih Gen Z di Pemilu 2024

Survei BPS mencatat jumlah usia muda produktif (15-64 tahun) pada 2020 mencapai 191,08 juta jiwa atau sekitar 70,72% dari jumlah total penduduk Indonesia sebanyak 270,20 juta jiwa.

Ini lebih tinggi dari angka Pemilu 2019, di mana setengah dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) terdiri dari pemilih muda (usia 17-40 tahun). KPU mencatat, pada Pemilu 2019, usia pemilih 21-30 sebanyak 42.843.792 orang, dan usia 31-40 tahun 43.407.156 orang.

Jika jumlah ini ditambah pemilih usia 17-20 tahun, maka persentase pemilih muda yang terdiri dari generasi y dan generasi Z mencapai 50% pada Pemilu 2024 mendatang.

Dengan besarnya potensi suara Gen Z tersebut, dapat dipastikan bahwa Parpol melalui tokoh-tokoh dan program-programnya akan berlomba-lomba dalam merebut suara kaum muda ini. Mau tidak mau Parpol harus berupaya maksimal untuk membangun opini publik yang bersifat humanis dan persuasif guna meraih simpati pemilih Gen Z.

Dari sisi politik, Gen Z dinilai sebagai kelompok yang mampu memberikan kontribusi besar bagi setiap kandidat. Bahkan, eksistensi generasi ini dianggap menjadi penentu keberhasilan Pemilu serentak 2024 mendatang.

Karakteristik Gen Z dan Kesadaran Berdemokrasi

Mereka yang masuk dalam Gen Z lebih up to date terhadap isu yang tersebar di media daring atau internet. Kehidupan gen Z tidak lepas dari internet, karena mereka lahir dan tumbuh di tengah perkembangan teknologi digital. Mereka juga dikenal sebagai generasi yang mahir dalam mengoperasikan internet baik untuk hiburan, belajar, atau bekerja.

Hidup berdampingan dengan teknologi digital membuat Gen Z memiliki karakteristiknya sendiri yang berbeda dengan generasi lain. Selain menggemari teknologi, Gen Z lebih  fleksibel, lebih cerdas, dan lebih toleran pada perbedaan budaya. Generasi ini juga terhubung secara global dan berjejaring di dunia virtual. Meskipun terkenal open minded dan lebih fleksibel, namun generasi ini juga dketahui memiliki karakter yang menyukai budaya instan dan kurang peka terhadap esensi privat.

Sebagai kelompok yang banyak terpapar internet, maka saat mempunyai pengelaman baik atau buruk, mereka tidak akan diam saja. Mereka akan mengungkapkan pengelaman tersebut di media sosial. Gen Z memiliki kemampuan berpikir global, karena sering menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan seluruh orang di belahan dunia.

Kendati Gen Z punya keunggulan, terutama lebih “melek’ Teknologi dan Informasi, namun tetap memiliki celah kekurangan yang lebar. Mereka cenderung memliki kebiasaan negatif seperti lebih senang dengan budaya instan dan kurang peka terhadap esensi privat. Gen Z cenderung lebih berfikir individualis dan materialistis. Mereka kurang peka terhadap isu-isu kebangsaan, lebih tertarik dengan isu-isu yang ‘asal heboh’ atau viral yang muncul di sosial media.

Kesadaran politik dan berdemokrasi kalangan Gen Z tentu juga kurang bertumbuh karena nalar kritisnya lebih didorong oleh opini publik media sosial yang kadangkala mengabaikan nilai-nilai moral kebangsaan. Mereka lebih tertarik dengan public figure yang dipoles sebagai artis ketimbang sebagai politisi.

Karakteristik tersebut berpengaruh terhadap nilai-nilai pandangan dan tujuan hidup termasuk sikap dan cara pandang yang mempengaruhi peran mereka di pemilu 2024 mendatang.

Politisi Gen Z Kebutuhan Wajib Parpol

Dinamika perjalanan Bangsa Indonesia tidak lepas dari kontribusi kaum Muda. Investasi terbaik suatu bangsa adalah generasi mudanya. Bapak Bangsa, Bung Karno (Ir. Soekarno) pernah mengatakan “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Kalimat legendaris Presiden Pertama RI tersebut jelas menyiratkan betapa pentingnya peran generasi muda dalam masa depan berbangsa dan negara.

Berbicara masa depan Bangsa, tak lepas dari bagaimana kaum muda bisa turut menggerakan roda pemerintahan. Politik adalah saluran utama bagaimana kebijakan negara bisa tercipta, sehingga bisa menyelesaikan apa yang di sebut Bung Karno sebagai Revolusi Indonesia, dari yang semula bangsa jajahan menjadi bangsa yang Makmur tanpa penjajahan.

Bung Karno mengatakan,  “Politik bukanlah perebutan kekuasaan bagi partainya masing-masing, bukan persaingan untuk menonjolkan ideologinya sendiri-sendiri tetapi politik untuk menyelamatkan dan menyelesaikan revolusi Indonesia.”

Amanat-amant Bung Karno tersebut ini tentu masih relevan dengan konteks zaman sekarang, dimana kaum mudanya,  terutama Gen Z diharapkan juga turut terjun terlibat dalam kancah politik. Mau tidak mau atau suka tidak suka, Gen Z akan menjadi bagian dari demokrasi politik bangsa ini secara berturut-turut ke depan.

Dengan potensi pemilih Gen Z untuk memenangkan Pemilu 2024, tentunya Parpol sudah seharusnya mulai memunculkan politisi dari Gen Z. Sebab, setiap generasi memiliki persoalannya sendiri dan hanya generasi tersebutlah yang memahami persoalannya. Politisi Gen Z tentu akan lebih nyambung berkomunikasi dengan sesamanya. Ia bisa membangun komunikasi politik yang lebih luwes untuk memenangkan hati pemilih seusia.

Politisi Gen Z akan lebih fleksibel dengan akses informasi politik yang luas, sehingga bisa menjadi sarana untuk mencerna pilihan yang baik untuk menjaga marwah demokrasi. Politisi Gen Z akan mudah memahami setiap opini dari jejaring media sosial dan membuka ruang diskusi digital yang harmonis.

Dengan karakter dasarnya yang dinamis dan kritis, Politisi Gen Z dengan sendirinya akan sadar dan bergerak untuk membekali diri dengan pengetahuan politik, jika ingin terlibat sebagai peserta Pemilu. Ia tidak hanya mengandalkan basis suara atau pengaruh orang tua atau keluarga, tetapi memang bobot yang dimilikinya layak untuk memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan bangsa.

Hal yang perlu digaris bawahi adalah bahwa melahirkan Politisi Gen Z juga merupakan implementasi dari keyakinan kolektif bahwa kaderisasi dan regenerasi penerus adalah kebutuhan wajib bagi Parpol yang tidak dapat dinafikkan. Memunculkan Politisi muda kalangan Gen Z untuk ikut bertarung dalam kontestasi demokrasi, baik sebagai tim pemenangan Pemilu maupun Calon Legislatif (Caleg) jelas menjadi kebutuhan dan keharusan bagi Parpol, jika ingin memenangkan Pemilu 2024 mendatang. (*)

*Chisya Ayu Puspitaweni adalah Kader PDI Perjuangan Kabupaten Sleman, kelahiran Yogyakarta 29 September 1999.  Ayu, sapaan akrabnya adalah sarjana Teknik Kimia dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta yang baru lulus pada Juli 2022 yang lalu. Selepas kuliah ia langsung diterima bekerja di perusahaan terkemuka yang bergerak dalam bidang Energi Migas. Meski berkarier dalam dunia bisnis, Ayu juga terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan bersama berbagai komunitas Gen Z Sleman, khususnya di wilayah Kapanewon Depok.  

 

 

 

58 / 100

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com