PAGI ini kunikmati secangki kopi dan suasana cerah dan penuh semngat, terlebih ketika membuka handphone dan melihat story ratusan kontak menghiasi storynya dengan kartu ucapan, flayer, banner, ucapan peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Terutama kontak yang dimiliki oleh para bakal calon baik bakal calon legislative, bakal calon kepala desa, dan bakal calon laiinya, tidak ketinggalan juga pimpinan suatu lembaga. Memang sudah menjadi sesuatu yang latah bagi mereka yang berkepentingan, momen ini dapat dipergunakan untuk memperkenalkan dirinya sebagai sosok yang mungkin “nasionalis”.
Secara umum warga Negara Indonesia tentunya mengenal dan tahu minimal pernah mendengar tentang Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS), karena rutin diperingati setiap tahunnya. Namun apakah sebagian besar dari kita paham mengapa Ir. Soekarno pada tahun 1948 menetapkan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional ?, apa yang melatar belakanginya dan mengapa ini harus dilakukan ?.
Pertanyaan-pertanyaan di atas perlu kita cari tahu, agar kita tidak salah kaprah dalam mengartikan dan hanya sekedar seremonial saja dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional setiap tahunnya. Ditetapkannya Hari Kebangkitan Nasional tentunya ada asbab dan musabab yang melatar belakanginya.
Penetapan Hari Kebangkitan Nasional kala itu dipandang relevan dan perlu melihat diawal-awal kemerdekaan perlu adanya pemersatu/persatuan untuk membangkitkan semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan dan kesadaran berbangsa dan bernegara bagi masyarakatnya terutama oleh kaum mudanya.
Ditetapkannya Hari Kebangkitan Nasional yang juga didorong oleh beberapa faktor seperti penderitaan yang berkepanjangan pada masa-masa penjajahan hingga faktor perkembangan gerakan kebangkitan nasional di wilayah Asia, dan munculnya paham-paham baru seperti paham nasionalisme, liberalism, dan sosialisme di Eropa dan Amerika.
Menurut penulis yang juga sekaligus sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun ini mesti ada yang lain dari tahun-tahun sebelumnya, bukan hanya sekedar seremonial rutin setiap tahun, tapi lebih dapat menjiwai semnagat kebangkitan nasional sebagai tonggak untuk berbenah dan bangkit bersama.
Berbenah yang penulis maksudkan adalah bagaimana kita benahai persatuan dan kesatuan bangsa ini, dimana saat ini persatuan dan kesatuan bangsa kita tengah diobok-obok tidak hanya dari luar tapi juga dari dalam. Bagaimana tidak ? setiap hari masyarakat dipertontonkan adegan-adengan yang diperankan oleh para elit, saling hina, saling hujat, saling ejek dan saling menjatuhkan sudah menjadi sarapan setiap harinya.
Belum lagi memasuki tahun politik ini, memicu munculnya faksi-faksi yang berdampak pada persaingan tidak sehat dan menjadikan masyarakat yang terkotak-kotak oleh sekat dukungan dan beda pilihan. Melalui peringatan Hari Kebangkitan Nasional mari kita tenggok kembali bagaimana para pendiri bangsa ini mempersatukan perbedaan, menyatukan semangat membesarkan bangsa dan Negara ini, tanpa skat dan perpecahan.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun ini, mari jadikan momentum untuk bangkit bersama, bangkit dari keterpurukan ekonomi dengan hutang yang menggunung, keterpurukan dari system demokrasi yang kian anarki, keterpurukan dari kebebasan yang kebablasan, keterpurukan hukum yang tajam ke bawah tumpul ke atas, keterpurukan moral dan mental para pejabat dan penyelenggara Negara, keterpurukan sikap gotong royong saling asah, asih dan asuh dalam masyarakat, hilangnya kerukunan antar umat (antar agama maupun seagama). Pemerintah hilang wibawanya disebabkan oleh oknum-oknum pejabat penghianat bersembunyi dibalik kepentingan rakyat,
Melalui tulisan ini, penulis hanya merefleksikan dan menjadikan peringatan Hari Kebangkitan Nasional sebagai bahan introspeksi diri baik oleh setiap individu masyarakatnya maupun oleh para penyelenggara Negara yang sedang menjabat. Agar Indonesia segera bangkit dari berbagai keterpurukan.(*)
*Penulis adalah Founder Rumah Baca Purnama tinggal di Banjarnegara Jawa Tengah