Fadli Zon: Kaum Intelektual Jangan Melacurkan Diri Kepada Kekuasaan

JAKARTA – Ditengah bertambahnya usia demokrasi Indonesia, satu hal yang patut disayangkan, semakin berkurangnya cendekiawan, intelektual yang kritis. 

“Fenomena Indonesia saat ini ada kecenderungan kaum intelektual bukan menjadi pengkritik dan penjaga moral, justru menjadi bagian dari kekuasaan. Bahkan mencari kekuasaan melalui political process atau kontes komentar yang menjustifikasi pemerintah,” ujar Fadli Zon, dalam keterangan pers yang diterima jogjakartanews.com, Jumat (24/07/2014).

“Karena terlalu dekat dengan penguasa, yang awalnya kritis justru malah menjadi sekadar pemberi stempel. Jangan sampai intelektual melacurkan dirinya kepada kekuasaan. Atau hanya menjadi kelompok yang menyusun strategi demi langgengnya penguasa dan lupa tanggung jawabnya terhadap bangsa,” lanjut Fadli Zon.

Menurutnya, fenomena seperti ini sudah lama diwanti-wanti oleh pemikir Perancis Julien Benda dalam bukunya The Betrayal of the Intellectuals (Penghianatan Kaum Intelektual).

Dikatakan Fadli Zon, pandangan Julien Benda, dalam memainkan peranannya, intelektual tidak mesti bersentuhan dengan penguasa. Sebab, semakin dekat dengan penguasa, kaum intelektual akan mengalami stagnasi, bahkan lumpuh.

Kaum intelektual memegang peranan penting dalam pembangunan politik sebuah bangsa. Sebagai penyeru kebenaran dan penjaga moral.

“Intelektual yang kritis tentu masih ada. Saya yakin mereka tetap berkontribusi bagi masyarakat dan negara melalui ilmu dan kebajikan yang dimiliki, meski tidak dekat dengan penguasa. Mengutip Gramsci, kelompok intelektual seperti inilah yang disebut intelektual organik, ilmunya diabdikan untuk Negara. Bukan kelompok intelektual mekanik yang hanya menjadi instrumen sekrup penguasa,” tutup Fadli Zon. (pr/ded)

Redaktur: Syarifudin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com