Aristianto Zamzami: Kejadian Tolikara, Tragedi Kemanusiaan

MAKASSAR– Tragedi pembakaran masjid di Tolikara, Papua, menjadi keprihatinan bangsa Indonesia, tak hanya ummat Islam. Sebab kejadian tersebut merupakan tragedi kemanusiaan.

“Apapun alasannya merampas hak manusia untuk beribadah adalah tindakan tidak manusiawi. Tragedi Tolikara ini tentunya bukan hanya menjadi keprihatinan ummat Islam saja, melainkan keprihatinan anak bangsa yang berperi kemanusiaan,” ungkap Fungsionaris Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB-HMI), Aristianto Zamzami saat menjadi salah satu pembicara dialog publik bertema “merajut kebersamaan  ditengah perbedaan” di Warkop Cappo Alauddin, Makassar, Senin (27/07/15).

Dikatakan Aristianto Zamzami, tragedi kemanusiaan di Tolikara harus segera diusut tuntas oleh aparat kepolisian, dan siapapun pelakunya harus diberi hukuman yang benar-benar membuat jera.

“Kasus ini harus segera dituntaskan segera dan jangan sampai berkembang menjadi isu Suku, Ras, dan Agama (SARA) yang berpotensi memecah belah NKRI,” tambah Aristianto Zamzami yang direktur Lembaga Riset dan Studi Ekonomi dan Politik Karya Bagi Negeri ini, di hadapan puluhan peserta dari berbagai elemen gerakan mahasiswa, organisasi kepemudaan dan masyarakat Makassar.

“Tentu saat ini yang terpenting untuk bangsa Indonesia adalah persatuan nasional. Terlebih tantangan ke depan akan lebih berat, dimana kita harus berkompitisi dengan bangsa-bangsa ASEAN melalui MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Tanpa adanya persatuan nasional sulit kiranya memenangkan kompetisi ini,” ujar Aristianto Zamzami yang menjabat di Departemen Kewirausahaan PB HMI.

Selain Aristianto Zamzami, Hadir sebagai pembicara  antara lain tokoh-tokoh masyarakat Kota Makassar, Ishaq Ngeljaratan (Budayawan), Aswar Hasan (Akademisi), AKBP Oktavianus (Wakasat Bimas Polrestabes Makassar),  dan Syamsuddin Radjab (ketua PBHI) .

Dalam kesempatan tersebut  Ishaq Ngeljaratan  mengatakan Toleransi tersebut harus bisa dijaga baik.

“Perbedaan agama, suku, ras, ideologi atau mashab, tak boleh jadi alasan terjadinya konflik di masyarakat. Perbedaan adalah keniscayaan dan anugerah ilahi. Sebab setiap orang memiliki keterbatasan, kespesifikasian dan saling ketergantungan,” katanya.

Sementara Aswar Hasan mendesak pemerintah harus bertindak tegas untuk menyelesaikan konflik Tolikara.

“Ada surat yg menjadi bukti itu sebagai acuan untuk menangkap aktor intelektualnya,” ujarnya.

Sedangkan Syamsuddin menekankan pemerintah harus jeli melihat kasus Tolikara.

“Apakah benar ada campur tangan asing dibalik kejadian Tolikara sebagaimana isu yang berhembus, atau tidak. Itu juga harus didalami pemerintah. Jangan sampai bangsa kita dipecah-belah bangsa lain,” tukasnya.

Di sisi lain AKBP Oktavianus menghimbau agar tokoh pemuda dan masyarakat agar tetap menjaga suasana yang kondusif di Kota Makassar.

“Kita harus mempertahankan toleransi antar sesama pemeluk agama, “ imbaunya.

Ia menegaskan bahwa jajaran Polrestabes Makassar akan selalu siaga  mengantisipasi kejadian di Tolikara.

“Khusus di Makassar kami telah mempertemukan seluruh tokoh agama,” ujarnya.  

Dialog publik ini dirangkaikan dengan deklarasi pemuda dan mahasiswa pelopor perdamaian  yang diikuti HMI cabang makassar,PMII cabang makassar, PPI Sulsel, PMKRI kota makassar, KAMMI daerah makassar,IMM kota makassar, PMII Gowa dan HMI Cabang Gowa Raya dan Organda papua. (bom)

Redaktur: Rudi F

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com