Anggaran Kecil, RAPBN 2016 Tidak Berpihak Kepada Buruh

JAKARTA – Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara  (RAPBN) 2016 yang akan segera disahkan oleh DPR, dinilai tidak berpihak kepada kaum buruh. Pasalnya, dana alokasi APBN 2016  disektor ketenagakerjaan hanya 0,3 % dari total APBN 2016 sebesar 2121,3 Trilyun.

“Itu kecil sekali. Tidak akan ada manfaatnya untuk kaum Buruh. Terlebih bagi angkatan kerja yang hanya  lulusan SMP dan SMA, terutama  yang non skill atau yang terpaksa  tidak bisa melanjutkan ke jenjang selanjutnya karena dari keluarga tidak mampu,” ungkap ketua Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Badan Usaha Milik Negara Bersatu (FSP BUMN – Bersatu), Arief Poyuono dalam keterangan persnya kepada wartawan di Jakarta, Jumatt (30/10/2015) kemarin.

Dikatakan Arif, anggaran kecil tersebut tidak akan mampu meningkatkan pengembangan sumber daya manusia ,khususnya untuk peningkatan kompentensi , sertifikasi profesi, pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3 ), pemberdayaan pekerja rentan korban PHK, TKI purna, dan Pengembangan serta mengaktifkan kembali  Balai Latihan Kerja (BLK) diseluruh Indonesia.

Padahal, kata dia,  angkatan kerja baru yang mempunyai skill tinggi dan kompentensi serta berkualitas adalah kunci dari tingkat  produktivitas suatu negara. Sebab, dengan demikian, akan menghasilkan barang dan jasa, sehingga memberikan efek pada meningkatnya  pertumbuhan Ekonomi Indonesia.  

“Belajarlah dari Singapore yang negaranya tidak mempunyai sumber daya alam sejak merdeka hingga sekarang. Mereka mengalokasikan anggaran belanja negaranya sangat besar untuk pengembangan SDM demi menciptakan tenaga kerja yang trampil, professional dan kompetitif. Rata-rata 6,9 persen dari total jumlah APBN nya ditahun 2015, atau sebesar Rp 70 Triliun,” tukasnya.

Menurut Arif, kecilnya anggaran untuk sektor tenaga kerja di Indonesia selama ini selalu memunculkan persoalan kenaikan  upah minimum setiap tahunnya. Pengusaha merasa penaikan upah tidak dibarengi dengan peningkatan ketrampilan tenaga kerja dan produktivitas, sehingga menambah berat  beban perusahaan, di sisi lain kebutuhan hidup buruh juga terus meningkat setiap tahunnya.

“Apalagi akhir tahun 2015 Kita memaduki pasar bebas regional antar Negara – Negara ASEAN ATAU Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). untuk dapat bersaing dalam MEA salah faktor terpenting bagi Indonesia adalah kesiapan SDM yang berkualitas . Yang pasti, jika anggaran APBN 2016 kecil,  maka slogan Trisakti dan Nawacita  untuk bisa berdikari disegala bidang hanya omong kosong,” pungkas Arif. (kt3)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com