Karakter adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, sikap, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau manusia lainnya. Karakter terbentuk melalui sebuah proses pembelajaran dan karakter bukan bawaan sejak lahir. Karakter tercipta dari lingkungan. Mulai dari rumah, sekolah dan lingkungan sekitar.
Pihak-pihak yang memiliki peran dalam pembentukan karakter yaitu orang tua, guru dan teman bergaul. Karakter yang sudah terbentuk kecenderungannya akan sejalan dengan tingkah laku atau perilakunya. Jika seseorang membiasakan diri untuk berbuat baik, seperti sopan santun, suka menolong, menghargai sesama, maka karakternya adalah baik. Berbeda dengan seseorang yang berperilaku buruk, sebagai contohnya adalah suka mencela, suka berbohong, berkata kotor, kemungkinan besar karakternya buruk.
Bulan Ramadhan merupakan bulan untuk membentuk karakter baik, karena di dalamnya membentuk perilaku baik. Konteks puasa, tidak hanya menahan makan dan minum saja, akan tetapi menahan untuk tidak berkata bohong, menahan diri untuk tidak berbuat curang, menahan diri untuk tidak berkata kotor, terlebih lagi adalah menahan seluruh anggota tubuh untuk senantiasa tunduk dan patuh dalam menjalankan puasa, contohnya seperti mata, mata dilarang melihat sesuatu yang haram dilihat. Kemudian tangan, tangan dilarang untuk melakukan tindakan tercela. Mulut, hidung dan kemaluan, semuanya ikut berpuasa dengan cara menahan diri untuk tidak melakukan tidakan buruk.
Karakter yang terbentuk pada bulan Ramadhan di antaranya adalah, karakter ikhlas, karakter yakin, karakter responsive dan karakter sabar. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
Pertama, Ikhlas, Ikhlas merupakan salah satu bentuk ibadah yang hanya dapat dikerjakan oleh hati dan tidak bisa kita lihat. Ikhlas adalah amal shaleh yang tujuannya semata-mata untuk memperoleh ridlo Allah Swt dan tidak untuk mendapatkan pujian maupun sanjungan. Hal ini memang sangat berat, karena godaan yang teramat besar dan secara tidak langsung menghilangkan keikhlasan karena urusan dunia. Oleh karena itu, ada ciri-ciri orang yang tulus dan ikhlas:
- Menyempurnakan ibadah walaupun dalam keadaan sendirian.
- Tidak suka dipuji.
- Mendengarkan nasihat.
- Tidak berambisi.
- Selalu bermuhasabah.
- Memberikan amal secara rahasia.
Imam Syafi’i berkata: “Semua manusia mati kecuali mereka yang memiliki pengetahuan. Dan semua orang yang memiliki pengetahuan akan tertidur, kecuali mereka yang melakukan beramal shaleh. Dan mereka yang beramal shaleh akan ditipu, kecuali mereka yang ikhlas. Dan mereka yang ikhlas akan selalu merasa khawatir.”
Menanamkan karakter ikhlas membutuhkan kesabaran, karena harus menjaga niat lurusnya agar tidak terkontaminasi dengan perkara-perkara yang merusak keikhlasan seseorang, kemudian terkadang pujian yang berlebihan juga membuat seseorang tinggi hati alias sombong, oleh karena itu, semuanya harus diluruskan, yaitu hanya mengharapkan ridlo dari Allah Swt.
Kedua, membentuk karakter sabar, sabar adalah menahan diri dari segala kesedihan dan bentuk kesulitan atau menahan diri dalam menghadapi sesuatu yang tidak disukai. Sebagai contoh adalah tidak mudah marah, tidak mudah putus asa, berkeluh kesah dan menahan diri dari perbuatan keji dan maksiat.
Sabar menurut Islam terbagi menjadi tiga yaitu: Sabar dalam ketaatan, sabar dalam menghadapi musibah dan sabar dalam menjauhi kemaksiatan.
Sabar dalam ketaatan artinya adalah sabar dalam menjalankan perintah Allah Swt dengan cara melawan semua hal yang dibenci Allah Swt, sebagai contoh adalah bahwa puasa Ramadhan merupakan kewajiban, kita menahan makan, minum dari subuh sampai adzan maghrib berkumandang, tidaklah mudah, godaannya sangat banyak dan itu kita jalankan selama satu bulan penuh. Ketaatan atas perintah Allah lah yang mendasari kita untuk sabar dan kuat atas segala godaan yang megganggu tujuan manusia itu sendiri yaitu mencapai derajat taqwa.
Sabar dalam menghadapi ujian, cobaan atau musibah, pada dasarnya ujian, cobaan atau musibah yang diberikan oleh Allah Swt kepada hambanya dalam rangka mengangkat derajatnya menjadi lebih baik, kita ibaratkan anak sekolah yang menghadapi ujian kenaikan kelas, jika lulus maka naik, tapi sebaliknya jika gagal, maka tinggal kelas. Ibarat ini menggambarkan seperti ujian kehidupan manusia, Allah Swt memberikan ujian, cobaan berupa musibah tentunya disesuaikan dengan kemampuannya dan tidak mungkin di luar batas kemampuan. Oleh karena itu, sabar dan ikhlas menjadi kuncinya.
Sabar dalam kemaksiatan, menahan diri dari segala maksiat memang sangat berat, karena biasanya bentuknya sesuatu yang sangat menyenangkan, larangan-larangan inilah yang yang harus dijauhi oleh orang-orang yang beriman, karena sesuatu yang dibenci Allah Swt, sesungguhnya baik untuk kita, contohnya kita dilarang untuk makan dan minum yang haram, karena merusak badan dan akal manusia, berzina diharamkan, karena di dalamnya ada sebab penyakit HIV dan lain sebagainya yang dilarang, semuanya itu untuk keselamatan manusia. Jika kita teliti dan pahami. Maka, sesungguhnya sabar dalam kemaksiatan harus kita perjuangkan sekuat tenaga agar tidak terjerumus kedalam jurang kemaksiatan.
Pada dasarnya sabar merupakan solusi dari segala permasalahan, hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al Baqarah ayat 153, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang sabar”. Dan dalam Surat Az Zumar ayat 10 yang artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”
Momentum Ramadhan inilah kita manfaatkan untuk menggembleng pribadi agar dapat terbentuk menjadi karakter yang baik dan unggul. Diantaranya adalah karakter ikhlas dan karakter sabar, karena masih banyak karakter-karakter lain yang terbentuk selama Ramadhan. Namun, kedua karakter tersebut yang sudah dijelaskan di atas akan membawa kita kepada kesuksesan dunia dan akhirat.
Semuanya perlu latihan dan pembiasaan agar apa yang kita kerjakan sesuai dengan norma-norma yang berlaku, baik norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan dan norma hukum. Bulan Ramadhan inilah sebagai sarana untuk berlatih, termasuk membiasakan diri melakukan segala aktivias dengan baik dan sesuai perintah Allah Swt, termasuh berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan larangan-larangan Allah Swt, dan kita harus yakin, pasti bisa dan pasti dapat menjalankan.
*Mukharom adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Semarang (USM) dan Pengurus Ta’mir Masjid Al Hasyim Kota Semarang serta Ketua Yayasan Yuha Center Indonesia