JAKARTA – Semakin banyaknya para pemimpin, baik di legislative, eksekutif, yudikatif, hingga kalangan Partai Politik yang terjebak dalam pusaran kasus korupsi, menunjukkan lemahnya kepemimpinan nasional.Hal itu diungkapkan Budayawan sekaligus politisi, Fadli Zon.
“Lunturnya nilai etika dalam kehidupan, kurangnya kesadaran mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa, dan rapuhnya kedaulatan negara adalah beberapa contoh kemelut yang kini kita hadapi di kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkap Fadli Zon kepada jogjakartanews.com, Selasa (14/01/2012) sore.
Dengan krisis kepemimpinan tersebut, kata Fadli Zon, sudah seharusnya para pemimpin yang saat ini menjabat, perlu kembali meneladani sifat-sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Selama ini keteladanan Nabi Muhammad telah banyak ditinggalkan para pemimpin kita.
“Kita semakin butuh pemimpin yang Shiddiq (benar), Tabligh (menyampaikan), Amanah (dapat dipercaya), dan Fathonah (cerdas). Selain itu tentu saja berani dan setia melayani rakyat, seperti dicontohkan Nabi Muhammad SAW,” tutur wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra ini.
Fadli memaparkan, hari ini, bertepatan 12 Robiul Awwal, kaum muslimin di seluruh dunia, termasuk Indonesia, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Kelahiran Nabi bukan hanya untuk kaum muslimin, melainkan menjadi teladan bagi seluruh umat manusia. Sebab, keteladanan Nabi Muhammad SAW sudah diakui oleh masyarakat dunia.
“Michael H. Hart guru besar astronomi dan fisika di Amerika Serikat menempatkan Nabi Muhammad SAW di peringkat 1 dalam daftar 100 Tokoh Berpengaruh Dunia, bisa diartikan keteladanan sosok Nabi Muhammad SAW telah diterima masyarakat dunia,” ungkapnya.
Selain mengenang sosok pemimpin umat Nabi Muhammad SAW, peringatan Maulid juga penting untuk introspeksi diri. Sejauh mana kita telah meneladani sifat Nabi Muhammad SAW. Jejak langkah dan karakter Nabi Muhammad SAW merupakan bekal menghadapi tantangan kehidupan.
“Mari jadikan Maulid sebagai peringatan pentingnya memilih pemimpin yang punya integritas dan mendekati kualitas kenabian,” pungkasnya. (lia)
Redaktur: Aristianto Zamzami