MICHIGAN – Menurut survei terbaru dari 40.000 sampai 50.000 anak-anak dan remaja usia 8, 10, dan 12 tahun di Amerika Serikat sudah menggunakan rokok elektronik (e-rokok) daripada merokok tembakau.
Peneliti dari University of Michigan dalam laporan tahunan “Survey Masa Depan” menemukan bahwa baik alkohol dan rokok digunakan pada tahun 2014 berada menurun drastis sejak studi dimulai pada tahun 1975. Tetapi mereka sangat prihatin tentang munculnya e-rokok, yang tidak diatur dan formula yang sangat dirahasiakan.
“Sebagai salah satu produk rokok-jenis terbaru dalam beberapa tahun terakhir, e-rokok telah membuat terobosan yang cepat ke dalam kehidupan remaja Amerika,” ungkap Richard Miech, peneliti senior studi tersebut, dikutip ABC, Selasa (16/12/2014).
Ia mengatakan e-rokok menjadi popular di kalangan anak-anak dan remaja karena mereka menganggap e-rokok tidak membahayakan kesehatan.
Berdasarkan survey, ditemukan bahwa dalam 30 hari terakhir, penggunaan e-rokok pada anak usia 8 hingga 10 tahun dua kali lipat nya daripada rokok tembakau. Di antara anak 12 tahun, 17 persen melaporkan penggunaan e-rokok dan 14 persen merokok tembakau. Sedangkan anak usia 10 tahun yang disurvei melaporkan menggunakan e-rokok sebesar 16 persen, sementara hanya 7 persen yang merokok tembakau.
Lloyd Johnston, peneliti utama dari proyek itu mengatakan produk e rokok yang relative baru dan digunakan anak usia anak-anak cukup mengkhawatirkan. Ia mendesak Badan Kesehatan PBB untuk memberikan tindakan keras pada e-rokok.
“Jadi jika ada tindakan tegas), maka anak usia 12 tahun yang menggunakan hari ini, ketika mereka dewasa nanti tidak diberi kesempatan untuk menggunakannya (e-rokok). Survei masa depan kami mendatang seharusnya dapat menunjukkan hal itu,” katanya.
Sekadar informasi E-rokok adalah perangkat bertenaga baterai dengan elemen pemanas yang biasanya menghasilkan nikotin-infused aerosol, atau uap, yang dihirup pengguna. Produk tersebut dibuat dalam ratusan rasa termasuk permen karet dan coklat susu krim.
Namun Para peneliti tidak bisa memastikan apakah mereka yang menggunakan e-rokok kemungkinan besar nantinya akan menggunakan rokok tembakau. Namun yang jelas penggunaan tembakau di kalangan sekolah dasar yang semula cukup tinggi terus penurunan selama beberapa dekade.
Pada tahun 2014, penggunaan rokok tembakau menurun menjadi 8 persen dari 10 persen pada tahun 2013. Angka tahun 1998 adalah 28 persen.
Sekitar 15 persen dari anak 8 tahun mengatakan ada risiko besar bahaya dengan penggunaan rutin e-rokok, dibandingkan dengan 62 persen yang mengatakan ada risiko besar dari rokok tembakau.
Para peneliti Inggris mengatakan rokok elektronik bisa menyelamatkan nyawa 6.000 per tahun untuk setiap juta perokok, klaim yang telah menghidupkan kembali perdebatan tentang dampak kesehatan vaping.
Pada bulan September, dalam sebuah editorial yang diterbitkan British Journal of General Practice, sebuah tim peneliti dari Universitas London College berpendapat bahwa komunitas kesehatan publik terburu-buru buru-buru mereka untuk mengatur e-rokok sama dengan produk tembakau.
“Mengingat bahwa perokok merokok terutama untuk nikotin tetapi yang lebih berbahaya adalah tar, orang mungkin mengira bahwa e-rokok akan dianggap sebagai sarana untuk mencegah banyak kematian dan penderitaan yang disebabkan oleh rokok,” tulis mereka.
Pendapat tentang e-rokok sebagai alat berhenti merokok cukup beragam. Awal tahun ini, tim Universitas London College menemukan bahwa perokok sekitar 60 persen lebih mungkin untuk berhenti jika mereka menggunakan e-rokok. Namun penelitian lain telah menemukan bahwa perokok yang beralih ke e-rokok kurang mungkin atau tidak lebih mungkin untuk berhenti daripada jika mereka menggunakan patch atau permen karet.
Sebuah penelitian terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menemukan penggunaan e-cigarette kalangan anak-anak usia sekolah telah meningkat tiga kali lipat dalam tiga tahun terakhir, dengan setengah dari anak-anak yang melaporkan menyatakan bahwa mereka berniat untuk merokok konvensional dalam tahun depan. (ian/abc)
Redaktur: Rudi F