YOGYAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) RI, Dr. HM Jusuf Kalla menilai umat Islam Indonesia punya keinginan untuk bahagia dunia dan akherat. Namun, kesalahan umat secara umum yaitu banyak berdoa tanpa disertai usaha.
“Jangan hanya keinginan, doa terus menerus tanpa usaha tidak akan sampai. Apabila ada 100 orang miskin di Indonesia, saya kira statistiknya 90% umat Islam. Jika ada 100 orang kaya, biasanya hanya 10-15 orang yang Islam. Kerja keras kita belum maksimum,” ungkap Jusuf Kalla yang mewakili Presiden RI, Joko Widodo saat pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-VI, di Pagelaran Kraton Yogyakarta, Senin (09/02/2015).
Karena itu, menurut Jusuf Kalla, metode dakwah bil-lisan (pendekatan lisan) harus diperbaiki menjadi bil-hal (pendekatan perbuatan), yaitu dakwah melalui perbuatan nyata seperti menyantuni fakir miskin atau menciptakan lapangan pekerjaan.
“Kenapa kalau zikir seluruh lapangan penuh, tapi kalau ada penjelasan tentang pertanian atau perdagangan tidak banyak yang hadir? Padahal fiddunya hasanah harus seimbang. Coba tunjukkan dimana mencapai dunia dan akherat tanpa dunia yang baik?” tanya Jusuf Kalla.
Sementara itu, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof. Dr. KH. Din Syamsuddin, dalam laporannya menyampaikan KUII merupakan kegiatan yang setelah reformasi menjadi agenda rutin lima tahunan.
Setelah KUII ke-IV dan ke-V diselenggarakan di Jakarta, penyelenggaraan KUII ke-VI diselenggarakan di Yogyakarta. menurutnya, Yogyakarta dipilih karena memiliki nilai historis dan juga pernah menjadi tuan rumah KUII pada tahun 1945.
Tema KUII ke-VI yaitu “Penguatan Peran Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya Umat Islam untuk Indonesia yang Berkeadilan dan Berperadaban”. Menurutnya, tema tersebut diangkat untuk melakukan evaluasi kritis ke dalam dan ke luar. Dijelaskannya, Ke dalam yaitu menyangkut keberadaan, keadaan dan peran umat Islam itu sendiri. Sedangkan ke luar yaitu mengenai kehidupan kebangsaan dan kenegaraan kita di Indonesia.
“Umat Islam yang berjumlah sekitar 207 juta orang dari sekitar 240 juta penduduk harus memiliki tanggung jawab untuk masa depan Indonesia. Lewat kongres ini kita harapkan bisa disepakati sebuah dokumen historis baru yang intinya menegaskan komitmen bahwa NKRI adalah buah dari perjuangan dan jihad umat Islam Indonesia,” kata Din Syamsudin.
Acara kongres yang berlangsung dari tanggal 8-11 Februari 2015 ini diikuti kurang lebih 700 peserta yang berasal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat dan provinsi, ormas Islam, tokoh masyarakat, pondok pesantren, perguruan tinggi baik Islam maupun umum, 42 kraton di seluruh Indonesia, serta para pelaku ekonomi Islam. (ian/kontributor)
Redaktur: Rudi F