YOGYAKARTA – Di bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, memang benar pemerintah sejenak terlihat sukses dalam menjaga stok maupun harga komoditi di pasar-pasar di seluruh Indonesia. Semua kebutuhan pokok khususnya yang berkenaan dengan kebutuhan dapur seperti sayuran, bumbu-bumbu dan juga daging ayam tampak stabil. Jika pun terjadi kenaikan, masih dalam batas yang relatif lebih bersahabat.
Namun ternyata, harga-harga komoditi tersebut, khususnya harga daa ging ayam “ngamuk” pasca hari raya. Pantauan Jogjakartanews.com berdasarkan laporan koresponden di dua daerah di Yogyakarta dan Sumenep, harga daging ayam kini sudah meroket tajam. Daging ayam yang sebelumnya hanya di kisaran Rp 30.000 per kg, di Yogyakarta kini bahkan sudah ada pasar yang harga jual ayamnya mencapai Rp 40.000 per kg.
“Disini harga ayam sudah mencapai Rp 40.000,” kata salah seorang warga Yogyakarta yang tinggal di Jl Taman Siswa, Umbul Harjo Yogyakarta, Wiwit (30) kepada Jogjakartanews.com, Senin (27/07/2015).
Sementara di Sumenep, harga ayam menurut penuturan Muriani (40) harga ayam di Pasar Anom Sumenep sudah mencapai angka Rp 33.000 per kg. Hal itu cukup melonjak mengingat sebelumnya hanya di bawah Rp 30.000 per kg.
“Memang benar, sudah naik. Sekarang mahal banget satu kilonya Rp 33.000,” ungkapnya kepada Kontributor Jogjakartanews.com.
Fakta ini menunjukkan betapa pemerintah sangat lemah dalam mengontrol harga-harga kebutuhan pasca lebaran. Hal ini membuat rakyat seakan ‘dikubuli’ pemerintah dengan kebijakan setengah hati yang tidak mampu menjaga harga komoditi pasca lebaran.
“Rakyat dikibuli, memang benar relatif stabil sebelum lebaran atau saat puasa, tapi ‘ngamuk’ pasca Idul Fitri, ini kan mengecewakan,” tukas peneliti muda Rezim Watch, Ubaidillah kepada Jogjakartanews.com.
Untuk itu, ia meminta pemerintah segera membuka pintu hati untuk mengendalikan harga di pasar karena hal itu berkenaan dengan kebutuhan rakyat. “Meminta dengan segala kerendahan hati, tolong pemerintah yang memiliki kewenangan agar memikirkan nasih rakyatnya, stabilkan harga” eru Ubai. (ning)
Redaktur: Herman Wahyudi