BANTUL – Bantul siap menjadi Kabupaten terdepan untuk mewujudkan Visi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X 2017-2022, yakni menyongsong Abad Samudera Hindia untuk Kemuliaan Martabat Manusia Jogja.
Hal itu dikemukakan Bupati Bantul Drs. H. Suharsono dalam Talk Show di Bantul Radio Bersama Pejabat dari Dinas Kebudayaan DIY, Herlina, dan Budayawan dari Forum Keistimewaan untuk Kesejahteraan (FKK), Mas Bekel Joyo Supriyanto, Kamis (07/12/2017).
Dalam Talk Show bertemakan ‘Renaisans Peradaban Baru Bumi Mataram Menyambut Abad Samudra Hindia di Kota Bantul’ tersebut, Suharsono mengajak masyarakat Bantul untuk ‘gumregah’ bersatu mewujudkan Peradaban Baru Mataram.
“Saat ini Dinas Kebudayaan sudah dipisahkan dengan Dinas Pariwisata supaya Cakupan semakin luas untuk menggali, merencanakan, memprogamkan kegiatan tentang kebudayaan dan pariwisata. Tahun 2018 bantul akan mendapatkan danais 43 miliar,” tuturnya.
Sementara Herlina dalam kesempatan yang sama meminta warga masyarakat Bantul untuk bisa merencanakan, memprogamkan, mengusulkan, mengajukan kegiatan dan bisa mengakses danais dari dinas Kebudayaan dan dinas Pariwisata untuk pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat dalam rangka mewujudkan Visi Gubernur.
“Visi Ngarso Dalem (Sri Sultan Hamengku Buwono X), menyongsong Abad Samudera Hindia untuk Kemuliaan Martabat Manusia Jogja. Dengan demikian, sumber pendanaan dari Danais nantinya diharapkan orientasinya untuk mensejahterakan masyarakat, untuk kemuliaan martabat manusia,”katanya.
Sementara Mas Bekel Joyo Supriyanto optimistis jika Bantul merupakan pintu gerbang peradaban baru Mataram. Menurutnya, fakta sejarah telah membuktikan bahwa Bantul merupakan Pusat Peradaban Mataram. Di Bantul, kata dia, terdapatkan situs-situs sejarah dari jaman Mataram kuno, Mataram Islam sampai sekarang.
“Sejarah dari Wanabaya, Wanalipuro, Wanadoro, Wanakrama, Wanalelo, Wanatingal, dari Lahirnya Mataram Baru ketika Eyang Panembahan Senopati mendapatkan Wahyu Kraton Lintang Johar di Selo Gilanglipuro, Gilangharjo sampai berdiri kraton Mataram di Kota gedhe, Kerto, Pleret semuanya ada di Bantul,” tukas inisiator ‘Indonesia Rumah Kita Bersama’, komunitas seniman dan budayawan lintas iman.
Dikatakan Supriyanto, Bantul sangat berpotensi sebagai perwujudan Renaisans Yogyakarta. Dia menjelaskan, renaisans adalah kelahiran baru untuk menggali, mengangkat, melestarikan, merencanakan, mencita citakan sebuah tata kelola kawasan secara futuristik dan holistik dengan mempertahankan kearifan lokal menuju ke global,
“Visi Ngarso Dalem dari Renaisans Among Tani Ke Dagang Layar menuju ke Abad Samudra Hindia. Bantul punya peran penting dan sentral untuk mewujudkan halaman Yogjakarta dari Selatan. Kebangkitan Peradaban baru dari Bantul ini rencananya akan diawali dengan perencanaan konservasi kawasan Petilasan Selo Gilanglipuro, Akan dihidupkan lagi Stasiun Palbapang, dibangunnya Kawasan PSG (Palpabang, Sumbermulyo, Gilangharjo) menjadi Grand Village Center Lipuro,” kata Supriyanto yang juga bagian dari Tim Bhumi Atala Dwipa, sebuah wadah professional yang concern dalam bidang pembangunan ekonomi dan kebudayaan.
Dikatakan Supriyanto, saat ini Bhumi Atala Dwipa tengah mengusulkan ide dan gagasan merancang pembangunan ‘Tetenger Peradaban Baru Bhumi Mataram’ di Watu Lumbung Seloharjo yang sudah disampaikan kepada GKR Mangkubumi dan Ngarso Dalem, Selain itu, kata Supri, akan dirancang pula Marina Jogja, Penataan Konservasi Gumuk Pasir, Kawasan Ngancar daerah Wanabaya Sendang Sari, Kawasan Atala Dwipa di Kedung Miri Imogiri dan lain lain dengan mengedepankan pemberdayaan masyarakat menggali potensi lokal dengan pengembangan agri culture maritim, (seni, tani, dan kelautan).
“Seni pengembangan Situs sejarah budaya, Ritus ritual tradisi Kesenian tradisional, Home Industri, Deversifikasi makanan olahan, Handycraft, Batik dan seni dalam arti seluas luas nya. Tani Mewujudkan Kedaulatan Pangan yang Sehat dengan mewujudkan Lumbung Mataraman berdasar filosofi wiji wutuh wutah pecah wetah dadi wiji maneh ron genduru tunggak semi mego mendhung udan mas puser bumi banyu panguripan,” imbuhnya dalam Talk Show yang dipandu Sigit Grenjeng.
Untuk bidang kemaritiman, kata Supriyanto, mewujudkan Marina Jogja, yaitu Halaman Jogjakarta dari selatan untuk mewujudkan kesejahteraan Nelayan. Tambahannya, kata dia, sekarang telah dibangun Pusat Kota Bantul di Pasar Bantul, akan dirancang penataan Pasar Seni Gabungan sebagai estalase potensi Kabupaten Bantul.
“Kami berharap mendapat dukungan dari semua pihak dan bisa terealisasi,” tutup Supriyanto. (rd) Redaktur: Ja’faruddin AS