Masih Berpotensi Tsunami, Status Bencana Selat Sunda Masih Bertahan di Level Siaga

JAKARTA –  Meski saat ini status bencana mulai diturunkan dan masih bertahan di level III atau siaga, namun Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)  masih diberlakukan larangan masuk ke kompleks sekitar Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 kilometer.

Badan Geologi menyebutkan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau  pada Sabtu (29/12/2018) sudah mulai reda. Namun demikian  Reaktivasi atau pergerakan lempeng sesar di Selat Sunda yang berada di bawah Gunung Anak Krakatau masih menjadi potensi ancaman tsunami.

Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomo Purbo mengatakan, reaktivasi Gunung Anak Krakatau bisa memicu kembali dan meningkatkan aktivitas vulkanik. Menurutnya, aktivitas gunung api fluktuatif, bisa naik mendadak bisa turun dan tak bisa diprediksi.

Dijelaskan Purbo reaktivasi bisa saja memicu kembalinya longsoran besar di lereng Gunung Anak Krakatau. Bisa terjadi tsunami lagi, kata dia,  apabila terjadi longsoran vulkanik mendadak, tapi jika turun pelan pelan maka tidak akan menyebabkan tsunami.

“Longsoran-longsoran kecil saja tidak memicu tsunami,”  kata Purbo dalam konferensi pers di Ruang Sarulla, Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Sabtu (29/12/ 2018)

Terkait aktivitas vulkanik Anak Gunung Kratau yang tidak bisa diprediksi, Ia juga meminta masyarakat menyiapkan masker untuk mengantisipasi jika terjadi hujan abu,

“Kami meminta kepada masyarakat sekitar gunung yaitu di Provinsi Lampung dan Banten agar tetap tenang dan tidak mempercayai isu-isu tentang erupsi yang akan menyebabkan tsunami dengan tetap mengikuti arahan BPBD,” harapnya.

Sebagaimana diketahui, tsunami akibat longsoran erupsi Gunung Anak Krakatau di selat sunda terjadi pada Sabtu  (22/12/2018)yang lalu. Bencana ini berdampak pada pesisir barat Banten serta Lampung Selatan. Dalam rilis BNPB per tanggal 25 Desember pukul 13.00, jumlah korban meninggal bertambah menjadi 429 jiwa. Selain itu, 1.485 orang menjadi korban luka-luka, 154 masih hilang, dan 16.082 jiwa mengungsi. (kt7)

Redaktur: Faisal

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com