Oleh: M. Faisal*
Semua orang di dunia mungkin tidak ada yang bisa hidup dengan benar-benar tenang di tengah pandemi Covid-19. Barangkali ada yang nyaman-nyaman saja, bahkan tak merasa ada sesuatu dengan pandemi. Namun, entah berapa prosentasenya, tentu tidak bisa dipastikan, bahkan oleh Lembaga dunia sekaliber WHO sekalipun.
Mau tidak mau, suka atau tidak, pandemi Covid-19 adalah masalah besar bagi sebagian besar manusia di planet ini. Sebab, seluruh sektor kehidupan masyarakat bumi terpengaruh. Memang bisa saja, menenangkan diri di tengah pandemi bagi orang-orang tertentu yang memang sudah siap dengan konsep kehidupan baru di tengah pandemi. Siapa mereka? Diantaranya ialah orang-orang yang pekerjaannya jauh dari hingar bingar keramaian atau kerumunan manusia lainnya. Tidak menutup kemungkinan adalah orang-orang yang asosial dalam artian di tengah kehidupan nyata masyarakat: jarang bergaul.
Kendati bukan suatu justifikasi yang 100 persen benar bahwa mereka yang asosial lebih aman dari covid, namun setidaknya ada orang-orang seperti itu di dunia. Tak usah seluas itu, di lingkungan RT kita saja, kemungkinan ada. Pertanyaannya apakah asosial yang diinisiasikan orang yang jarang bergaul di tengah masyarakat benar-benar apatis dan tidak peduli dengan sesama manusia? Itu soal lain, dan belum tentu juga. Banyak orang yang bekerja dalam senyap namun hasil kerjanya bermanfaat untuk orang lain, bahkan masyarakat dunia. Contohnya ilmuwan Albert Einstein.
Kembali ke soal mereka yang tak masalah dengan pandemi, siapa lagi?. Jenis manusia berikutnya adalah orang-orang gila di jalan. Jenis ini, tentu tak perlu diragukan dan tidak perlu analisis yang panjang lebar.
Selain itu, manusia yang kurang pengetahuan atau karena kebiasaan seumur hidup yang sulit ditinggalkan. Contohnya, orang-orang tua di pedesaan terpencil yang kesehariannya sebagai petani tulen, terbiasa pergi ke sawah ladang dan tak pernah bepergian jauh ke perkotaan, apalagi dalam jangka waktu lama. Ngapain pakai masker?
Selanjutnya, mereka yang tak masalah dengan pandemi adalah manusia-manusia yang benar-benar dekat dengan Tuhan dan mau menerima kenyataan dengan kesadaran serta pengetahuan yang baik. Mereka yang dekat dengan Tuhan percaya sepenuhnya bahwa pandemi adalah musibah yang pasti ada hikmah. Mereka tak merasa resah karena mengimani bahwa Tuhan pasti akan memberi pertolongan, dan Tuhan tak akan memberikan ujian melebihi kemampuan manusia untuk mengatasinya. Mereka mau menerima keadaan meski tetap mematuhi protokol kesehatan, tetap tenang dan tak masalah dengan pandemi. Kalau toh secara ekonomi terpengaruh, namun tetap bersyukur. Meski kemudian ada yang meninggal karena Covid-19, maka hanya menganggap itu sudah takdir Tuhan.
Mungkin masih banyak lagi jenis-jenis manusia yang tenang-tenang saja meski pandemi melanda, tapi setidaknya jenis-jenis manusia di atas adalah yang setidaknya masuk akal dan pada kenyataannya banyak diketahui masyarakat meski bukan berdasarkan survei atau riset. Anda ingin meniru yang mana agar tetap hidup tenang di tengah pandemi? (*)
*Penulis adalah pengiat Forum Muda Lintas Iman Yogyakarta (FORMULIYO)