jogjakartanews.com– Kabar gembira bagi penderita atau survivor Kanker. Dalan pertemuan American Society of Clinical Oncology tahun 2022, telah dipresentasikan sejumlah metode dan obat baru untuk penyakit kanker dan tumor.
Pertemuan tersebut dihadiri dokter-dokter terbaik dari seluruh dunia. Mereka berkumpul di Chicago, Amerika Serikat, untuk berbagi informasi mengenai diagnosis dan pengobatan terbaru, termasuk pada penyakit paling mematikan, yaitu Kanker dan Tumor.
Dalam pertemuan tersebut kemajuan baru banyak dipresentasikan dan memberikan lebih banyak harapan bagi penamnagan medis penyakit-penyakit berbahaya. Diantara yang dikemukakan oleh para ahli medis dalam forum tersebut adalah perubahan perspektif untuk memerangi beberapa jenis tumor.
Beberapa pengobatan baru yang ditemukan diantaranya Obat Kanker payudara Trastuzumab yang menggantikan Pengobatan intravena.
Pengobatan intravena telah digunakan untuk mengobati kanker payudara selama beberapa dekade. Obat tersebut bekerja dengan baik, namun memiliki satu keterbatasan, yaitu hanya bisa diresepkan untuk para pasien yang memiliki gen HER2 (human epidermal growth factor).
HER2 merupakan sejenis gen penghasil protein atau reseptor HER2, yang membantu mengendalikan pertumbuhan dan perbaikan sel-sel payudara.
Jika produksi proteinnya tinggi dan terjadi kelebihan, maka itulah yang dapat mendorong kanker untuk tumbuh dan bermetastasis lebih cepat.
ahli onkologi Romualdo Barroso, koordinator penelitian di Rumah Sakit Suriah-Lebanon di Brasilia, mengungkapkan, dengan sebuah senyawa baru, trastuzumab deruxtecan, dapat membawa perubahan.
“Kami melihat kemunculan obat revolusioner. Obat itu seperti kuda troya. Artinya, obat itu memasuki tubuh seolah-olah sebagai sesuatu, tetapi dalam kenyataannya obat itu bekerja dengan cara lain,” ungkap Barroso dalam sebuah pernyataan dikutip BBC.
Di satu sisi, trastuzumab adalah antibodi monoklonal yang, dalam kasus kanker payudara, mengikat reseptor yang ditemukan di permukaan sel kanker.
Menurutnya, Obat tersebut menarik perhatian sistem kekebalan, yang melihat kanker sebagai ancaman dan mulai melawannya.
Kemudian, deruxtecan mulai menyerang sel-sel yang sakit. Ini adalah efek kedua dari obat trastuzumab deruxtecan. Obat kemoterapi ini menghancurkan tumor dari dalam ke luar.
Kebaruan yang dibawa obat ini tidak hanya ada pada cara kerjanya, tetapi juga pada efek kerjanya yang baik, bahkan pada pasien yang memiliki gen HER2 yang kurang berkembang. Barroso memperkirakan hampir 7 dari 10 pasien dapat memanfaatkannya.
Trastuzumab deruxtecan diberikan ke pembuluh darah setiap 21 hari dan masih menunggu persetujuan untuk digunakan di rumah sakit oleh badan-badan yang berwenang.
Pada prinsipnya, obat itu bisa digunakan ketika pilihan pengobatan pertama gagal dan ada metastasis.
“Kemungkinan besar seiring berjalannya waktu, obat itu juga akan menjadi pilihan untuk pengobatan tumor stadium awal,” kata braso.
Selain pada pengobatan kanker payudara, saat ini juga telah ditemukan obat baru Kanker rektum, yaitu dengan obat yang disebut dostarlimab.
ahli onkologi Rachel Riechelmann, direktur Departemen Onkologi Klinis di A.C. Camargo Cancer Center di São Paulo mengungkapkan, obat tersebut sebenarnya sudah digunakan untuk tumor lainnya, fungsinya merangsang sistem kekebalan untuk menyerang tumor.
Dalam tahap pengujian, ada 12 pasien yang diobati dengan dostarlimab. Para periset mengikuti perkembangan mereka selama enam bulan setelahnya.
“Hasil akhirnya, tidak ada yang memiliki bukti terdapat tumor di dalam tubuh. Obat ini mencegah para pasien beralih ke pengobatan yang lebih agresif, seperti pembedahan, terapi radiasi, atau kemoterapi. Bahkan bagi dokter, ini sangat mengejutkan,” kata Riechelmann.
Namun demikian dia mengatakan, beberapa hal harus menjadi bahan pertimbangan dalam penggunaan obat tersebut. Sebab menurutnya observasi enam bulan terhadap pasien dalam tahap pengujian adalah waktu yang singkat.
“Mungkin penyakit itu bisa muncul kembali beberapa tahun kemudian,” kata Riechelmann.
Kedua, obat itu hanya bekerja pada pasien yang memiliki tumor dengan “ketidakstabilan mikrosatelit” (MSI-H). Sekitar 1% kasus kanker rektum memenuhi kriteria ini.
“Obat ini belum disetujui untuk digunakan, tapi penelitian terus berlanjut,” ucapnya.
Penyakit Kanker lainnya yang ditemukan obat baru adalah kanker kolorektal (kanker usus besar dan rektum). Bahkan, dalam pengaplikasiannya, dapat mencegah kemoterapi yang tidak perlu
Penemuan obat baru ini dipresentasikan oleh tim peneliti dari Australia, yang berupaya untuk memberikan pengetahuan baru tentang jumlah intervensi yang harus dijalani seorang pasien.
Mereka telah mempelajari metode yang dikenal dengan nama “biopsi cair,” di mana fragmen DNA tumor yang muncul dalam aliran darah bisa terdeteksi.
ahli onkologi sekaligus Direktur Medis Precision Medicine Oncoclinics, di São Paulo, Rodrigo Dienstmann mengatakan, pasien dengan kanker kolorektal sering menjalani operasi untuk mengangkat bagian usus yang terkena kanker. Setelah pemulihan, banyak yang menjalani kemoterapi untuk menghilangkan kemungkinan sisa-sisa sel tumor.
Kemoterapi hanya membatasi kekambuhan, tetapi jika dijadikan terapi yang intens, ini memiliki efek samping.
Menurutnya, “Biopsi cair” yang ditemukan tim Peneliti Australia ini bisa membantu menentukan apakah kemoterapi diperlukan atau tidak, secara lebih mudah.
“Hasil penelitian yang dilakukan pada 455 sukarelawan menunjukkan ada kemungkinan untuk mengurangi separuh penerapan kemoterapi dan memperoleh hasil yang sama dari kelangsungan hidup pasien, Biopsi cair memiliki potensi revolusioner” kata Rodrigo Dienstmann.
Kanker selanjutnya yang ditemukan pengobatan baru adalah Kanker pankreas menggunakan metode yang disebut pengobatan sel CAR-T .
Paolo Hoff, profesor Onkologi Klinis di Universitas São Paulo mengungkapkan, kalangan dokter menilai
Adenokarsinoma pankreas mungkin menempati urutan teratas tumor dengan prognosis terburuk.
Selama 10 tahun terakhir, kemajuan dalam pengobatan ini hanya baru sampai kemoterapi. Terkait dengan obat yang lebih modern dan kurang agresif, seperti imunoterapi atau antibodi monoklonal, hasil positif belum terlihat pada pasien yang menderita penyakit ini.
Metode pengobatan sel CAR-T meliputi ekstraksi sel kekebalan pasien. Modifikasi sel itu dilakukan di laboratorium, dan kemudian memasukkannya kembali ke dalam tubuh pasien, sehingga mereka mengenali dan menyerang tumor.
“Meskipun sangat menarik, itu bukan sesuatu yang akan tersedia besok di klinik kami,” kata Paolo Hoff.
Menurutnya, metode ini masih perlu dikembangkan.
“Jalan masih panjang, tapi setidaknya sekarang kami berharap bisa berada di jalur yang benar.” katanya optimis. (kt5/rwt)
Redaktur: Faisal