HAMBA YANG DICINTAI ALLAH

Oleh: Mukharom*

Pertama, dibimbing oleh Allah pada kebaikan. Ketika berbuat dosa, ia tidak kebablasan, tetapi dibimbing untuk sadar dan bertobat kepadanNya. Allah mengarahkan pada kebaikan di saat langkahnya menuju jalan yang dibenci Allah.

Mata dan pendengarannya dijaga oleh Allah. Apakah dia maksum ? jawabnya adalah dia tidak maksum. Karena dosa adalah sebuah keniscayaan, akan tetapi perbuatan dosa tersebut dengan bimbingan Allah Swt untuk mudah sadar dan bertaubat.

Dicontohkan bagaimana Allah Swt menjaga sahabat Ma’iz ra, dikisahkan dia datang kepada Rasulullah Saw, ia mengatakan “Ya Rasulullah sucikan aku !” sampai 3 (tiga) kali, karena telah melakukan perbuatan zina, setelah dipastikan maka Ma’iz dihukum rajam. Setelah kematiannya, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: “Ma’iz betul-betul telah bertaubat yang sempurna. Seandainya taubat Ma’iz dapat dibagi-bagikan di tengah-tengah ummat niscaya mencukupi buat mereka”. Begitulah cintanya Allah Swt kepada hambanya, memberikan yang terbaik bagi seseorang yang dipilihNya.   

Kedua, Allah Swt akan mengumpulkannya dengan orang yang mencintai dirinya karena Allah Swt dan dia mencintai mereka karena Allah Swt. Oleh karena itu, hati yang dipadu cinta bersama saudaranya karena Allah Swt akan mudah melekat. Berbeda ketika cinta dibangun bukan karena atas dasar Allah Swt, maka akan mudah luntur, pudar dan tanpa makna.

Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya: “ Ikatan iman yang paling kuat adalaha loyalitas karena Allah dan antipati karena Allah, serta cinta karena Allah dan benci karena Allah” demikanlah jika cinta atas dasar iman kepada Allah Swt, maka temanpun datang seiring loyalitas yang sama, sama-sama memperjuangkan agama Allah Swt.

Contoh dalam masalah ini adalah Saad bin Muadz ra, ketika menderita sakit, beliau menangis dikarenakan teman-teman dekatnya tidak ada yang menjenguknya, kemudian ditanyakan kepada pembantunya, kemudian diketahui penyebabnya bahwa mereka malu akibat memiliki hutang kepada Muadz. Seketika Saad bin Muadz mengatakan “Sungguh dunia telah memisahkan antara diriku dan sahabatku yang membangun cinta karena Allah” oleh karena itu, Muadz pun membebaskan hutang-hutang para sahabantnya karena Allah.

Ketiga, di antara tanda cinta Allah Swt kepada hambanya, yaitu diberi ujian oleh Allah Swt. Ujian yang Allah berikan kepada hambnya merupakan sebab cinta dan bentuk yang diaplikasikan dalam kehidupan. Oleh sebab itu, jangan dipandang hal yang negatif. Karena dibalik sebuah ujuan ada kebaikan untuk hambaNya. Dalam hal ini, para Nabi adalah orang-orang yang diberikan banyak ujian oleh Allah, maka merekalah orang-orang yang paling dicintai oleh Allah. Nabi Muhammad menyatakan kepada sahabatnya bahwa beliaulah adalah orang yang paling besar ujiannya di antara manusia di dunia. Hadapilah ujian yang menimpa kita dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah, bukan sebaliknya malah menjauh dari sang pencipta.

Ciri-ciri seseorang yang dicintai Allah tersebut di atas merupakan bentuk penghargaan Allah kepada hambanya yang cinta kepadaNya, terkadang adakalanya seseorang yang melakukan maksiat namun rezeqinya lapang. Mereka beranggapan bahwa Allah tidak murka, tidak marah, Allah masih mencintai karena Allah masih melapangkan rezeqinya. Itu sebabnya Allah memberikan toleransi agar memanfaatkan rizqinya untuk kebaikan dan pada akhirnya menegur dengan berbagai ujian agar mereka sadar akan perannya sebagai hamba yaitu menyembah kepada Allah. Dan semoga kita menjadi bagian dari hamba yang dicintai Allah Swt.

(*)

*Mukharom adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Semarang (USM) dan Pengurus Masjid Al Hasyim Kota Semarang

47 / 100

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com