Hari Pertama UN SMP, Forpi Minta Dinas Pendidikan Yogyakarta Lebih Perhatikan Siswa Berkebutuhan Khusus

YOGYAKARTA – Terkait dengan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) untuk tingkat SMP atau sederajat khususnya di Kota Yogyakarta, mulai hari Senin hingga Kamis (04-07/05/2015) mendatang, Forum Pemantau Independen (Forpi) Pakta Integritas Kota Yogyakarta akan melakukan pemantauanintensif ke sejumlah sekolah. Hal itu bertujuan untuk memastikan bahwa pelaksanaan UN SMP betul-betul berjalan dengan baik dan benar, termasuk berkenaan dengan segala kebutuhan yang diperlukan oleh peserta UN dan kendala-kendala yang dihadapi oleh peserta UN. Demikian seperti keterangan pers yang disampaikan Koordinator Forpi, Winarta kepada Jogjakartanews.com.
 
Pada hari pertama UN, Forpi melakukan pemantauan di SMP N 15 Kota Yogyakarta dan MTs Yaketunis (Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam) Yogyakarta. Di SMPN 15 Kota Yogyakarta terdapat 323 siswa yang mengikuti UN hari pertama dengan ujian Bahasa Indonesia. “Dari hasil pemantauan di SMPN 15 ini relatif lancar, hanya saja ada satu-satunya siswa yang menggunakan kursi roda karena kondisi kesehatannya yang menderita lumpuh layu,” demikian keterangan Winarta.

Menurut Winarta peserta UN kali ini tampak semangat dalam mengikuti UN di hari pertama pelaksanaan UN, tak terkecuali siswa bernama Erry Susilo meski setiap harinya siswa tersebut harus digendong oleh ibunya dengan diantar  tukang ojek. Pihak sekolah juga telah menyediakan kursi roda untuk mempermudah Erry dalam mengkuti UN. Dalam mengerjakan soal-soal waktu yang disediakan adalah selama 120 menit. Itu rtinya, tidak ada tambahan waktu bagi Erry Susilo meskipun dirinya termasuk merupakan siswa yang berkebutuhan khusus.

Sementara itu, dari hasil pemantauan di sekolah lainnya, MTs Yaketunis, ada 5 siswa yang mengikuti UN hari pertama. Masing-masing ada empat tuna netra (laki-laki) dan satu low vision (perempuan). “Dari hasil wawawancara Forpi Pakta Integritas Kota Yogyakarta dengan beberapa siswa mengaku bahwa siswa mengalami kecapekan membaca soal-soal karena ada beberapa soalnya panjang dan ada beberapa soal yang membingungkan terutama pada soal grafik maupun tabel,” kata WInarta.
 
Selain itu, menurut Winarta siswa UN yang mengalami low vision mengaku kesulitan dalam membaca soal-soal karena ukuran huruf ataupun font soal cukup kecil. Karena ukuran atau font pada hari pertama ini standar, padahal seharusnya font atau ukurannya adalah minimal 20.
Terkait dengan pelaksanaan UN dan hasil pemantauan Forpi Pakta Integritas Kota Yogyakarta pada hari pertama di beberapa sekolah, Forpi Pakta Integritas mendorong kepada Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta agar dapat menyediakan soal-soal ukuran huruf atau font minimal 20.
 
“Selain itu perlu adanya penambahan waktu khususnya bagi siswa-siswa yang berkebutuhan khusus dari 40 menit menjadi 60 menit seperti yang dialami oleh siswa di SMPN 15, Erry Susilo karena waktu yang diberikan yakni 120 menit sama dengan siswa-siswa yang lain meskipun dirinya merupakan siswa yang berkebutuhan khusus,” harapnya (pr)
 
Redaktur: Rudi F

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com