YOGYAKARTA – Meski menerapkan sistem keselamatan dan keamanan berstandar internasional, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Yogyakarta, tetap mewaspadai potensi bencana yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya.
Sebagai langkah antisipasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY bakal menggelar simulasi bencana di kawasan Batan, Jalan Babarsari, Depok, Sleman, pada 10 Sepetember 2016 mendatang.
Kepala Pelaksana BPBD DIY, Krido Suprayitno mengatatakan, simulasi di kawasan nuklir tersebut sebagai langkah memperkuat ketangguhan dalam kedaruratan, khususnya yang diakibatkan kegagalan teknologi nuklir.
“Butuh penanganan khusus dan spesifik dalam mengurangi resiko bencana di kawasan ini,” kata Krido Suprayitno, Rabu (31/08/2016).
Dikatakan Krido, dalam simulasi di Batan, BPBD DIY juga mengandeng instansi terkait seperti TNI, Polri beserta unsur dibawahnya, Pemkab Sleman, tokoh masyarakat, hingga kaum akademisi yang ada di sekitar kawasan Batan.
“Semua kami libatkan untuk menerapkan prosedur taktis dan teknis tanggap darurat bencana. Hari ini kita adakan pertemuan untuk menyusun materi giatan gladi posko. Tujuannya untuk melatih koordinasi dan ketrampilan unsur pimpinan dan pembantu pada suatu unit dalam operasi tanggap darurat,” imbuhnya.
Sementara Kepala Batan Yogyakarta, Susilo Widodo mengatakan, meski sudah menerapkan Standar Operasional Prosedur dalam setiap kegiatan, namun potensi dan resiko bencana di kawasan Batan tetap ada. Menurutnya, sebelum ada BPBD, Batan sudah mendapatkan latihan standar keselamatan.
“Kita sadar kawasan nuklir ini memiliki resiko terjadi bencana. Simulasi yang akan digelar ini, lebih pada meningkatkan koordinasi jika terjadi bencana. Koordinasi yang baik akan menghasilkan capaian yang memuaskan. BPBD mungkin biasa menangani korban di Merapi. Tapi sekarang akan diuji di kawasan nuklir,” tukasnya. (kt1/dna)
Redaktur: Faisal
