Budaya  

Seribuan Warga Berebut Gunungan Suran Ki Ageng Singokerti di Selomartani

SLEMAN – Sedikitnya seribuan warga berebut isi gunungan dalam gelar tradisi Suran Ki Ageng Singokerti yang digelar di Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) , Selasa (11/09/2018). Dalam hitungan menit, tiga Gunungan berisi aneka makanan tradisional yang dibawa pasukan prajurit ala Kraton Ngayugyakarta Hadiningrat tersebut tersebut ludes, setelah didoakan sebelum diperebutkan warga.  

Ketua Panitia Suran Ki Ageng Singokerti Tahun 2018, Nawang Koso  mengatakan, Suran Ki Ageng Singokerten merupakan event budaya tahunan di Selomartani. Tak hanya dari Selomartani, acara Suran Ki Ageng Singokerti juga dihadiri warga dari desa dan kecamatan di sekitarnya, 

“Acara ini bertujuan untuk nguri-uri (merwat) budaya sekaligus mengenalkan potensi wisata budaya, khususnya di desa Selomartani,” katanya, belum lama ini.

Dalam acara tersebut, diarak tiga gunungan sepanjang tiga kilo meter dari Balai Desa Selomartani menuju makam Ki Ageng Singokerti di RT 5 RW 2 Dukuh Kowang Grumbul Gede. Ketiga gunungan masing-masing dibawa oleh Bregodo (prajurit ala kraton) berbeda.

Nawang menjelaskan, Gunungan yang berisi makanan tradisional Apem dibawa bregodo Singo Kerti dari Kowang Grumbul Gede. Gunungan yang berisi telur dibawa Bregodo Selo Aji dari Kledokan, Selomartani. Sementara itu Gunungan berisi jajan pasar dibawa Bregodo Joyo Wilopo dari nJelapan, Wedodomartani, Ngemplak,

“Gunungan ini sebagai symbol rasa syukur kepada Tuhan atas segala karunia dan keberkahan yang diberikan,” ujarnya.

Upacara pelepasan Gunungan dipimpin langsung oleh Kepala Desa Selomartani, Nur Widayati S.H dimulai pukul 14.00 Wib. Dalam sambutannya, Nur Widayati mengungkapkan rasa syukurnya atas terselenggaranya event budaya Suran Ki Ageng Singokerti tahun ini yang mendapat antusiasme warga. Menurutnya, acara Suran Ki Ageng Singokerti merupakan upaya bersama masyarakat Selomartani untuk melestarikan budaya,

“Suran Ki Ageng Singokerti merupakan kekayaan budaya yang semestinya selalu kita rawat dan jaga bersama-sama. Meski asalnya dari Selomartani, tapi ini adalah bagian dari kekayaan budaya Kabupaten Sleman, Budayaya Daerah Istimewa Yogyakarta, bahkan Indonesia.  Mudah-mudahan dengan acara ini, ke depan potensi wisata budaya di Selomartani ini bisa lebih dikenal luas dan bermanfaat untuk warga,” harapnya.

Usai menyampaikan amanatnya, dengan mengendarai Andong (kereta kuda, red), Nur Widayati turut mengiringi kirab gunungan bersama warga masyarakat, diantaranta  Anak- Anak Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) dan Remaja Karang Taruna Grumbul Gede Koang.

Gunungan yang diarak tiba di makam Ki Ageng Singokerti pada Pukul 15.00 WIB. Di makam bersejarah yang diperkirakan berusia lebih dari 300 tahun tersebut, digelar upacara nyekar (Tabur Bunga), dengan komandan upacara tokoh masyarakat setempat, Wahyu Wibowo dan inspektur upacara Kepala Desa.

Setelah dilaksanakan upacara nyekar di makam Ki Ageng Singokerti yang dipercaya warga sebagai cikal-bakal Desa Selomartani, Gunungan kemudian di bawa ke halaman masjid Abdul Latif. Masjid tersebut juga diyakini sebagai masjid tertua di Kecamatan Kalasan.

Setelah didoakan kemudian Gunungan diperebutkan warga. Sebagian warga meyakini apabila mendapat isi gunungan, akan mendapatkan berkah. Warga rela berdesak-desakan demi mendapat isi gunungan. Namun demikian acara berlangsung aman dan tertib.

Hadir dalam kirab budaya Suran Ki Ageng Singokeri, sejumlah tamu undangan dari jajaran Forum Pimpinan Kecamatan (Forkompinca) Kalasan, dan pejabat perwakilan dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman. (rd)

Redaktur: Fefin Dwi S

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com