Sri Sultan: Pesantren Ujung Tombak dan Pelopor Pembangunan Masyarakat Desa

BANGKALAN – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X menuturkan Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi juga lembaga sosial, bahkan lembaga ekonomi di pedesaan. Peran pesantren multidimensional,

“Pondok pesantren sesungguhnya berperan sebagai ujung tombak dan pelopor pembangunan masyarakat desa. Sebab kiai dan santrinya yang punya komitmen tinggi terhadap kemaslahatan umat merupakan komponen strategis untuk membangun masyarakat pedesaan,” tutur Sri Sultan saat menyampaikan pidato kebangsaan di Pondok Pesantren Alhikam Ketengan, Burneh, Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Rabu (12/12/2018).

Konsep pendidikan pesantren menurut Sri Sultan bertujuan untuk pencapaian ilmu dan teknologi yang dijiwai iman dan taqwa kepada Allah Swt. Sri Sultan memandang, santri-santri lulusan pesantren mampu hidup dinamis di lingkungan masyarakat-bangsa,

Dikatan Sri Sultan, salah satu ciri khas out put pesantren adalah SDM berkualitas dalam penguasaan Al-Qur’an secara mendalam dan terampil berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang baik serta mengembangkan budaya toleransi dan budaya perdamaian. 

“Bisa dibayangkan, jika ada lebih dari 8.000 pesantren di Indonesia dengan jumlah santri sekitar 2 juta orang, bukankah ini potensi SDM yang menguasai iptek dan memiliki imtaq yang luar biasa banyak?” imbuh Sri Sultan dalam ceramah yang diberi judul “Berbekal Pendidikan Pesantren Membangun Peradaban Indonesia”.  

Hal lain yang membanggakan dari Pesantren menurutnya adalah dalam mengembangkan pendidikan, kiai-kiai-nya memiliki wawasan luas, tidak sektarian, karena ajaran Islam menyuruh ummatnya bagi kemaslahatan semesta, demi rahmatan lil’alamin,

“Karena itu,   jika pembangunan ekonomi ingin dirasakan masyarakat, sebaiknya pemerintah memfungsikan pesantren secara optimal,’’ katanya sebagaimana dikutip dari keterangan humas Pemda DIY.

Sri Sultan menjelaskan, banyak pesantren modern yang menjadi center of excellence, pusat keunggulan. Hal itu, kata dia, menunjukkan pesantren siap menyongsong masa depan ikut membangun peradaban Indonesia yang lebih baik memasuki Abad Pendidikan 4.0.

Untuk pencapaiannya, kata Sri Sultan, paling tidak perlu empat langkah perubahan. Pertama, sikap terbuka terhadap perubahan yang menjadi modal awal membangun kesadaran mempelajari budaya dan kemajuan teknologi. 

Kedua, citra santri sebagai kaum sarungan yang sarat kejumudan dan budaya taqlid buta harus diubah dengan memberikan santri kemerdekaan berpikir. Pemahaman mempelajari selain agama tidak akan mendapatkan pahala harus diubah. Bahwa penguasaan ilmu dan teknologi juga merupakan bagian dari perintah Allah Swt.

Ketiga, pengembangan kurikulum dengan mengajarkan ilmu terkini, didukung oleh manajemen profesional serta menciptakan suasana belajar-mengajar kreatif-inovatif. Dari experiential learning menuju discovery learning, agar siap berkreasi masuk ke tahap invention learning, dengan mampu menerjemahkan ilmu pengetahuan menjadi keterampilan dalam berbagai kecakapan hidup (life-skill) sehingga mudah merespons disrupsiinovasi sebagai ciri Sistem Pendidikan 4.0.

Keempat, menjalin kerja sama dengan berbagai pihak (sister school) disertai pertukaran anak didik untuk memperluas pengalaman bagi santri dan kiai-nya.  Untuk mampu merespons perubahan itu, juga memerlukan empat prasyarat agar prosesnya bisa berlangsung dengan baik,

“Yaitu: Suitable, cocok dengan sistem dan kultur pesantren dan setempat;  Workable, dapat dilaksanakan, bersifat praktis dan “membumi”;  Affordable, terjangkau, dapat dilaksanakan oleh pesantren dengan inisiatif sendiri secara mandiri; dan Sustainable, dapat dikembangkan karena didesain sesuai dengan dan diimplementasikan ke dalam sistem dan struktur yang adaptif,” uarai Sri Sultan dalam acara bertajuk ceramah umum dan dialog “Pendidikan dan Masa Depan Bangsa” tersebut.

Sementara itu Pimpinan Ponpes Alhikam,  Drs KH M Nuruddin A Rahman SH menyambut gembira kunjungan Sri Sultan.   Ia menceritakan, Pesantren Alhikam memiliki lebih dari 2.000 santri. Di Pesantrennya juga terdapat lembaga pendidikan dari MI, SD, SMP, SMA, dan SMK, serta TK Alquran.

“Pesantren Alhikam adalah bagian dari bangsa Indonesia yang ingin mengisi kemerdekaan ini dengan sumber daya yang cukup. Kami bergerak di bidang sumber daya manusia. Alumni-alumni kami banyak yang melanjutkan studi ke Jogja. Alumni Alhikam juga  banyak yang jadi tokoh masyarakat di Bangkalan,” katanya dalam acara yang dihadiri seluruh guru dari berbagai jenjang di pesantren.

Turut hadir dalam acara,  Ketua Umum Taman Siswa Yogyakarta Prof Sri Edi Swasono, Kapolres Bangkalan AKBP Bobi Paludin Tambunan SIk MH dan para pejabat setempat. 

Sebelumnya,  Sri Sultan mengunjungi Universitas Trunojoyo Madura (UTM) untuk memberikan pidato kebangsaan bersama Prof Dr Mahfud MD. (kt3)

Redaktur: Faisal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com