Kreasi Unik Desainer Athan Siahaan dari Ulos yang Sakral Menjadi Fashionable

YOGYAKARTA  – Kreasi fashion unik kembali diciptakan desainer kondang, Athan Siahaan. Kali ini ia menciptakan The Mistical of Sibolang, busana berbahan ulos khas Batak dengan warna indigo atau dominan warna biru.

Athan mengatakan, Sibolang ditampilkan pada event Festival Payung Indonesia (FPI) di kompleks Candi Prambanan Minggu lalu. Ia mengaku berani mengeksplorasi kain ulos yang dalam masyarakat batak biasa digunakan untuk upacara adat yang sakral untuk dijadikan bahan fashion karena tidak menyalahi pakem penggunaannya,

“Kalau ulos disebut sakral dalam adat istiadat itu harus penuh dengan siratnya. Dalam koleksi ini saya  tidak menggunakan sirat, tidak menggunakan salah satu bagian daripada badan ulos,” kata Athan belum lama ini.

Motif ulos indigo yang warnanya lebih gelap menurutnya juga fashionable, menjadi merek Athan dan siap pakai,

 “Pewarnanya pewarna alam dan ditenun dengan tangan, tanpa menggunakan mesin. Kainnya juga dibuat dari kapas dan dipintal menjadi sebuah karya dengan kain motif ini (sibolang,red),” kata Athan.

The Mistical of Sibolang yang ditampilkan di Candi Prambanan dia sebut dengan menggambarkan sesuatu yang mistis dalam balutan fashion yang sangat elegan dan menarik.  

Ada beberapa tambahan saat para model menampilkan karyanya. Yaitu ditambah dengan payung sesuai dengan tema acara “Festival Payung Indonesia”.

“Kalau baju saya diproduksi dengan mesin, tidak nyambung dengan baju (karya) saya. Sementara baju saya mengangkat kearifan lokal, misal saya gabungkan dengan caping dan tambah. Itu bisa meningkatkan karya para perajin,” tukas Athan.

Ia ikut peragaan busana di Candi Prambanan untuk mengenalkan ulos kepada para pengunjung terutama yang ada di Jawa dan Yogyakarta. Umumnya kalau di Yogyakarta,  Solo dan sekitarnya orang mengenal batik.  Kini saat dia mengenalkan ulos yang merupakan karya asli Batak kepada mereka,

“Ini koleksi ulos saya yang kelima yang pernah saya pernah saya show di Daerah Istimewa Yogyakarta,” kata dia.

Saat fashion show di Candi Prambanan, ia mengeluarkan sepuluh outfit. Saat ditanya harga baju desain karyanya, ia menyebut harga kain ulos per lembar sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 1,5 juta. Untuk satu outfit bisa membutuhkan delapan lembar.

“Tidak disebutkan nominal pun orang bisa tahu harganya berapa. Belum biaya jahit, desain dan lain-lain, yaa Rp 25 juta ke atas,” kata pemilik nama asli Pandapotan Siahaan ini.

Desainer kelahiran 1977 ini juga mengeksplorasi ulos yang warnanya merah. Pewarna kain ulosnya juga dengan bahan alam.  Yaitu dengan buah ketapang. Bahan ini dimanfaatkan oleh perajin ulos untuk mewarnai benang menjadi merah.

“Ulos itu banyak warna,” ujarnya.

Dalam Festival Payung Indonesia yang digelar di Candi Prambanan, 6,7 dan 8 September kemarin, banyak ditampilkan karya busana dari berbagai daerah bahkan dari luar negeri. Peragawan dan peragawati dibalut dengan pakaian yang menarik dan dipadukan dengan payung tradisi.

Heru Mataya Direktur Program Festival Payung Indonesia 2019 mengatakan fashion show dipadukan dengan payung untuk mengangkat para perajin,

“Perlu pelestarian payung-payung buatan perajin yang mencerminkan tradisi payung sejak lama,” katanya. (rd1)

Redaktur: Ja’faruddin AS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com