Polemik Menyikapi Permasalahan Covid 19

Oleh : Deta Novitasari Jayanty *

Dewasa ini seluruh dunia digemparkan oleh wabah yang bernama virus corona (Covid-19) yang persebarannya sangat cepat.  Wabah covid-19 membuat rumit diperbincangkan dan menimbulkan kekhawatiran yang besar di seluruh Negara belahan bumi. Semua Negara sedang merencanakan bagaimana tindakan yang diambil supaya virus covid-19 dapat diatasi.  Hal ini sangat berpengaruh pada seseorang yang mengalami ketakutan yang luar biasa dan juga menganggu kesehatan tubuh. Bagaimana sesungguhnya harus kita sikapi atas permasalahn covid-19?

Virus Corona (Covid-19) yang adalah jenis baru yang menular ke manusia yang menyerang gangguan pada system pernapasan, sampai berujung pada kematian. Virus ini pertama kali di temukan pada tahun 2019 di Wuhan, China, dan telah menyebar dengan sangat cepat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan virus corona menjadi Covid-19 (Corona Virus Disease) kode 19 merupakan kode tahun di temukannya penyakit ini yaitu pada tahun 2019.

Indonesia telah menjadi salah satu negara yang sudah terdeteksi Virus ini. Tercatat sebanyak 450 kasus orang yang sudah terinveksi. Jumlah yang meninggal dunia karena virus corona sebanyak 38 orang. Kemungkinan virus kasus ini akan terus menambah setiap harinya dan bahkan bisa jadi melonjak tinggi. Sungguh mengerikan jika kita tidak mampu menyikapi permasalahan global ini dengan benar.

Di sisi lain, dengan adanya covid-19 tidak hanya memakan korban akan tetapi juga membuat resah seluruh masyarakat Indonesia. Banyak masyakat mengalami ketakutan yang luar biasa yang dikenal dengan kecemasan (anxiety). Kecemasan adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom yang hiperaktif  (Kaplan dan Saddock, 1997). Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Sebagai situasi sekarang ini covid-19 yang dapat memicu gangguan kecemasan.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan di kalangan masyarakat seperti internal dan eksternal. Dari faktor internal yaitu berasal dari seseorang itu sendiri seperti emosi yang ditekan. Kecemasan bisa terjadi jika seseorang tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama. Pikiran dan tubuh masyakarat senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. 

Sedangkan faktor eksternal bisa ditimbulkan akbita dari lingkungan. Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir masyarakat tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga masyarakat tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

Tentunya masyarakat memerlukan dorongan, motifasi, penguatan, sikap hidup yang tertata agar dapat menyikapi sebuah wabah penyakit yang merisaukan hidup masyarakat dunia milenial saat ini. Selain itu masyarakat juga bisa melakukan terapi agar tidak menimbulkan kecemasan yang berlebih dengan perbanyak beribadah dan bedoa.

Gaya hidup masyakat Indonesia sekarang ini dalam menyikapi permasalahan menjadi salah satu bagian diri yang sangat berpengaruh dalam masalah tersebut yang serius dengan adanya Covid-19 saat ini telah posotif terdeteksi di beberapa wilayah daerah-daerah. Peran pemerintah perlu mencolokkan lingkungan untuk menyikapi setiap masalah baik ringan maupun berat. Hingga pemerintah mengambil keputusan untuk mempersiapkan rumah sakit daerah sebagai rumah sakit rujukan bagi setiap orang yang terjangkit covid-19 karena tidak dapat di pungkiri penyebaran virus ini sangatlah cepat.

Selain mempersiapkan rumah sakit daerah sebagai rujukan bagi penderita covid-19. Pemerintah juga menghimbau agar masyarakat melakukan aktivitasnya di rumah saja. Seperti pekerja kantoran, anak sekolah, bahkan ibadah pun di himbau agar di kerjakan dari rumah.  Sejak tanggal 16 Maret 2020 lembaga pendidikan untuk sementara di liburkan dan belajar melalui dunia maya.  Harapannya pemerintah cepat tanggap mengatasi covid-19 serta masyarakat mengikuti prosedur dari atasan yakni pemerintah. (*)

*Penulis adalah Mahasiswi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Walisongo Semarang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com