Godzilla 2014, Resep Jepang Bumbu Hollywood

Godzilla yang sudah menelurkan 28 judul sejak pertama kali di perkenalkan tahun 1954 dengan sutradara Ishiro Honda, memang melahirkan genre baru di perfilman Jepang yaitu genre Monster Raksasa (Kaiju). Kadal ekstra jumbo berjuluk King of Monster kemudian menjadi salah satu ikon perfilman jepang.

Kemudian di Mei 2014 ini, sutradara Gareth Edwards sukses mengembalikan raja monster kadal raksasa Godzilla (Gojira / ゴジラ) sesuai pakem Toho Co.Ltd, setelah sebelumnya diacak-acak Roland Emmerich dengan Godzilla (1998) produksi Tristar Pictures.

Berbeda dengan Godzillanya Roland yang lebih mirip T-Rex hasil percobaan nuklir perancis yang kebelet bertelor di tengah kota New York. Sang Alpha Predator kini kembali dinisbahkan sebagai protektor / pelindung bumi. Tugasnya sebagai penyimbang ekosistem dunia. Digambarkan secara jelas sepanjang film. Godzilla harus menghadapi sepasang monster gabungan kadal dan kelelawar yang disebut MUTO, Muto-muto ini menjadikan radiasi nuklir sebagai sumber makanannya.

Tentunya film berdurasi 120 menit ini tidak melulu menyajikan pertarungan antar monster. Drama khas hollywood yang sarat pesan kedigjayaan Amerika pun hadir disini. Ada Keluarga 3 generasi Brody’s yang menjadi sentral perkembangan cerita. Di sisi lain ada Ilmuan Ichiro Serizawa and Vivienne Graham dari Monarch yang menjadi konsultan pihak berwenang untuk menumpas Godzilla dan sepasang Muto

Sebagai sebuah film fiksi, Godzilla (2014) hasil merger Legendary Pictures dan Warner Bros. Pictures menghadirkan kesesuaian cerita yang sesuai pakem franchisenya. Ibarat kata ini sebuah shushi isi ikan Amerika. Plot antara drama dan pertarungan monsternya pas, tidak menyisakan rasa masygul bin sedikit nyleneh yang biasa ada di Godzilla versi Toho. Co.Ltd (saya sebut efek Ultraman – penggemar Godzilla mustinya tahu).

Akhir kata mengutip Ichiro Serizawa “Manusia dengan sombongnya merasa mampu mengendalikan alam, sebaliknya alamlah yang mengendalikan manusia, Biarlah mereka (Godzilla dan muto) bertarung”. Kita sebagai penonton juga diberikan pilihan untuk lebih menyukai Godzilla Versi Toho, Roland atau Garreth. (zam)

Redaktur: Azwar Anas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com