Mengupas Fenomena Pemburu Takjil: Ketika Gelandangan Hingga Mahasiswa Satu Rasa

YOGYAKARTA – Waktu masih menjukkan pukul 17.10 WIB, namun masjid yang terletak di Jalan Pattimura itu sudah mulai ramai dikunjungi.

Laki-laki, perempuan, tua muda, mahasiswa maupun gelandangan satu persatu menaiki masjid. Sementara di sebelah timur, para petugas parkir sudah telihat sibuk mengatur kendaraan yang masuk.

Usai mengambil wudhu’, jogjakartanews.com mencoba menelusuri bagian atas atau lantai 2 masjid yang merupakan bagian khusus kaum laki-laki.

Disitu, para jema’ah sudah ada yang duduk santai dengan segelas teh hangat di depannya, sementara yang lainnya ada yang masih shalat sunnah, ada juga yang berlalu lalang mengambil segelas teh di tempat yang sudah disediakan oleh panitia.

“Duduk disini saja mas” salah seorang jema’ah yang masih muda menawari tempat duduk kepada jogjakartanews.com. Belakangan diketahui dia bernama Aminullah (25) Mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri di Yogyakarta.

“Masih lama ya mas,” jogjakartanews.com berbasa-basi.

“Iya, biasanya ntar pukul 17.36 WIB baru adzan magrib,” jawab imam sambil sesekali melihat jam di hpnya.

Aminullah mengaku senang buka puasa di bersama di Masjid Patimura karena nuansa kebersamaannya dengan sesama muslim dari berbagai latar belakang sangat tersa,

“Jadi serasa dapat berkah” tukas Aminullah.
Ia lantas becerita panjang mengenai “petualangannya” mecari buka puasa dari masjid ke masjid ketika ramadhan datang.

“Dulu pas saya mahasiswa baru diajak teman awalnya gengsi, masa saya cari bukaan gratisan sih, dalam hati gengsi dong, itu kan haknya musyafir dan kaum tidak mampu, hahaha,” ceritanya sambil tertawa.

“Tapi ternyata setelah lama-kelamaan buka puasa dari masjid ke masjid bareng temen-temen, ternyata tidak seperti itu, siapapun berhak karena yang dicari sebenarnya adalah kebersamaannya. Disini semua orang dari berbagai latar belakang, baik yang mampu maupun tidak ada disini semua. Baik mahasiswa maupun yang belum mengenyam pendidikan sekalipun,” timpalnya.

Dari arah tangga terlihat panitia membawa nasi kotak dan membagi-bagikannya kepada jema’ah sebagai menu buka puasa.

“Bahkan yang saya salut ya, disini bukanya enak-enak, hahaha (sambil melirik nasi kotak yang dibagi-bagikan panitia). Tapi bukan itu maksudnya. Maksudnya ternyata donator-donatur disini tidak sekedar ngasi takjilan ke kita, melainkan benar-benar berbagi kenikmatan dengan yang lain, buktinya makanan yang diberikan selalu enak” paparnya seraya mempertegas.(yud)

Redaktur: Rudi F

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com