Profesional Pendukung Jokowi-JK Menolak Jadi Menteri, Ini Masalahnya

YOGYAKARTA – Mendekati pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla (Jokowi-JK) 20 Oktober 2014, semakin santer nama-nama calon menteri dalam kabinet digulirkan. Namun ternyata banyak figure professional yang justru menolak dicalonkan sebagai menteri, meski pendukung Jokowi-JK. Padahal, Presiden terpilih, Jokowi menyatakan porsi kabinetnya akan banyak diisi kalangan professional.

Menurut sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Masroer, M.Si, keputusan para professional untuk tidak menerima jabatan menteri, perlu diapresiasi.

Menurutnya, bukan persoalan sebenarnya siapa yang menolak dan menerima tawaran sebagai menteri dalam Kabinet mendatang. Sebab, kata dia, yang terpenting adalah baik yang menolak maupun bersedia, harus memiliki konsep untuk perbaikan bangsa ke depan.

“Negarawan itu kan lebih mementingkan kebaikan untuk bangsanya. Kalau yang ditawari menteri merasa memang lebih bisa berkontribusi di daerahnya, lebih baik memang tidak ke Jakarta (menjadi menteri, red). Itu juga sama-sama membantu pemerintahan Jokowi-JK sebenarnya,” imbuhnya,

Sekadar informasi, beberapa figure professional yang sebelumnya mendukung Jokowi-JK dalam Pilpres menolak ditawari jabatan menteri, dengan alasan ingin lebih fokus di bidang yang selama ini telah digelutinya.

“Kalau semua masuk birokrasi, entrepreneur-nya akan habis. Biarkan saya menjadi pengusaha dulu,” ungkap direktur Bosowa Group, Erwin Aksa yang masuk dalam bursa Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag), belum lama ini.

“Membangun ekonomi melalui jalur pengusaha juga merupakan pekerjaan yang mulia,” ungkap pengusaha muda berusia 38 tahun ini.

Wakau Kadin Bidang UMKM itu menuturkan, Indonesia butuh banyak jiwa-jiwa pengusaha.
Mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia ini mengatakan menghargai setiap saran dan usulan yang memasukkan dirinya sebagai calon menteri. Nmun saat ini, kata dia, menciptakan lapangan kerja yang banyak adalah prioritas utamanya.

“Itu yang menurut saya penting,” ungkap Erwin yang juga Wakil Bendahara Partai Golkar.

Selain Erwin, Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Usman Rianse, juga menolak jika dirinya direkomendasi oleh siapapun sebagai calon menteri dalam kabinet Jokowi-JK.
Dia mengaku masih fokus pada amanah jabatan sebagai rektor UHO, sebagai bentuk pengabdiannya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Saya masih ingin mengabdi di dunia pendidikan,” ujarnya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga mengaku tidak tertarik masuk ke dalam cabinet Jokowi-JK.

Risma ingin menuntaskan janjinya memimpin Surabaya hingga berakhir. Bahkan ia menegaskan jika dirinya lebih tertarik mengabdi di dunia pendidikan ketimbang di politik praktis.

“Yang jelas, aku sekarang lagi mengurus proses pindah pegawai negeri sipil dari Pemkot Surabaya ke dosen ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember),” kata Risma kepada wartawan di ruangannya, Senin, 8 September 2014 lalu.

Sakadar informasi, nama Tri Rismaharini banyak direkomendasikan berbagai kalangan sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. (ian/ded)

Redaktur: Rudi F

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com