Arema dan Persebaya, Dua Klub Besar yang Dirundung Masalah

YOGYAKARTA – Kompetisi liga sepakbola di Indonesia kini memasuki babak baru dengan pergantian namanya menjadi QNB League. QNB sendiri merupakan singkatan dari Qatar National Bank yang telah secara resmi menjadi sponsor utama di kompetisi yang sebelumnya bernama Indonesia Super League (ISL). Tetapi, babak baru yang seharusnya menjadi awal yang baik untuk penyelenggaraan liga sepakbola di Indonesia justru diwarnai permasalahan legalitas klub peserta. Parahnya, hal itu terjadi pada dua klub bersejarah, dua klub besar Indonesia yang sudah cukup melegenda, Arema dan Persebaya.

Sebagaimana diketahui, Arema dan Persebaya merupakan dua klub yang tidak direkomendasikan oleh Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI). Alasannya, dua klub asal Kota Malang dan Surabaya itu bermasalah dengan urusan legalitas klubnya.

Permasalahan Arema dan Surabaya sebenarnya bisa dikatakan muncul sejak kompetisi di Indonesia menjadi dua, ISL dan IPL pada tahun 2011. Dimana dua klub tersebut tiba-tiba ada di semua kompetisi yang dikelola oleh PT LI (ISL) dan PT LPIS (IPL). Adanya tarik ulur kepentingan untuk memenuhi target penyelenggaraan kompetisi tidak diapat dipungkiri penjadi penyebab utamanya. “Masalah Arema dan Persebaya ini kan sebenarnya muncul sejak kometisi di Indonesia terbagi menjadi dua. Persebaya yang turun kasta dari ISL ke Divisi Utama tiba-tiba muncul juga di IPL dengan nama Persebaya 1927. Begitu juga muncul Arema di IPL dan Arema Cronus di ISL,” kata pengamat Sepakbola, Umarul Farud ditemui di Yogyakarta, Sabtu (04/04/2015).

Jika dilihat dari basis supporter, Persebaya 1927 tampak menjadi klub yang paling didukung oleh bonek di Surabaya. Bahkan Persebaya versi ISL selama semusim tidak dapat bertanding menggunakan Stadion Gelora Bung Tomo akibat derasnya penolakan yang datang dari kubu bonek Persebaya 1927. Sebaliknya bila di lihat dari basis Supporter klub Arema, tampak klub Arema Cronus yang semusim kemaren berlaga di ISL menjadi klub yang paling didukung aremania Malang. Tidak tampak penolakan yang begitu keras seperti halnya penolakan Bonek di Surabaya, yang ada justru dukungan Supporter yang membahana kala Arema Cronus bertanding baik di ISL maupun di Piala Champion Asia.

“Ini harus disikapi dengan sangat hati. BOPI juga harus netral, mempertimbangkan masa lalu tapi juga jangan lupakan masa depan. Maksud saya, ini kan kompetisi sudah mulai bagus, sponsor juga udah masuk, jika masalah ini tidak segera disikapi, bukan tidak mungkin kisruh sepakbola tidak akan pernah ada ujungnya,” katanya lagi.

“Bagi saya sendiri, daripada rumit mempersoalkan masa lalu, ini kompetisi dari dulu kan memang ISL ya, maka alangkah lebih baik sepertinya memang yang sedari awal setia di ISL lah yang diakomodir, supaya tidak berkepanjangan, dan barangkali yang lebih bijak memang dua klub yang sama-sama memiliki kembaran ini masing-masing dimerger, saya pikir supporter bisa kembali bersatu dan mendukung,” sarannya.

Saat ini, Persebaya sendiri akan melakoni laga perdananya melawan Mitra Kukar di Stadion Gelora Bung Tomo. Persebaya dan Arema Cronus bersikukuh tetap ikut kompetisi karena tidak adanya larangan dari PSSI sebagai induk sepakbola di Indonesia maupun PT Liga Indonesia sebagai operator liga. (Ian)

Redaktur: Rizal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com