DALAM tradisi pernikahan adat jawa seringkali kita melihat busana mempelai laki-laki dilengkapi dengan keris, dimana terdapat lilitan ronce (karangan, red) bunga Melati di pada wrangka atau sarung-hulu keris yang terselip di pinggangnya. Orang awam mungkin itu hanya sebatas hiasan saja, tanpa makna. Padahal, setiap prosesi pernikahan sendiri pasti ada maknanya, termasuk busana dan aksesoris yang menyertainya.
Di kalangan masyarakat Jawa pada umumnya untuk upacara perkawinan, para kaum prianya harus mengenakan busana Jawi jangkep (busana Jawa lengkap).Kewajiban itu harus ditaati terutama oleh mempelai pria, yaitu harus menggunakan busana pengantin gaya Jawa yaitu berkain batik, baju pengantin, tutup kepala (kuluk) dan juga sebilah keris diselipkan di pinggang. Mengapa harus keris? Karena keris itu oleh kalangan masyarakat di Jawa dilambangkan sebagai symbol “kejantanan.” Dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka.
Jika Keris merupakan simbol kejantanan, maka kenapa harus dipadukan dengan roncean bunga mlati yang lazim diisebut simbol keanggunan? Ternyata ada cerita yang sangat heroik di balik tradisi tersebut. Bahkan ronce bunga melati yang diselempangkan di keris justru memperkuat simbol kejantanan sekaligus keperkasaan.
Konon tradisi mengalungkan ronce bunga melati di keris pada mempelai pria bermula sejak masa Ki Juru Mertani, penasehat Sutawijaya alias Panembahan Senopati, pendiri kesultanan Mataram. Ki Juru Mertani memulai tradisi tersebut saat putranya menikah. Ia terinspirasi Arya Penangsang, Penangsang, Adipati Jipang Panolan, yang tewas saat bertempur dengan Sutawijaya.
Ki Juru Mertani terkesan dengan kegagahan dan keperkasaan Arya Penangsang saat perang tanding melawan Suta Wijaya. Dikisahkan, saat adu kanuragan, tombak Kyai Pleret yang dipakai Sutawijaya mengenai lambung Arya Penangsang, hingga ususnya terburai. Meski demikian Arya Penangsang tetap bertempur. Ia menyangkutkan buraian ususnya pada wrangka keris Setan Kober yang terselip di pinggangnya.
Sutawijaya sempat terdesak dan tibalah kesempatan itu digunakan oleh Arya Penangsang untuk segera menuntaskan peperangan. Ia mencabut keris dari warangkanya. Namun nahas, tanpa sadar mata keris Setan Kober langsung memotong ususnya dan Ia tewas seketika.
Melihat itu, Ki Juru Mertani menginginkan putranya seperti Arya Penangsang. Ia menyimbilkan hapan tersebut dengan mengenakan keris pada anaknya berhias ronce bunga melati, yang digambarkan seperti usus Arya Penangsang saat bertempur dengan Sutawijaya. Dengan begitu maka pengantin pria akan tampak lebih gagah, dan tradisi tersebut tetap digunakan hingga saat ini. (*)
Redaktur: Rizal
*Berbagai Sumber