Minta Fadli Zon Taubat, Aktivis Milenial Hadiahkan Buku Kritik Puisinya

YOGYAKARTA – Pusi-puisi politisi Parai Gerindra, Fadli Zon yang sarat kritik terhadap pemerintah, mendapat kritik balik dari Himpunan Aktivis Milenial Indonesia (HAM-I). Belum lama ini HAM-I meluncurkan buku “Syahwat Politis yang Puitis: Kritik atas Puisi-Puisi Fadli Zon” yang diterbitkan HAM-I Publishing,

Sekjen HAM-I, Muchlas J. Samorano, mengungkapkan, akhir-akhir ini, Fadli kerap menggubah sajak dan diunggah di media sosialnya. Meski memiliki latar karir kesusastraan, Fadli telah menympitkan entitas puisi sekadar sebagai kepentingan syahwat politiknya,

“Puisi Fadli yang ditulis akhir-akhir ini sedang merusak nuansa estetis dan dan pesan universal dari sastra. Puisi Fadli yang bertajuk “Ada Genderuwo di Istana”, misalnya. Alih-alih menyampaikan pesan universal ihwal kemanusiaan, puisi tersebut justru terjebak dalam narasi kenyinyiran,” ungkapnya dalam keterangan pers, belum lama ini.

Menurut Muchlas, Bagi Fadli Zon, puisi tidak lagi bermakna mulia. Fadli menganggap puisi hanya menjadi kreatifitas berkata-kata. Dengan begitu, Fadli memperlakukan puisi sekenanya. Padahal, Fadli pasti tahu bahwa dalam sejarahnya puisi ditempatkan di tempat yang agung,

“Fadli pasti tahu, karena keagungan, puisi Johann Wolfgang Goethe, dijadikan sumber spirit oleh bangsa-bangsa Eropa modern,” terang Muchlas.

Muchlas menandaskan, buku kumpulan esai tersebut untuk menyadarkan Fadli, bahwa puisi bukan sekadar bualan yang tiba-tiba. Menurutnya, buku yang ditulis oleh puluhan penulis dan sastrawan di yogyakarta itu karena dasar keprihatinan, bahwa Fadli telah meleburkan syahwat kuasanya ke dalam unsur agung dari puisi,

“Buku itu akan dikirimkan langsung kepada Fadli Zon sebagai kado akhir tahun dan alarm atas usaha kreatifnya yang memilukan di jagad sastra tanah air. Kami berharap, Fadli taubat dengan tidak lagi menggubah puisi-puisi kenyinyiran tersebut,” harapnya.

Muchlas menambahkan, buku “Syahwat Politis yang Puitis: Kritik atas Puisi-Puisi Fadli Zon” sudah dibedah dan di-Launching pada Sabtu (15/12/2018) di Cafe Sastra Basabasi, Jalan Sorowajan Baru, Bantul, Yogyakarta. Acara dihadiri ratusan peserta dari sejumlah komunitas sastra di Yogyakarta.

Hadir sebagai narasumber dalam launching dan bedah buku tersebut Muhammad Azwar, sastrwan sekaligus penikmat puisi yang juga jadi kontributor dalam buku itu. Kemudian, Reza Nufa, novelis dan pengkaji sastra Yogyakarta. Kegiatan diskusi dipandu langsung oleh Muafiqul Khalid, esai muda Yogyakarta. (kt1)

Redaktur: Faisal

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com