Rayakan Hari Jadi ke 22 Tahun, Shaggydog Hibur Warga Binaan Lapas Wirogunan

YOGYAKARTA – Grup band asal Yogyakarta, Shaggydog merayakan hari terbentuknya yang ke 22 tahun di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wirogunan, Senin (03/06/2019).

Vocalis Shaggydog, Heru mengatakan Shaggydog yang mengusung genre musik “Doggy Style” berdiri 1 Juni 1997. Menurutnya, biasanya pada setiap peringatan hari jadinya, Shaggydog yang lahir di Kampung Sayidan, Kecamatan Gondomanan ini dirayakan dengan menggelar konser mewah dan pesta pora, 

Dijelaskan Heru, ulang tahun kali ini,  Shaggydog  ingin merayakan dengan cara berbeda dari tahun-tahun sebelumnya,

“Kebetulan ini bulan Ramadan, kita ingin erbagi dengan teman-teman yang tidak berkemsempatan sepeti kita yang berada di luar,” jelasnya.

Heru membeberkan, Lapas Klas II A Yogyakarta ini bukan tempat yang asing bagi Shaggydog. Sekitar 10 tahun yang lalu mereka juga pernah manggung di Lapas Wirogunan,

“Tapi bukan pada momen Ramadan. Dulu kita diminta main di sini,” ujar Heru.

Dengan enam personel lengkap, yaitu Heru (vocal)n Richard (guitar), Raymomd (keyobord), Banditzt (bass), Lilik (keyboard) dan Yoyo (drum), Shaggydog membawakan 10lagu berbagai aliran ska, reggae, jazz, swing dan rock,

“Kita ingin berbagi kesenangan dengan mereka yang kurang beruntung,” imbuhnya.

Disaksikan ratusan warga binaan, Shaggydog tidak sekedar menghibur mereka. Band yang meluncurkan album perdana bertitel ‘Shaggydog’ pada 1999 ini juga memberikan alat-alat musik kepada band warga binaan.

Lilik, personel Shaggydog lainnya, menambahkan, manggung di Lapas Wirogunan sudah melalui obrolan yang lumayan panjang,

“Intinya Shaggydog ingin berbagi kepada warga binaan Lapas, yang katakanlah terkukung,” katanya.

Dia mengaku manggung di lapas ini tidak ada persiapan khusus. Hanya tim yang menyiapkan di sini,

“Tema lagu yang dibawakan yang seneng-seneng, kan semangat kita berbagi kesenangan dengan warga binaan,” ujarnya.

Lilik mengaku ada perbedaan saat manggung di lapas Wirogunan sekarang ini, 

“Dulu saat manggung 10 tahun lalu, di sini banyak teman-teman kita yang tinggal di sini (sebagai warga binaan). Waktu itu masih pada muda-muda ya. Kalu sekarang nggak ada kayaknya,” paparnya.

Menurut Lilik, Shaggydog seperti keluarga sendiri selama 22 tahun ini, termasuk dengan krunya.  Pada usia ke 22 tahun ini, ada target yang ingin dicapai Shaggydog,

“Target pasti ada ya. Bikin album tentunya. Bikin buku, video dokumenter dan pentas tentunha. Proses (membuat buku) sudah dilakukan. Rencana juga ada film semacam dokumenter gitu,” tambah Lilik.

Dalam kesempatan yang sama, juga diisi tausiyah oleh Gus Miftah.Ia mengibaratkan manusia hidup memiliki gas dan rem. Kapan manusia tancap gas, kapan manusia menekan rem.

“Kapan (manusia) bisa menggunakan iman dan kapan bisa menggunakan nafsu. Jadi manusia ada kesimbangan,” katanya.

Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Kalasan Sleman ini mengungkapkan, manusia kalau hanya nafsu saja juga tidak bagus. Punya iman saja juga kurang lengkap,

“Kala-kala nakal-nakal dikit nggak apa-apa, tapi jangan sampai kebablasan,” candanya. (kt1)

Redaktur: Hamzah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com