Jejak Dakwah Keturunan KH Ahmad Dahlan di Negeri Gajah Putih

Oleh : Naila Aulia*

Thailand merupakan sebuah negara dengan penduduk mayoritas memeluk agama budha dengan jumlah muslim minoritas, namun siapasangka tersebarnya ajaran islam di Thailand tak lepas dari andil perjuangan keturunan KH.Ahmad Dahlan dalam sejarahnya. Siapa yang tidak mengenal KH.Ahmad Dahlan pendiri salah satu ormas besar di Indonesia, Muhammadiyah jugamerupakan salah satu pahlawan nasional. Kiprah dakwahnya menyebarl uas di tengah masyarakat Indonesia

Ya, Ialah Irfan Dahlan atau dikena ldengan Jumhan Dahlan, putra keempat dari KH.Ahmad Dahlan.

Sebelum memulai kiprah dakwahnya  di Thailand, ia dikirim oleh KH.Ahmad Dahlan untuk menimba ilmu di Ishaat Islam College yang didirkan oleh Ahmadiyya Anjuman Ishaati Islam Lahore (AAIIL) di Lahore, India.

Pada waktu itu ia bertemu dengan seorang Dokter dari Pattani, Thailand dalam sebuah kongres. Dokter tersebut terkesan dengan kecerdasan Irfan, hingga akhirnya menjadikan Irfan sebagai asistennya di Pattani.Dari sinilah awal dari perjuangan Irfan dalam bekerja dan berdakwah. Namun pada tahun 1932 Irfan memilih berhenti bekerja dan pergi ke Bangkok. Di Ibu kota negara ini, ia bekerja sekaligus berdakwah. Ketika itu Islam masih belum terlalu dikenal di Thailand karena mayoritas agamanya adalah Budha. Padatahun ini pula ia menikah dengan Zahrah atau yang dikenal dengan nama Thailand Yupha. Zahrah merupakan putri dari Imam Masjid Jawa, (Alm) Sukaimi, seorang pedagang asal Kendal, Jawa Tengah yang kemudian menetap di Thailand.

Bersama sang istri, Irfan juga membantu pendidikan anak-anak yatim, suami istri ini pun menjadi aktivitas muslim yang menyiarkan Islam di Thailand, kiprah dakwah mereka begitu terasa sehingga jumlah muslim di Thailand mulai bertambah sedikit demi sedikit.  Zahrah bahkan tercatat sebagai salah satu pendiri Muslim Women Association of Thailand (AssosiasiPerempuan Muslim Thailand) yang khusus memberikan bantuan pendidikan kepada anak yatim. Organisasi tersebut masih eksis hingga saat ini dan telah diakui keberadaannya oleh pemerintah Thailand.

Dalam menyampaikan ajara Islam, Irfan memilih cara yang terbilang unik kala itu. Pada saat itu tidak ada satupu nterjemahan Al Quran dalam bahasa Thailand, sehingga umat muslim Thailand hanya bisa mempelajari  al-qur’an saja dalam huruf dan bahasa arab tanpa tau makna di dalamnya.  Irfan dikenal cerdas berbahasa asing itu pun mulai menerjemahkan dan mengajarkan isi Al Quran dalam bahasa Thailand kepada murid-muridnya. Ia juga berdakwah tentang ajaran Islam dengan konsep baru dan mengajarkan gaya hidup seorang muslim yang penuh kasih sayang.

Konsep berdakwah Irfan Dahlan, berbeda dengan konsep dakwah pendahulunya yang membawa ajaran Islam ke Thailand. Karena itu pula, murid Irfan Dahlan kian hari bertambah banyak. Baik dari pendatang maupun penduduk lokal.Berdakwah di sebuah negeri dengan kaum muslim yang masih minoritas bukanlah hal yang mudah memang. Karena pada waktu itu ajaran islam yang bahkan sudah tersebar sudah tercampur dengan kepercayaan asing yang melenceng dari ajaran al-qur’an dan hadits. Namun, bukan berarti Irfan Dahlan menyerah begitu saja, ia tetap mendakwahkan Islam dengan berpedoman pada ajaran Al Quran danHadist di negeri gajah putih itu.

Irfan Dahlan meninggal dunia pada tahun 1967 di Thailand. Meski ia menetap dan memiliki keluarga di Thailand, namun hingga akhir hayatnya ia menolak berganti kewarganegaraan. Beliau mendapatkan paspor istimewa dari pemerintah Thailand. Irfan Dahlan memimpin dakwah Islam di Thailand hingga akhir hayatnya, begitu pula dengan istrinya Zahrah yang mendirikan Women Association of Thailand atau Asosiasi Perempuan Muslim Thailand. Sepeninggal keduanya, anak-anak mereka (cucu KH Ahmad Dahlan) mendirikan Yayasan bernama Erfan-Yupha Dahlan untuk tetap mendukung kegiatan Muslim Women Association yang berkonsentrasi membantu pendidikan anak-anak miskin dan anak yatim.

Mina, putra keenam Irfan Dahlan dalam sebuah wawancara mengatakan ajaran Kakek KH Ahmad Dahlan selalu disampaikan Ayah Erfan dan Ibu Zahrah kepada anak-anaknya. Banyak pesan baik yang selalu kami kenang. Mereka mengatakan bahwa warisan terbaik bagi anak cucu adalah pendidikan yang baik. Janganlah pernah malu pada kemiskinan tapi malulah ketika berbuat hal yang salah. Jangan malas bekerja dan harus ikhlas saat membantu orang lain. Jangan pernah menghina yang kecil, karena suatu ketika, mereka bisa saja diangkat derajatnya dan menjadi orang besar. Jangan pernah meminta belaskasihan dan tetap menjaga iman. (*)

*Penulis adalah Mahasiswi Fakltas Dakwah da Komuikasi UIN Walisongo Semarang

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com