Ramadhan Datang Corona Hilang: Hikmah 1

Oleh: Muhammad Abdul Karim* 

Marhaban Ya Ramadhan. Marhaban Sahrul Mubarok.

Tidak terasa seluruh umat muslim dunia akan merasakan kembali hadirnya Bulan Ramadhan di tahun ini, 1441 H/2020 M. Tentu saja dengan kehadiran bulan penuh berkah ini semua muslim-muslimah akan bersuka cita menyambutnya, satu-satunya bulan yang disebutkan Allah Swt dalam al-Quran karena mengandung banyak fadilah dan keutamaan, pahala digandakan, derajat ditinggikan dan semua fadilah lain bisa didapatkan.

Saking gembiranya pun Rasululullah memberikan kabar gembira kepada umatnya dalam sebuah hadisnya yang cukup mashur. Di depan para sahabatnya Rasululullah mengajak mereka untuk bersama-sama merayakan kedatangan bulan Ramadhan. Dalam kitab al-Musnad, Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah “Rasulullah Saw. memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya tentang kedatangan bulan Ramadhan seraya beliau berkata: ‘Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya. Di bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan seribu bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.”

Aktivitas puasa dan segenap berita gembira yang tergambar di atas memang sedikit kurang bergairah, tahun ini. Mengapa demikian, karena beberapa hari ke depan Ramadhan 1441 H kita sedang dihadapkan oleh peristiwa yang mengguncang negara di seluruh dunia, tak terkecuali negeri kita ini seiring muncul dan menyebarnya wabah pagebluk coronavirus disease atau covid-19 bahkan telah memakan korban meninggal dunia. Kabar terbaru per 6 April 2020 sudah mencapai angka 2273 kasus yang terkonfirmasi. 1911 pasien dirawat, 198 meninggal dunia dan 164  pasien dinyatakan sembuh.

Harapan kita bersama tentu angka ini terus bertambah dan korban segera sembuh dari gejala penyakit jenis baru infulensa ini (covid-19). Banyak masyarakat kita hari-hari belakangan ini terhinggapi coronaphobia, sebuah kecemasan yang berlebihan, apakah Ramadhan ini, apakah bisa berbuka puasa bersama, bisa shalat tarawih di masjid, tadarrus bersama sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, padahal jelas-jelas protokoler pemerintah kita disarankan untuk mengurangi kumpul bersama banyak orang, social distancing atau phisical distancing dsb sebagai sarana paling efektif bisa mengurangi penularan wabah ini secara massif.

Bahkan pra Ramadhan ini Majlis Ulama Indonesia (MUI) dan berbagai ormas keagamaan seperti NU, Muhammadiyah juga sudah mengeluarkan maklumat untuk tidak membuat acara keagamaan yang melibatkan banyak orang, shalat Jumat juga ditiadakan, halaqah dan pengajian ditunda pelaksanaannya, sampai dengan umrah pun  diberhentikan dsb. Ikhtiar mereka ini semata-mata untuk kepentingan umat bahwa menjaga jiwa (hifdh an nafs) jauh lebih penting dan wajib ain hukumnya bila dibandingkan dengan aktivitas agama atau ibadah lainnya. Kaidah fiqh mengatakan, adh-dhararu yuzalu, bahwa kemadharatan harus dihilangkan. Lantas bagaimana kita menyikapi aktivitas yang tidak normal seperti ini dan kapan kita akan kembali seperti sedia kala.

Berpuasa niscaya sehat

Manusia tidak bisa memprediksi secara pasti kapan ujian Allah Swt ini berakhir. Kita hanya bisa berikhtiar, berdoa dan tawakkal, pasrah kepada takdirnya Allah  Swt. Tentu ikhtiar kita sudah banyak kita lakukan agar virus ini segera hilang dan kita selalu dalam kesehatan dan lindungan-Nya. Dari work from home atau bekerja dari rumah, stay at home mengurangi aktivitas luar dan tetap di rumah, social distancing atau pembatasan sosial atau menjauhi bentuk kerumunan dan perkumpulan, jaga diri kesehatan dengan makan makanan yang halal, sehat, bergizi mengandung vitamin A, C dan E, berolahraga dan berjemur, memakai masker dan alat pelindung diri saat beraktivitas di luar dsb yang semua itu bisa mengurangi dampak penyebaran covid-19 dari satu orang ke orang lain.

Hadirnya Ramadhan 1411 H yang tinggal menyisakan beberapa hari kedepan, saya sendiri berkeyakinan virus ini akan segera hilang dari bumi Indonesia tercinta ini. Apa yang menyebabkan keyakinan saya ini mantab dan logis. Sebuah hadis yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw menyatakan “shumuu tashihhuu”, berpuasalah, niscaya kamu sehat. Hadis ini riwayat Imam at-Thabarani dari Abi Hurairah dan Ibn Adiy dari Ali dan Ibn Abbas. Terkait hadis ini memang jalur transmisi hadis ini masih diperdebatkan, ada yang mengatakan palsu dan ada pula yang mengatakan derajat hadis ini dloif.  Terlepas dari kebenaran muatan atau isi hadis tersebut, alhamdulillah manfaat puasa sudah banyak dibuktikan secara medis.

Berbagai penelitian medis telah membuktikan, puasa dapat mencegah penyakit-penyakit, baik yang bersifat psikis maupun fisik. Di antaranya adalah puasa dinilai mampu memperkuat sistem kekebalan atau imunitas tubuh. Hal itu pada gilirannya dapat mencegah masuknya pelbagai bibit penyakit termasuk virus corona, Insya Allah. Di samping itu, beberapa jenis antibodi dalam tubuh juga akan meningkat pesat. Demikian pula, reaksi ketahanan akan meningkat sebagai akibat dari bertambahnya protein lemak yang berkepadatan rendah.

Doa Mustajabah

Keyakinan kembali bagi saya bahwa virus corona akan hilang dengan datangnya Ramadhan. Ada suatu riwayat dari Ali bin Zaid Jud’an dari Said bin Musayyab dari Umar bin Khotob, ia berkata, aku mendengar Rasululullah Saw bersabda, “Orang yang dzikir karena Allah di Bulan Ramadhan akan diampuni, dan orang yang memohon kepada Allah tidak akan sia-sia”. Dari hadis ini kita bisa memaknai begitu mulianya bulan Ramadhan untuk sarana (baca: waktu) yang mustajab untuk dikabulkan doa dan permohonan umat kepada Tuhannya, terlebih semua umat Islam tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang istimewa ini.

Doa untuk segera terlepas dari jeratan virus corona akan menjadi kalimat yang akan dilantunkan oleh semua umat Islam di dunia saat bulan Ramadhan ini, mengingat Bulan Ramadhan adalah penuh keistemewaan. Harapan dan asa pasti akan dilangitkan oleh semua orang tanpa terkecuali. Sekarang tinggal bagaimana rencana ke depan harus segera disusun untuk mengisi ruang 1 (satu) bulan selama Ramadhan 1441 H.

Persiapkan diri

Apapun yang akan terjadi di bulan Ramadhan 1441 H ini depan kita tidak tahu, apakah corona masih berada di tengah-tengah kita, untuk hal ini tentu kita semua tidak berharap wabah ini terus meluas.  Sebaliknya harapan kita semua bisa melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dengan segala kesunahannya dengan nyaman, tenang, dan tidak khawatir wabah ini menyerang. Namun demikian sebagai umat muslim yang taat agama dan pemerintah dan belum ada tanda-tandanya penurunan maka perlu dan penting seluruh potensi yang menyebabkan penyebaran virus harus dicegah dan diminimalisir. Kita semua memiliki tanggung jawab mencegah peredaran wabah ini.

Umat Muslim mempunyai kewajiban berpuasa dengan dijalankan seperti biasanya. Namun mereka juga harus memberikan perhatian secara khusus terhadap potensi penyebaran virus corona ini. Sekiranya daerah kita terhitung masuk zona tidak aman terhadap wabah covid-19 ini maka perlu kita persiapkan diri kita untuk beribadah di rumah dulu. Shalat tarawih bersama keluarga di rumah, tadarus juga di rumah, jamaah shalat maktubah juga di rumah, dsb. Ini semua bagian dari ikhtiar kita untuk melakukan perlindungan dan pembatasan diri dari tempat-tempat  di sana ada kerumunan fisik yang memiliki potensi penyebaran meluasnya virus ini. Semoga ibadah Ramadhan kita diterima Allah Swt. Amin. (*)

*Penulis Adalah  Pengamat Sosial-Agama, Tinggal di Sleman

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com