Oleh: Mukharom
Puasa, sebagai salah satu ketentuan yang disyariatkan oleh Allah Swt kepada makhluk yaitu manusia, ketentuan ini tidak hanya berlaku bagi ummat Muhammad Saw, akan tetapi berlaku kepada nabi-nabi terdahulu sebelum Rasulullah, puasanya pun berbagai macam cara serta bentuk yang berbeda-beda dalam melaksanakannya dan puasanya sangat teramat berat. Sebagai contoh puasanya Nabi Daud, umatnya diwajibkan berpuasa seumur hidup dengan cara setiap dua hari sekali berselang seling. Maryam Ibunda Nabi Isa melaksanakan puasa wajib dengan selain menahan makan dan minum, juga puasa bicara. Nabi Adam berpuasa tiga hari setiap bulan sepanjang tahun. Nabi Nuh berpuasa setahun penuh, kecuali dua hari raya. Nabi Musa, Nabi Yunus, Nabi Ibrahim dan Nabi Yusuf pun berpuasa.
Kewajiban puasa Ramadhan yang kita jalani saat ini, sebelumnya melalui sebuah tahapan dalam pelaksanaanya, tahapan tersebuat adalah, Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk puasa ‘Asyura dan puasa tiga hari setiap bulannya. Baru pada tahun ke 2 hijriyah atau 624 M Allah memrintahkan puasa di bulan Ramadhan.
Ketika Allah memerintahkan sebuah hukum, pasti di dalamnya terdapat sebuah rahasia, ketika Allah memberlakukan aturan-aturan, maka di dalamnya terdapat sebuah hikmah, termasuk ketika Allah menciptakan sesuatu pastilah ada tujuannya. Di dalam rahasia, hikmah dan tujuan yang Allah berikan kepada manusia ada ha-hal yang bisa ditangkap dengan akal dan juga ada yang membingungkan, dengan dibuat bingungnya manusia agar manusia berfikir ekstra untuk menemukan jawaban atas kebesaran Allah tersebut.
Rahasia puasa, Rasulullah bersabda “Segala amal anak Adam (manusia) adalah untuk diri mereka sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untukKu dan Akulah yang memberikan imbalanny” maksudnya adalah ada rahasia seorang hamba dengan tuannya, hanya Allah yang tahu kualitas puasa hambanya. Berbeda dengan amaliah lainnya seperti zakat, haji, shalat dan lain sebagainya yang bisa dilihat oleh orang lain. Rahasia puasa yang lain adalah ketaatan terhadap hukum-hukumnya, dengan mengorbankan kepentingan pribadi (khususnya) makan dan minum dengan tujuan mengharap ridha Allah, bentuk pengabdian yang secara total anatara mahluk dan penciptanya.
Rahasia puasa menurut Imam al Ghazali yang ditulis dalam kitab karyanya Ihya’ Ulum ad Din diantaranya:
- Menundukkan mata dan mencegahnya dari memperluas pandangan ke semua yang dimakruhkan, dan dari apapun yang melalaikan hati untuk berdzikir kepada Allah.
- Menjaga lisan dari igauan, dusta, mengumpat, fitnah, mencela, tengkar, dan munafik.
- Menahan telinga dari mendengar hal-hal yang dimakruhkan. Karena semua yang haram diucapkan, haram pula didengarkan. Allah menyamakan antara mendengar dan memakan perkara haram,“sammaa’uuna lil kadzibi akkaaluuna lis suht”.
- Mencegah bagian tubuh yang lain seperti tangan dan kaki dari tindakan-tindakan dosa, juga mencegah perut dari makan barang syubhat ketika berbuka. Mana mungkin bermakna, orang berpuasa dari makanan halal lalu berbuka dengan makanan haram. Ibaratnya seperti orang yang membangun gedung tetapi menghancurkan kota. Nabi Muhammad pernah bersabda, “Banyak sekali orang yang berpuasa namun yang ia dapat hanya lapar dan haus. Ia adalah orang yang berbuka dengan haram. ”Wa qiila, “Ia yang berpuasa lalu berbuka dengan memakan daging sesama, yaitu dengan ghibah.”
- Tidak memperbanyak makan ketika berbuka, mengisi perut dan mulut dengan tidak sewajarnya. Maka, apalah arti puasa jika saat berbuka seseorang mengganti apa yang hilang ketika waktu siang, yaitu makan. Bahkan, justru ketika Ramadhan makanan akan lebih beragam. Apa yang tidak dimakan di bulan-bulan selain Ramadhan malah tersedia saat Ramadhan. Padahal, maksud dan tujuan puasa ialah mengosongkan perut dan menghancurkan syahwat, supaya diri menjadi kuat untuk bertakwa.
- Supaya hati setelah berbuka bergoncang antara khouf (takut) dan roja’ (mengharap). Karena, ia tidak tahu apakah puasanya diterima dan ia menjadi orang yang dekat dengan Allah, ataukah puasanya ditolak dan ia menjadi orang yang dibenci. Dan seperti itulah adanya di seluruh ibadah ketika selesai dilaksanakan.
Adapun hikmah puasa adalah memberikan dampak secara spiritual maupun sosial. Puasa secara spiritual merupakan sebuah proses mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah, oleh karena itu puasa sebagai sarana seorang hamba untuk berkomunikasi dengan sangat inten kepada sang khalik, karena sudah tidak ada halangan suatua apapun, yang ada adalah belomba-lomba dalam beribadah dan kebaikan untuk memperoleh ridlo Allah. Dampak sosialnya adalah bahwa puasa mengingatkan kita kepada saudara-saudara yang dalam keadaan miskin dan butuh bantuan serta uluran tangan, rasa empati pun seharusnya timbul untuk meringankan beban mereka dengan memberikan bantuan yang bermanfaat, jika mampu mengentaskan dari penderitaannya.
Tujuan puasa, selain mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu Allah Swt. Syariat puasa pada dasarnya memberikan manfaat secara langsung bagi manusia, baik manfaat secara fisik maupus secara psikologi, manfaat secara fisik adalah bahwa puasa itu menyehatkan, sangat dianjurkan di dunia kedokteran sebagai contoh ketika sesorang akan dilakukan tindakan operasi, maka disarankan untuk berpuasa. Ketika kita berpuasa lambung dan pembuluh darah mengecil, kedua jalur tersebut pintu masuknya setan, dengan berpuasa, maka jalurnya menjadi sempit. Di sisi lain hasrat tubuh, pikiran dan godaan melakukan pelanggaran akan berkurang karena puasa. Kemudian dari aspek psikologi bahwa puasa mengantarkan seseorang untuk berlatih menahan diri untuk tidak mudah emosi, bersikap sabar dan senantiasa taat aturan.
Pertanyaan kenapa ada puasa ?, pertanyaaan sederhana, tapi perlu jawaban yang sangat mendalam dalam proses menjelaskan dan menjawab soal tersebut, penjelasan sudah diuraikan di atas, walau masih sangat kurang, akan tetapi setidaknya telah mengobati rasa penasaran dan keingin tahuan kita akan, rahasia, hikmah dan tujuan disyariatkannya puasa. Semoga di bulan Ramadhan ini kita dapat mengungkap rahasia yang terkandung di dalam perintah puasa, sehingga kita dapat lebih dekat dengan sang pencipta, himah puasa juga bisa kita ambil untuk diaplikasiakan dalam kehidupan sehari-hari, baik di bulan Ramadan maupun pasca Ramadhan, terakhir tujuan puasa adalah mencapai derajat taqwa yang mengantarkan kita akan perintah dan larangan Allah, sehingga hidup kita dipandu untuk senantiasa berada pada jalan lurus, yaitu jalan yang mendapat ridlo Allah Swt. (*)
*Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Semarang (USM) dan Mahsiswa Program Doktor Ilmu Hukum (PDIH) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang