Oleh: Angelita Abri Berliani KY*
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa wabah COVID-19 yang sedang menjadi pandemi dunia membawa banyak dampak bagi Indonesia, khususnya dalam sector perekonomian. Tetapi hal ini tidak menyurutkan tekad Indonesia untuk bisa terus bangkit. Beruntungnya, Indonesia merupakan negara maritim yang sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah perairan yang memiliki banyak potensi sumber daya alam kelautan yang dapat dimanfaatkan, salah satunya adalah komoditas rumput laut. Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang memiliki keunggulan dalam industri rumput laut. Sebagai negara segitiga karang dunia, rumput laut yang ada di Indonesia memiliki keunggulan dan keunikan. Tercatat, sebanyak 550 jenis rumput laut diketahui ada di perairan laut Indonesia.
Pantai selatan Yogyakarta, khususnya wilayah Gunung Kidul, selain menarik sebagai daerah tujuan wisata juga menyimpan sumber daya kelautan, yaitu rumput laut. Salah satu jenis rumput laut bernilai tinggi yang mendominasi wilayah pantai selatan Yogyakarta adalah Eucheuma cottoni. Merujuk data yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Agrikultur Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) pada 2019, Indonesia menjadi produsen nomor satu di dunia untuk jenis Eucheuma cottoni dan menguasai lebih dari 80 persen pasokan untuk dunia dengan nilai total potensi diperkirakan mencapai USD10 miliar per tahun. Ironisnya, pemanfaatan rumput laut Eucheuma cottoni di Gunung Kidul kurang optimal, padahal Eucheuma cottoni menghasilkan hidrokoloid, yaitu produk turunan rumput laut bernilai tinggi yang merupakan komponen polimer yang berasal dari sayuran, hewan, mikroba atau komponen sintetik yang dapat larut dalam air, mampu membentuk koloid, dan dapat mengentalkan atau membentuk gel dari suatu larutan. Produk hidrokoloid dari rumput laut dapat dikelompokkan menjadi karaginan, agar, dan alginate yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam produk pangan maupun non pangan seperti produk kosmetik dan produk farmasi.
Melihat potensi Euchema cotonii yang begitu luas, maka perlu dilakukan pemanfaatan yang lebih untuk mengembangkan produk rumput laut sehingga rumput laut tidak sebatas untuk dikonsumsi langsung, melainkan dapat dimanfaatkan lebih untuk mendongkrak perekonomian dikala pademi seperti ini. Maka dari itu, perlu dilakukan pembudidayaan rumput laut untuk menjamin ketersediaan bahan baku. Adapun beberapa tahapan budidaya rumput laut di perairan pantai yang harus diperhatikan yaitu pemilihan lokasi, pengujian penanaman, penyiapan areal budidaya, pemilihan metode tanam, penyediaan dan penanaman bibit, perawatan selama pemeliharaan, pemanenan dan pengeringan hasil panen. Dalam pemilihan lokasi, sebaiknya nelayan memilih perairan yang tenang, dengan dasar perairan sedikit berlumpur atau berpasir, sehingga bibit rumput laut terlindung dari pengaruh angin dan ombak, serta tersedianya rumput alami setempat (indikator). Setelah menemukan lokasi yang dianggap sudah layak, perlu dilakukan uji penanaman untuk mengetahui apakah daerah tersebut memberikan pertumbuhan yang baik atau tidak. Setelah itu menyiapkan areal budidaya dengan cara; bersihkan lahan atau lokasi yang akan digunakan agar terhindar dari rumput laur liar, tanaman pengganggu lain yang biasa tumbuh subur, karang, batu, bintang laut, bulu babi dan hewan predator lainnya. Siapkan tempat penampungan benih dan pilih metode budidaya serta melakukan penyediaan bibit dan penanaman bibit menggunakan bagian thallus yang masih muda. Penanaman bibit rumput laut yang baik dilakukan di pagi atau sore hari pada saat cuaca tidak mendung.
Metode yang dapat digunakan untuk menanam rumput laut adalah metode long line dengan menggunakan tali sepanjang 50-100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, setiap jarak 25 meter diberi pelampung utama dari drum plastik atau sterofoam. Pada setiap jarak lima meter diberi pelampung berupa botol bekas air minum kemasan 500 ml. Tali panjang dibentangkan kemudian bibit rumput laut diikat dengan kuat agar tidak terlepas ketika terkena pergerakan air dan dibiarkan tumbuh. Selain metode long line, ada juga metode rakit, yaitu penanaman rumput laut secara terbenam di dasar perairan dengan mengikatkan rumput laut pada rakit yang mengapung dan dibiarkan tumbuh. Kegiatan budidaya rumput laut ini penting dilakukan untuk menjamin kontinyuitas produksi sehingga dapat meningkatkan utilisasi industri pengolahan rumput laut baik bidang pangan, kosmetik maupun farmasi yang memiliki nilai tinggi, handal, berdaya saing dan berkelanjutan, serta membuka peluang kerja bagi masyarakat sehingga pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah (PAD) meningkat, yang pada akhirnya menciptakan potensi ekonomi di tengah pandemi untuk kesejahteraan bersama. (*)
*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta