BUKIT TINGGI – Pada hari ketiga kunjungan kerja sebagai Ketua Pansus Covid-19 DPRD Kota Yogyakarta, Antonius Fokki Ardiyanto S.IP yang juga sebagai Ketua Dewan Pimpinan Nasional Relawan Perjungan Demokrasi (DPN Repdem) bertemu dengan aktivis pemuda di Sumatera Barat (Sumbar). Pertemuan tersebut dalam rangka persiapan pembentukan kepengurusan Repdem Sumatera Barat sebagai salah satu sayap dari PDI Perjuangan.
Fokki mengungkapkan, pertemuan itu selain diisi dengan diskusi juga dilanjutkan dengan melihat secara langsung potensi wisata sejarah yang ada di Sumatera Barat yaitu di rumah Bung Hatta, rumah Tan Malaka, Monumen Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dan pembangunan Museum PDRI yang ada di puncak bukit barisan.
Dalam rangkaian acara tersebut selain disepakati tentang pembentukan kepengurusan Repdem melalui konferda yang rencananya akan digelar di bulan Agustus 2021, juga memberi masukan kepada Pemerintah Sumatera Barat untuk mengembangkan potensi wisata sejarah yang ada di Kabupaten Limapuluhkota secara terintegrasi.
Dikatakan Fokki, Kabupaten Limapuluhkota tepatnya di Kecamatan Suliki dan Kecamatan Gunuang Omeh ternyata banyak potensi wisata yang dapat mendukung keberadaan wisata sejarah yang ada disana. Misalnya wisata memetik buah jeruk Gunuang Omeh yang terkenal serta wisata kuliner ngopi yang nikmat di puncak bukit barisan tempat dibangunnya museum PDRI,
“Seperti diceritakan sejarah bahwa ketika agresi militer Belanda ke 2 di Ibukota RI Yogyakarta Bung Karno sebelum ditangkap Belanda memberi mandat kepada Mr Syarifuddin Prawiranegara yang ada di Bukit Tinggi untuk membentuk PDRI. Artinya bahwa Sumbar menjadi penyelamat pemerintahan Indonesia waktu itu sehingga tetap eksis dalam percaturan dunia walaupun Bung Karno dan Bung Hatta ditangkap Belanda,” urai Fokki.
Selain itu dalam rangka pengembangan wisata sejarah di Sumatera Barat, Fokki selaku yang ditugaskan untuk dapat membentuk kepengurusan Repdem di Sumbar juga mengharapkan Gubernur Sumbar dapat membentuk propinsi kembar dengan DIY. Hal itu, kata Fokki, mengingat jalinan sejarah 1948 disamping potensi – potensi ekonomi yang dapat dikembangkan diantara kedua propinsi tersebut dalam kerangka kesejahteraan masyarakat,
“Perlu juga diingat bahwa hampir semua pelaku ekonomi dari tanah minang juga banyak yang berusaha di Yogyakarta,” pungkas Fokki. (pr/kt1)
Redaktur: Faisal