Cerita Bersambung Oleh: Al Ghifari*
SEPERTI biasa aku mencoba menutupi hal-hal ganjil yang ku alami di depan Nelson. Alasannya tentu supaya Nelson tidak berpikir yang lebih aneh. Sebab aku tahu, dia sangat tertarik dengan hal-hal yang berbau klenik. Meski aku tahu dia juga tidak percaya klenik. Tentu saja. Nelson lahir di luar negeri, keluarganya sangat akademis dan rasional. Sejak kecil ia lebih dikenalkan dengan ilmu pengetahuan modern. Keluarganya bahkan bisa dikatakan tak terlalu paham dengan budaya leluhurnya. Ayah Nelson yang seorang diplomat lama tinggal di luar negeri. Terlebih Ibu Nelson yang dulunya berkewarganegaraan asing.
Suatu ketika aku ingat. Nelson mengalami sakit aneh setelah pulang dari desa seberang bukit. Ia mengalami demam dan hampir setiap malam mengigau dengan mengucapkan bahasa daerah yang biasa digunakan warga desa seberang bukit. Tentu saja itu aneh. Nelson jelas tidak mengerti bahkan tak pernah mengucapkan bahasa itu salam kesehariannya.
Kejadian itu berulang hingga beberapa pekan. Selain di bawa ke dokter, Nelson bahkan dibawa ke psikolog dan psikiater. Namun hasilnya tak sesuai yang diharapkan. Dokter dan psikolog menyatakan Nelson normal. Tidak ada terindikasi sakit medis maupun psikis.
Intensitas Nelson mengalami apa yang banyak orang menamainya sebagai kesurupan itu memang agak berkurang. Namun sebulan sekali, setiap bulan purnama Nelson kembali mengalami kesurupan di tengah malam.
Keluarga Nelson sempat panik, terutama ibunya. Adik perempuan Nelson bahkan yang kamarnya bersebelahan bahkan terpaksa pindah kamar tidur ke lantai bawah, bertukar kamar dengan Ayah dan Ibunya. Namun karena seperti menjadi rutinitas bulanan, keluargapun membiarkan dan seperti terbiasa. Ketika Nelson berbicara dengan bahasa daerah warga Desa Seberang Bukit waktu tengah malam di bulan purnama, keluarga menganggapnya Nelson sedang mimpi saja atau ngelindur.
Salah seorang teman ayah Nelson menyarankan agar Nelson dibawa ke paranormal. Tentu saja Ayah Nelson menolak. Ada juga yang menyarankan agar Ayah Nelson yang hobi bonsai membuang pohon bonsai beringin kesayangannya karena dianggap telah menjadi hunian makhluk yang kerap mengganggu Nelson. Saran itupun ditolak.
Namun diam-diam Nelson mengajak saya untuk bertemu dengan mbah Milah. Nelson mengaku suatu malam purnama ia bermimpi didatangi lelaki tua misterius yang memintanya datang ke mbah Milah untuk diobati. Nelson sendiri tidak percaya kalau dirinya sedang sakit. Bahkan ia tak sadar ketika setiap malam purnama ia kerap meracau dengan bahasa yang tak pernah ia tahu artinya bahkan sangat fasih mengucapkan. Ia tidak sadar berbicara apa dan dengan siapa. Ketika pagi tiba ia merasa normal dan tetap beraktifitas seperti biasanya.
Nelson memang mengaku sering bermimpi aneh setelah menggarap proyek film dokumenter di desa seberang bukit itu. Padahal selama ini ia jarang sekali bermimpi saat tidur. Namun dalam mimpinya ia tidak berkomunikasi dengan bahasa lokal warga desa seberang bukit, karena memang tidak bisa dan tisak mengerti artinya.
Nelson penasaran dengan apa yang dia alami. Meski tidak mempercayai hal-hal mistis, ia lama-lama tertarik untuk membuktikan apakah benar hal-hal yang selama ini dianggapnya irasional itu ada.
Nelson sendiri kerap membantah bahkan menceramahiku ketika mengatakan ada hal aneh di luar nalar namun aku yakin telah melihat dan merasakannya. Nelson selalu bilang dengan gaya khasnya.
“Udahlah Jay, aku enggak percaya yang begituan. Kita ini generasi digital, bukan generasi kolonial,” ucapnya.
Sejak saat itu aku enggan mengatakan hal-hal aneh kepada Nelson, meski benar benar melihat dan menhalaminya. (Bersambung)
*Penulis adalah penggiat forum penulis Kata Mata Pena Jogja (Komunitas penulis binaan jogjakartanews.com)