Pesan Suci dari Arafah

Oleh: Mochlasin Sofyan

Arafah
Mochlasin Sofyan. Foto" ist

NABI pernah bersabda, al-hajj ‘arafah artinya substansi haji adalah wuquf (berdiam) di Arafah. Oleh karenanya, dalam perspektif fiqh wuquf di Arafah termasuk rukun haji di samping niat, ihram, towaf, sai, tahalul dan tertib. Tidak sah haji seseorang bila melewatkan ritual ini. Dalam kondisi sakit pun, selama masih punya kesadaran calon haji akan diupayan untuk bisa menghadiri tanah Arafah walau sekejap (safari wuquf).

Sejumlah 1.000.151.000 orang jamaah haji dunia tahun 2022 M/1443 H yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Arab Saudi tumpah ruah di padang Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. Jumlah itu tentu akan membengkak, bila ditambah jamaah haji non kuota dan muqimin baik yang memiliki tasrih maupun tidak. Wuquf Arafah menjadi saat dan tempat yang dirindukan oleh setiap pencari hakikat. Termasuk penulis yang berkesempatan dipanggil Allah tahun ini.

Ada apa dengan Arafah?

Nama Arafah bisa dipahami sebagai lokus maupun secara filosofis. Arafah adalah sebuah dataran terbuka dihiasi pepohonan yg tampak tumbuh tidak rimbun bahkan sebagian mengering. Qila wa qola, penanaman pohon itu diinisiasi presiden RI pertama, Soekarno. Terletak sekitar 25 km sebelah tenggara Kota Makkah al-Mukarromah.

Sebelah selatan padang Arafah terdapat bukit yang sangat fenomenal, yaitu Jabal Rahmah (bukit kasih sayang). Menurut para sejarawan muslim, di bukit ini kali pertama Adam dan Hawa bertemu kembali setelah terpisah akibat terusir dari surga. Peristiwa itu menjadi inspirasi jamaah haji setelah berdoa kolektif, kemudian berdoa berpasangan untuk mentajdid (memperbaharui) ikatan cintanya.

Secara filosofis, Arafah berasal dari kata arafa-ya’rifu berarti mengetahui. Hal itu dikaitkan nabiyuna Ibrahim mengetahui secara pasti, bahwa mimpinya benar datang dari Allah SWT. Arafah secara etimologis, seakar dengan kata i’tiraf yang berarti mengakui.

Sungguh di Arafah, bentuk dan suasana pengakuan dosa dipastikan tidak pernah dirasakan di waktu atau tempat sebelumnya. Jutaan manusia secara kolektif dalam kondisi kepasrahan titik nol mengetuk langit. Pakaian ihram yang dikenakan menunjukkan kesucian hati, kesederhanaan, apa adanya sebagai makhluk faqir dan dhaif. Pakaian ini menjadi simbol manusia dalam kendali hudud Tuhan.

Pesan-pesan Suci

Wuquf Arafah adalah ritual berhenti atau berdiam diri di tanah Arafah, sejak waktu dhuhur sampai maghrib. Satu juta lebih orang akan tertampung dalam tenda-tenda yang terdiri darí satu kelompok terbang (kloter). Prosesi Wuquf dimulai dengan khutbah, kemudian shalat zuhur dan ashar dijamak takkhir secara qashar. Waktu selanjutnya untuk berdoa sampai datangnya maghrib.

Saat Arafah adalah pertemuan antara tempus (waktu) dan lokus (tempat) yang mustajab. Hal itu didasarkan pada sebuah Hadits: “Tidak ada hari di mana Allah Azza wa Jalla membebaskan hambanya dari neraka lebih banyak daripada hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata:

Apa yang mereka inginkan?” (HR Muslim). Pada peristiwa lailatul qadar, para malaikat turun. Sedangkan momen Arofah, Allah turun sendiri menyapa hambanya. Tentu suasana yang amat sangat dirindukan, bukan hanya oleh para haji tetapi juga setiap hamba Allah.

Dalam suhu yang sangat ekstrim bagi orang Indonesia, 37 derajat dalam tenda dan 42 derajat di luar tenda. Tetesan air mata mulai jatuh satu persatu begitu khotib mengajak bersyukur atas terpilihnya sebagai dhuyufur rahman(tamu Allah) tahun ini. Dua nikmat yang terasa, pertama hanya 45% dari calon haji yang dinyatakan berangkat. Kedua akomodasi yang lebih baik dengan makan 3 kali sehari.

Suasana menjadi tangis histeris, saat khatib membalik logika dari kemuliaan menjadi kehinaan. Kesempatan haji era new normal ini diberikan, barangkali justru Allah memberikan kesempatan bertaubat atas lautan dosa para jamaah haji. Baik itu dosa vertikal maupun horisontal, yaitu dosa terhadap keluarga, tetangga dan teman kerja.

Ibadah haji adalah ritual keagamaan yang banyak membutuhkan pengorbanan rasa, tenaga, harta dan waktu. Barangkali itulah, Rasulullah menjanjikan pahala surga. Namun, tugas penting pasca haji adalah menjaga kemabruran. Indikator kemabruran setidaknya tercermin dalam tiga perilaku. Pertama, menebar kedamaian ( ifsya’ as-salam ). Kedua, semakin ringan berderma ( i’tha’ ath-to’am). Ketiga, memiliki hubungan vertikal yang kokoh dan tulus ( ash-shalah fil lail wannas niyam).

Waktu dan tempat yang mustajab ini, tidak disia-siakan oleh para jamaah haji untuk mendoakan agar Bangsa Indonesia menjadi baldah thoyyibah warabb ghafur sebagaimana disebutkan dalam al-quran surat Saba’: 15. Sebuah negara yang religius, memiliki pemimpin adil lagi mengayomi, hukum ditegakkan pada semua dan kemakmuran ekonomi seluruh rakyat.

Ibadah haji merupakan replikasi perjuangan dan perjalanan suci para nabi, sejak Adam as. sampai Nabi Muhammad SAW dengan peran utama Nabi Ibrahin AS dan putranya Ismail AS. Oleh karenanya, para alumnus Arafah memang seyogyanya menjadi “nabi-nabi kecil” atau duta profetik bagi keluarga dan masyarakatnya. Tiada terasa, jari ini menjadi gemetar karena kemungkinan ini adalah Wuquf pertama sekaligus terakhir kecuali Tuhan berkehendak lain. Wa fawqa kulli dzí ‘ilm ‘alim. [*]

Tenda Mina Makkah, 11 Juli 2022

*Penulis adaJamaah Haji SOC 21 KBIH AISYIYAH Sleman

 

63 / 100

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com