Ini Beberapa Antisipasi yang Harus Dipenuhi Pemerintah Sebelum Merapi Meletus

YOGYAKARTA – Meningkatnya aktivitas Gunung Merapi menjadi perhatian bagi warga. Bahkan, hampir setiap hari, Gunung Merapi mengeluarkan suara gemuruh. “10-20 menit terdengar suara gemuruhnya,” kata Indra Baskoro Adi, warga Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman yang berjarak 5 km dari puncak Merapi, di Kantor Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DIY, Jumat (2/5/2014).

Indra menuturkan, aktivitas Merapi yang aktif tersebut sudah tidak asing bagi warga sekitar. Seperti halnya letusan minor Merapi yang terjadi pada 20 April 2014 lalu karena sudah ada peringatan dini. Hingga saat ini, tiap malam warga kembali mengaktifkan ronda untuk memantau suara gemuruh yang terjadi setiap malam. Selain itu, dilakukan pula pendataan penduduk serta mengaktifkan alat komunikasi dan media sosial untuk membagikan perkembangan Merapi.

Hanya saja, beberapa masalah masih menghinggapi warga jika terjadi sesuatu dengan Merapi. Misal jalur evakuasi yang rusak di daerah Sidorejo, Deles Klaten. Jalur evakuasi yang rusak tersebut sepanjang 11 kilometer. Lambatnya turun tangan pemerintah membuat warga turun tangan sendiri. “Walaupun tidak diperbaiki pemerintah, kami akan kerjabakti,” kata Koordinator Jalin Merapi, Deles, Klaten, Sutiman.

Tak hanya jalur evakuasi yang perlu diperhatikan dan segera diperbaiki. Saluran pipa air bersih di 35 titik pengungsian yang disiapkan Badan Penanggulangan Bencana Derah (BPBD) Sleman juga belum tersedia. “Air bersih ini sangat penting,” kata Indra yang juga anggota Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta. (kim)

Redaktur: Azwar Anas

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com