Budaya  

Semangat Hari Batik, Perajin Batik Tetap Eksis di Tengah Pandemi

SLEMAN – Pandemi Covid-19 memukul hampir semua lini kehidupan masyarakat, terutama pada sektor ekonomi, tak terkecuali bagi perajin batik di Yogyakarta. Namun demikian, perajin batik di Kabupaten Sleman terus berupaya bertahan.

Hal itu terlihat dalam kegiatan hari batik 2 Oktober yang diinisiasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sleman

menjadi titik balik kebangkitan para pengrajin batik di Sleman. Kepala Disperindag Sleman Mae Rusmi Suryaningsih mengatakan peringatan Hari Batik tahun ini menjadi titik balik kebangkitan para perajin batik di Sleman.  Disperindag Sleman mendorong para perajin batik agar tetap eksis dan berproduksi dengan kegiatan Gelar Karya Batik di Gedung Dekranasda Sleman.

Untuk menarik minat masyarakat datang dan berbelanja, para perajin batik pun memberikan label Batik Great Sale up to 30%. Baginya, pemberian potongan atau diskon tersebut merupakan salah satu bentuk perjuangan para perajin batik untuk bangkit,

“Ini luar biasa. Para perajin batik dengan semangat bersama-sama bangkit. Mereka rela mengurangi pendapatannya agar masyarakat bisa lebih mudah dan murah mendapatkan batik,” ungkapnya dalam diskusi webinar Melestarikan Batik Sleman demi Kesejahteraan Ekonomi, Jumat (02/10/2020).

Tak tanggung, salah satu karya batik yang ditawarkan adalah Batik Sinom Parijotho Salak. Batik yang memiliki motif utama terdiri dari elemen tangkai, daun, bunga parijotho, daun salak dan bunga salak yang menjadi andalan Sleman ini pun didiskon.

Parijotho Salak itu, kata Mae, penuh makna karena mengeskplorasi potensi daerah yang menjadi tanaman khas di lereng Merapi dan buah salak yang menjadi buah khas Sleman.

“Ini yang didiskon benar-benar harga asli dari pengrajin ya, tidak ada up to baru di up to, itu harga aslinya yang dipotong,” ujarnya.

Dia pun mengajak masyarakat untuk melakukan aksi borong bareng dan mengangkat produk lokal seluruh UMKM di Sleman demi kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu, roda ekonomi masyarakat akan bisa bergerak di tengah pandemic,

“Mari kita boyong bareng produk lokal, disengkuyung bareng-bareng di setiap evennya untuk bangkit,” ajaknya.

Sementara itu Ketua Mukti Manunggal Endang Wilujeng mengatakan diawal pandemi banyak perajin yang tidak bekerja. Mereka yang kehilangan penghasilan lebih dari 90%. Namun demikian, hal itu tidak mengurangi semangat para perajib batik. Ia optimistis suatu ketika kondisi akan berangsur membaik.

Berangkat dari keyakinan tersebut, para perajin pun bertekad untuk terus berkarya dengan cara beradaptasi selama pandemi Covid-19. Dengan desain dan konsep produk yang sesuai dengan masa pandemi Covid-19,

“Kami pun memproduksi masker batik dengan berbagai jenis, ada yang dua lapis, tiga lapis dan model lainnya,” katanya.

Produk masker batik, katanya, diterima di pasaran. Peminat masker batik pun dinilai luar biasa. Bahkan saat ini, komunitas perajin batik Mukti Manunggal saat ini sedang menerima pesanan sebanyak 40.000 masker batik. “Itu untuk luar Jawa. Belum termasuk pesanan di sini,” katanya.

Sebelum masa pandemi, jumlah anggota Mukti Manunggal sekitar 35 orang baik yang berkelompok maupun yang mandiri. Satu kelompok ada yang berisi 20 orang. Selama masa pandemi jumlah anggota Mukti Manunggal bertambah karena masing-masing kelompok membuat workshop sendiri dan terus mengembangkan dengan berbagai macam brand.

“Kami bersama-sama dan bersinergi. Kebersamaan ini sangat penting untuk membangun dan mengembangkan batik Sleman. Hanya cara seperti itu, para pembatik bisa bangkit untuk menggerakkan kembali perekonomian,” tutupnya.  (kt1)

Redaktur: Faisal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com