Pandemi Ujian atau Bencana?

Oleh: Khirullah Nizar*

Pandemi Covid-19 sudah melanda sekira 2 tahun di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Jutaan nyawa sudah terenggut karena virus ini. Segala sektor kehidupan menjadi berubah, gelisah dan gundah menjadi sahabat bagi hati setiap manusia akibat bencana non alam yang terjadi ratusan tahun sekali ini. Namun roda waktu terus berjalan dan kehidupanpun masih berlangsung. Bagi sebagian orang, pandemi Covid-19 memang bencana, namun bagi sebagiannya lagi, pandemi justru menjadi sebuah cambuk untuk lebih kuat menjadi manusia. Ini ujian yang niscaya bagi setiap hamba Tuhan. Ujian itu bisa datang untuk diri sendiri, juga bagi masyarakat. Ujian adalah sebuah itilah yang mengandung nilai positif ketimbang dimaknai sebagai bencana.

Kadang ketika menghadapi ujian, seseorang tidak tenang, karena tidak siap untuk menghadapi. Namun bagi yang sudah siap, ujian tentu bukan masalah. Disitulah barangkali nilai positifnya ketika suatu bencana baik alam maupun non alam dianggap sebagai ujian. Covid-19 setidaknya akan membuka mata manusia. Saat ini hidup di dunia yang serba modern dan canggih, manusia kadang lupa dengan menjaga alam, seolah tidak lagi membutuhkan ‘belas kasih’ ciptaan Tuhan. Ini mirip dengan apa yang dikatakan, Neil deGrasse Tyson,

“Even with all our technology and the inventions that make modern life so much easier than it once was, it takes just one big natural disaster to wipe all that away and remind us that, here on Earth, we’re still at the mercy of nature.”

Quote yang tersohor dari Neil deGrasse Tyson astrofisikawan dan komunikator ilmu pengetahuan sekaligus presenter acara talk show televisi yang kesohor di Amerika Serikat ini memang patut kita renungkan. Sebab, betapa majunya teknologi merubah tatanan dunia, namun sifat Alam raya tak bisa begitu saja diperlakukan semena-mena. Sebab, tentu saja yang menjadi penjaga Alam Raya adalah tentunya kekuatan Tuhan. 

Sejak Pandemi, dimana aktivitas manusia dibatasi, alam menjadi lebih lega, terbebas dari eksploitasi. Pertanyaannya, apakah agar alam terjaga harus ada bencana seperti bencana pandemi Covid-19 ini? tentu pertanyaan itu menjadi tidak sederhana untuk dijawab. Bisa iya, bisa tidak. Namun yang pasti, menjaga alam agar tetap lestari adalah kewajiban manusia yang meninggalinya. Jika memaknai bencana adalah ujian bagi manusia, pertanyaan tersebut akan mudah dan sederhana untuk dijawab. Seharusnya tidak harus dengan bencana atau saat terjadi atau setelah terjadi bencana baru ada kesadaran menjaga alam.

Lalu kenapa ketika pandemi belum usai, juga ada bencana alam, banjir, longsor dan sebagainya? lagi-lagi itu adalah ujian. Semakin banyak melewati ujian berarti manusia akan semakin cerdas. Mari bangkit bersama atasi pandemi. 

Wallahua’lam.

*Penulis adalah pegiat Forum Muda Lintas Iman Yogyakarta (Formuliyo) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com