Puisi KETIKA BURUH DITUNDUKKAN, Tajam Sarat Kritik Sosial

Bintang Rawah
Bintang Rawah

jogjakartanews.com– Kesejahteraan buruh atau pekerja di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Tak heran jika hal itu menjadi isu yang selalu mencuat dalam setiap momentuh hari buruh se dunia yang biasa diperingati setiap tanggal 1 Mei setiap tahunnya. Tuntutan buruh yang terus bergemuruh ini lantaran negara dinilai masih gagal dalam memenuhi kesejahteraan bagi rakyatnya.

Seperti itulah kegelisahan Ronald Aditia Rangkoratat (Bintang Rawah), anak muda pecinta sastra di Yogyakarta yang menuangkan unek-uneknya dalam bait-bait puisi rimanya. Ronald nampak begitu risih melihat sekaligus menyaksikan persoalan kaum buruh dalam puisinya yang sarat kritik sosial.

 

KETIKA BURUH DITUNDUKKAN

 

Duhai saudaraku para karyawan.

Dunia akan rayakan hari buruh kawan.

Tapi hingga kini kami masih ditawan.

Masih dibatasi untuk melawan.

 

Kita hidup di negara demokrasi.

Negara yang beralaskan nasionalisasi

Tapi hak-hak kaum buruh dibatasi

Buruh terhalang dari resistensi.

 

Tuhan!!.

Berilah kami pencerahan,

Berikan pada kami wujud perubahan.

Agar kami bisa terus bertahan.

 

Dari tekanan ber-puluh-juta korporasi.

Yang dengan mudahnya beroperasi.

Oleh kaum borjuasi.

Saat insan & alam kami dieksploitasi.

 

Di sana para menteri begitu bising.

Mempertahankan sistem outsourcing,

Yang membuat buruh makin pusing.

Buruh Indonesia tambah terasing.

 

Saat upah kerja diputarbalikkan

Ketika buruh ditundukkan.

Bila pekerja dicampakkan.

Karyawan diterlantarkan.

 

Yang melawan dituduh supervisi.

Kaum buruh tak boleh aksi.

Para pekerja tak boleh berorasi.

Karyawan tak boleh berdemonstrasi.

 

Maka bangkitlah.

Kepalkan tangan kiri dan berteriaklah.

Insya Allah,

Tirani imperialis itu akan kalah.

 

Bintang Rawah

Yogyakarta, 03 April 2023.

 

Tentang Bintang Rawah:

Ia  adalah Pemuda yang lahir dan besar di kota Dobo kabupaten Kepulauan Aru ini tumbuh di lingkungan pekerja. Ia anak seorang guru berasal dari desa Lingat, kecamatan Selaru, kabupaten kepulauan Tanimbar. Bahkan ia memandang orang tuanya tak ubahnya sebagai buruh pemerintah.

Nama Bintang Rawah sendiri di ambil sebagai kritik dari bentuk exploitasi hasil alam di tahan Aru namun masa rakyat nya sulit mengenyam Pendidikan. Bagi Ronald, hal itu diduga kuat agar rakyat gampang dibodohi dan diperintah sebagai butlrih yang patuh terhadap majikannya.

Latar belakangnya membuat Bintang Rawah melahirkan karya-karya puisi yang bernada sarat kritik sosial. (rd1)

Redaktur: Ja’faruddin AS

 

 

55 / 100

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com